April mulai terbuai dengan senyum manis yang dilayangkan oleh Om Tio kepada April, tanpa sadar jika rintik hujan mulai lebat hingga akhirnya pria itu pamit pergi dan meninggalkan April di sana sendirian.
"Pril, ayo! Ngapain di situ? Udah mau hujan deras nih!" Seru Nita, jujur saja April baru sadar jika hujan mulai deras. April dan Nita segera berlari keluar dari dalam lapangan menuju motornya terparkir, April sangat yakin jika nanti seluruh pakaiannya akan basah kuyup karena mengantar Nita pulang terlebih dahulu.
"Eh, Nita? Mau pulang bareng Om aja nggak?" Ujar seseorang, saat April menoleh ternyata pria itu lagi yang ada di sampingnya.
"Nggak usah, Om. Bareng April kok ini." Balas Nita.
"Bareng Om aja sekalian, yuk!" Ajak Om Tio, Nita langsung turun dari sepeda motor April.
"Sorry ya, Pril! Aku duluan!" Seru Nita yang langsung pergi bersama Om Tio meninggalkan April seorang diri dan berhasil membuat April merasa Iri kepada Nita, padahal sedari tadi April sudah menunggu Nita cukup lama.
"Hah!" April menghembuskan nafas kasar, dengan malas ia bergegas pulang ke rumahnya sendiri sebelum hujan semakin deras. Lagi pula, April tak harus berbasah-basah ria karena mengantar Nita pulang.
April tiba di rumah dengan keadaan sedikit basah, langsung mandi setelah itu masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk belajar.
Gadis itu duduk di meja belajar sambil melihat ke arah ponselnya, masih tersimpan dengan baik nomor Om Tio di sana. Tapi pria itu tidak menghubunginya lagi setelah tahu bahwa mereka hanya salah sambung saja, April mulai frustrasi. Tapi jika berdekatan dengan pria itu, April juga tidak akan berani. Jadi pada akhirnya, ia membiarkan begitu saja ponselnya kembali tergeletak di atas meja.
Beberapa hari berlalu menjadi biasa saja, April sekolah dan sore bermain bola voli. Pria itu masih ada di sana, tapi tidak ada lagi interaksi seperti pertama dan terakhir kali April berbicara dengannya dan membuat April bertanya-tanya dalam hati.
April masih suka mencuri pandang ke arah Om Tio, meskipun pria itu bilang bahwa dirinya tak begitu suka jika dipanggil Om oleh April. Tapi April gemar menyebutnya seperti itu, mengingat pria itu juga sudah sangat dewasa. Tapi anehnya, Om Tio yang memiliki alis mata setajam elang itu tak lagi melirik ke arah April. Tidak seperti dulu ketika April selalu kedapatan memandangnya dari kejauhan dan berakhir dengan tatapan tajam dari Om Tio yang seolah menusuk tepat hingga ke jantung April. Membuat April merasa tak bersemangat lagi.
"Malam minggu, yuk ngumpul di kafe!" Seru Amy seusai latihan mereka selesai.
Ada beberapa teman yang tidak bisa datang, yang tersisa hanya Amy dan Nita. Mau tak mau April juga harus datang guna meramaikan, merasa kasihan kepada Amy yang mengajak mereka semua.
Malam tiba, April mengenakan celana jeans panjang dan sebuah sweater. Gadis itu tidak tahan dengan cuaca dingin di malam hari, maka dari itu sweater menjadi pilihannya malam ini. Dan semoga saja April tak mengantuk di kafe, karena gadis itu juga mudah mengantuk.
Setibanya di kafe, Amry dan Nita ternyata sudah menunggu sedari tadi. April hanya berjalan kaki karena jarak antara rumahnya dengan kafe tempatnya janjian dengan teman-temannya cukup dekat.
