Pernikahan adalah sebuah penyatuan antara dua insan yang saling mencintai dan mengasihi, untuk mencari kebahagiaan bersama dengan membentuk sebuah keluarga. Terdiri dari suami dan istri juga anak-anak yang lucu, rumah yang dipenuhi canda tawa dan menenangkan jiwa. Semua hal itu tentu dicari oleh semua orang yang ada di dunia ini, kesempurnaan..
Hingga ada banyak manusia yang rela melakukan apa saja demi mencari kesempurnaan tersebut, termasuk berpura-pura bahagia di balik kehidupan yang sempurna.
Rumah tangga yang harmonis, anak-anak yang lucu, rumah yang bagus terlihat sangat sempurna di mata semua orang.
Tapi tidak ada satu pun orang yang bertanya, 'apakah kau bahagia?'
April pun tidak tahu jawabannya..
Apa dia bahagia setelah menikah?
Apakah pernikahan akan jauh lebih membahagiakan diri dari pada masa pacaran?
Semua orang bilang menjadi dewasa itu menyenangkan, dapat melakukan apa saja dan dapat menjelajahi dunia.
Tapi mengapa dirinya terperangkap di dalam sebuah sangkar emas seperti seekor burung.
Burung yang hanya bisa bernyanyi merdu di dalam sangkar, tanpa semua orang dapat menyadari bahwa burung tersebut bukan sedang bernyanyi merdu. Tapi menjerit meminta tolong agar segera dibebaskan, karena bebas adalah hal yang paling diimpikan ketika seseorang telah terbelenggu di dalam suatu ikatan.
Yaitu ikatan pernikahan...
April memandangi benda mungil yang melingkar di jari manisnya, terlihat sangat indah bahkan ketika terkena cahaya matahari atau pun cahaya lampu. Tak percaya jika dirinya telah terjatuh ke dalam sebuah jurang yang sangat dalam dan sulit untuk kembali, memilih sebuah pernikahan tidak semudah memilih pakaian yang akan dikenakan dan bisa dilepas kapan saja. Dicuci jika kotor lalu dikenakan kembali jika sudah bersih.
Tapi memilih sebuah pernikahan adalah keyakinan diri menerima segala hal, termasuk yang kotor dan bersih sekali pun.
Sayangnya April sering kali menerima perlakuan kotor, bersih hanya terlihat dari luar. April bahkan tidak mengerti bagaimana caranya mendeskripsikan kehidupannya setelah pernikahan.
Cahaya matahari masuk melalui celah gorden jendela, menyinari cincin yang ia pandangi sejak semalam. Semalaman ini ia tidak dapat tidur, semalaman pula ia dalam posisi tidur miring sambil memeluk guling. April bahkan tidak sadar hari sudah pagi jika bukan karena matahari yang mulai meninggi.
Tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya dan hanya selimut tebal yang menutupi sebagian tubuh, punggung mulus dan bahu itu terpampang begitu saja.
Ranjang yang ia tiduri mulai bergoyang, pertanda seseorang yang tertidur lelap di belakangnya mulai terbangun. Sontak April langsung memejamkan kedua matanya seolah tertidur, tak ingin seseorang itu mengetahui dirinya sudah terbangun atau tidak tidur sama sekali.
Telapak tangan yang melingkar di perut rata April mulai mengendur dan terlepas, ia dapat merasakan jari besar itu mulai meninggalkan tubuh April yang sedari semalam memeluknya dari belakang. Kedua kelopak mata April tertutup dengan indahnya, seolah malam ini ia bermimpi indah dan tidak ingin terbangun dari tidur indahnya.
Sesosok tubuh kekar tak berbusana bangkit dari atas ranjang, sempat melihat wajah April sekejap lalu menuju kamar mandi meninggalkan wanita itu.
Cukup lama April menutup kedua matanya dan berpura-pura tidur, menunggu agar pria itu lekas pergi untuk kembali bekerja pagi hari ini. Hingga akhirnya satu ciuman jatuh ke dahi April sebelum pintu kamar tertutup dengan rapat pertanda pria itu telah pergi.