Ketiga gadis itu langsung berbincang, suasana kafe memang sedang penuh. Beberapa orang terlihat duduk berdempetan mengingat malam ini adalah akhir pekan, dan sebuah kebetulan kembali terjadi seolah dunia ini memang begitu sempit untuk mereka berdua. Om Tio datang ke kafe tersebut sambil melirik ke seluruh tempat namun penuh, sontak saja Nita yang melihat Om Tio masuk ke dalam kafe memanggil pria itu untuk duduk bersama mereka.
"Wah, pada ngapain nih cewek-cewek di sini?!" Seru Om Tio yang langsung mengambil duduk di sebelah April dan berhasil membuat gadis itu terkejut setengah mati.
"Biasa Om! Om sendiri ngapain ke sini? Mau malam mingguan ya sama pacarnya!" Goda Nita, tapi Om Tio hanya tersenyum menanggapi hal itu. Perasaan April jadi tidak enak, mengapa Nita diperbolehkan memanggil Om Tio dengan sebutan 'Om" srmentara April tidak. Tak lama kemudian, April melihat Nita berbisik kepada Amy tanpa dapat April dengar. Kedua gadis itu tertawa kecil lalu membereskan barang-barang mereka yang ada di atas meja.
"Eh, mau kemana?" Tanya April yang mulai panik ketika merasa dirinya akan ditinggal sendirian bersama Om Tio.
"Aku pulang duluan ya, Pril! Kamu 'kan tau rumahku jauh." Jawab Nita, dan entah mengapa Amy juga pergi bersama Nita.
April sebenarnya ingin ikut pulang juga, tapi gadis itu merasa tidak enak dan kasihan jika meninggalkan Om Tio sendiri. Jadilah April yang menahan rasa malunya duduk bersama Om Tio sambil menyeruput minuman dan memainkan ponselnya sendiri.
"Apa kabar?" Tanya Om Tio, seolah mereka berdua tak bertemu beberapa lama padahal setiap hari mereka bertemu di lapangam. Hal ini membuat April berpikiran buruk kepada teman-temannya, apa mereka sengaja menempatkan April di posisi ini bersama Om Tio?
"Baik, Om!" Sahut April dengan singkat, Om Tio mengangguk. Seketika April mengingat kejadian terakhir Om Tio bersamanya, saat Nita yang pada awalnya ingin pulang bersama April. Malah ikut dengan Om Tio.
"Om nanya kabar, padahal baru beberapa hari yang lalu kita saling ngobrol." Kata April menyindir waktu itu, dan mungkin saja ia bisa mengetahui sedekat apa Nita dengan Om Tio.
"Oh, iya. Waktu yang hujan itu ya?"
"Waktu itu Nita aku ajak ikut sama aku, supaya kamu bisa pulang cepet dan nggak basah kuyup kehujanan karena nganterin Nita dulu!" Tukas Om Tio, seketika hal itu membuat April terdiam dengan kedua lutut yang kembali terasa lemas. Om Tio terdengar baik dan perhatian, perasaan April saja atau pria itu memang baik kepada semua orang.
April tidak bisa berkata apa-apa lagi selain terdiam, meski pada awalnya ia hanya sekedar bertanya. Tapi pada akhirnya, jawaban pria itu berhasil membuat April merasa luluh, ada banyak teman yang sempat menyatakan cinta kepada April. Anggaplah hal itu sebagai cinta monyet yang tak April tanggapi, April hany memiliki ketertarikan kepada pria yang jauh lebih dewasa darinya. Karena April merasa, pria dewasa jauh lebih mengagumkan dan lebih mempesona. Terbukti dengan pandangannya kepada Om Tio, pria itu tampan. Ramah dan baik, tak lupa postur tubuh yang sempurna, rasanya tidak mungkin pria seperti itu tidak memiliki kekasih.
"Om kesini mau ngapain?" Tanya April yang akhirnya dijawab oleh Om Tio dan berhasil mengecewakan gadis itu.
"Mau ketemu seseorang, tapi kayanya orang itu nggak muncul."