April kembali membuka kedua matanya, kali ini air mata mulai berjatuhan. Membasahi bantal yang ada di bawahnya, tangisannya sama sekali tidak menimbulkan suara. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kegiatan menangis hingga April dapat mengatasi suara dan nafasnya di saat menangis.
Suara deru kendaraan mulai meninggalkan halaman rumah, pria itu kini sudah benar-benar pergi bekerja dan meninggalkan April di rumah. Saat pria itu pergi, saat itu juga April baru memiliki keberanian untuk bangun dari tidurnya. Kedua tangannya berusaha untuk menopang tubuhnya yang ingin bangun, terduduk di atas ranjang dalam ketelanjangannya di dalam kamar.
Ada beberapa warna kebiruan di sekitar bahu dan juga dadanya, bahkan di sudut bibir April juga terdapat warna kebiruan di sana membuatnya kesulitan untuk tersenyum.
Sakit...
Tapi tidak sesakit luka di dalam hatinya.
Kerap kali menerima perlakuan kasar dari pria yang baru saja pergi dan meninggalkan bekas luka serta lebam di sekitar tubuh maupun di wajahnya, kepala April bahkan masih terasa pusing akibat benturan ke dinding semalam. Perlahan April menurunkan kedua kakinya ke atas lantai, terasa dingin saat menyetuh ujung jemari kakinya. April berusaha berdiri menuju kamar mandi guna membersihkan diri, mengguyur seluruh tubuhnya dengan air.
Ia menangis di bawah pancuran shower yang membasahi seluruh tubuh dan juga rambutnya, sudah terbiasa menangis di bawah guyuran air seperti itu. Dan hari ini seperti biasa April melakukannya lagi seolah menangis seorang diri adalah hal yang dapat menenangkan diri, walaupun acara mandi menjadi sedikit lama dan menyebabkan jari-jemarinya menjadi berkerut.
April mengenakan jubah mandi dan duduk di meja rias, melihat pantulan dirinya di cermin. Masih terlihat cantik meski wajahnya tak sebahagia dulu, kantung mata menghitam dan bengkak karena tangisnya. Tapi setelah tangis itu mereda April kembali ke kehidupannya yang terasa hampa dan berat untuk dijalani.
Tidak boleh keluar dari rumah barang sejengkal saja..
Tidak ada satu pun teman yang ia miliki..
Tidak ada keluarga yang paham akan kondisinya..
Dan semua itu harus ia lakukan dengan suka cita, menyembunyikan segala kesedihan di depan semua orang yang menyangka kehidupan rumah tangganya benar-benar bahagia dan juga sempurna.
Ya, kehidupan April memang sempurna.
Memiliki suami, anak-anak yang lucu dan juga rumah yang bagus.
Suami yang tampan dengan pekerjaan mapan, tidak pernah keluar rumah untuk sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Tidak pernah main perempuan dan penyayang terhadap anak-anaknya. Pergi pagi untuk bekerja dan pulang kembali sore hari, rutinitas seperti itu yang digemari oleh semua orang termasuk keluarga karena berpikir bahwa pria itu terlihat begitu sempurna.
Tapi di dunia ini pasti tidak ada pria atau pun manusia yang sempurna, April akui hal itu.
Kekurangan pria itu hanya karena dia terlalu cinta kepada April hingga sulit melepaskan wanita itu dalam keadaan apapun.
Membuat April tertekan dan terkekang di dalam sesuatu yang ia sebut dengan rumah, menikah dengan pria itu beberapa tahun lalu membuatnya berpikir apakah ia harus menyesali keputusannya atau tidak. Karena terlalu cinta juga tidak baik untuk sebuah hubungan terlebih setelah menikah. Rasa cemburu, protektif bercampur satu bersama amarah. Padahal, tidak ada niatan sedikit pun bagi April untuk meninggalkan pria itu.
Pria yang ia sebut sebagai seorang Suami...