Membuka pintu secara perlahan..
April melihat pria itu sudah tertidur lelap di atas ranjang, nafasnya begitu teratur menandakan dia sudah pergi ke alam mimpi dan April bisa bernafas lega tanpa harus beradu argumen tentang permintaannya tadi. Wanita itu menuju ranjang dimana ia harus berbagi tempat tidur dengan pria yang ia sebut sebagai seorang suami..
Setelah menutup pintu kamar kembali, April menaiki ranjang dan membuatnya sedikit bergoyang. Berharap pria itu tidak bangun dan menyadari kehadiran April, beruntung nafas Tio terdengar masih stabil. Jadi April bisa merebahkan kepalanya ke atas ranjang setelah seharian penuh berkelahi dengan pemikirannya sendiri, membelakangi Tio adalah posisi kegemaran April belakangan ini. Tak ingin berhadapan apalagi melihat wajah Tio apalagi saat mengingat wajah pria itu ketika marah.
Saat April baru saja menutup kedua matanya ingin mengistirahatkan tubuh, tiba-tiba saja ranjang bergoyang. Sebuah tangan kekar mulai menyentuh pinggul dan berakhir di perut rata April, tak lain dan tak bukan pastilah pria itu.
Yang menyadari kehadiran April di sebelahnya hingga membuat Tio ingin memeluk istrinya itu.
April mengabaikannya seolah tak menyadari hal itu, tapi jemari kekar Tio seolah menggoda April di bawah sana dan membuatnya merasa tak nyaman.
"Yang!" Satu bisikan di telinga April, terasa geli dan menggoda. Tapi April masih berusaha tak tergoda karena dirinya memang sedang tidak ingin, teringat kemarin malam Tio memukul April. Pria itu masih bisa meniduri istrinya sendiri setelah melakukan perbuatan keji tersebut, tanpa menyadari bagaimana perasaan April.
April tidak dapat terus menahan tubuhnya ketika kekuatan Tio lebih besari dibandingkan dengan dirinya, hingga pada akhirnya saat sebelah tangan Tio menarik bahu April. Wanita itu hanya bisa pasrah berbaring telentang.
"Aku ngantuk!" Ujar April saat Tio mulai menindih tubuhnya, tapi sepertinya Tio menulikan pendengarannya dan mulai menggerayangi tubuh April di balik piyama tidur wanita itu. Hingga entah bagaimana semuanya terlepas begitu saja dari tubuh April, membuat kulit mulus itu terlihat polos di bawah kukungan Tio. April hanya bisa membuang muka, saat menyadari pria itu bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana tidurnya. Mulai menggerayangi seluruh tubuh April dan membuat lehernya geli akibat brewok tipis itu mengenai leher April, membuat desahan yang mengundang gairah Tio semakin menjadi.
Tio berusaha mencapai bibir April meskipun wanita itu selalu membuang muka ke arah samping, hingga akhirnya jemari Tio menekan kedua pipinya agar wanita itu tidak menoleh. Bibir mereka bertemu, April masih tak ingin membuka bibirnya meski Tio sudah menggodanya. Namun saat sesuatu menyeruak ke dalam diri April dan menyebabkan perih di sekitar selangkangannya, bibir April sontak terbuka karena mendesah. Tio tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung memainkan bibir dan lidahnya bersama April, April yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan Tio berusaha mendorong dada bidang itu agar sedikit menjauh. Tapi semakin April membuat penolakan kepada Tio, semakin pria itu akan menunjukan taringnya.
Tio membuka kedua tangan April dan menahannya di sisi bantal wanita itu hingga April tidak dapat bergerak banyak, Tio memberi kecupan di sekitar leher dan dada April. Bagian yang paling pria itu sukai dari April, wanita itu sedikit berontak walaupun sepertinya usahanya sia-sia. Ia tidak mungkin menang melawan seorang pria yang bobot tubuhnya jauh lebih besar dari pada dirinya dan juga kuat, dan seperti biasa yang terjadi setelah berontak. Akhirnya April merasa pasrah dan membiarkan pria itu melakukan tugasnya sebagai suami, karena bagaimana pun April masih berstatus sebagai istrinya. Desahan April mulai terdengar pilu, Tio memasukinya dengan brutal dan semakin keras.
Pria itu tidak pernah bermain dengan lembut, meski April juga menyukainya tapi sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bercinta setelah bentakan di meja makan tadi. Cukup lama mereka dengan posisi seperti itu, hingga Tio merubah posisi dengan berada di belakang April dan kembali menyatukan diri kepada wanita itu.
"Hah!" April mendesah dengan kencang, menutup kedua matanya sendiri saat jemari berurat milik Tio mulai menyentuh lehernya dan menjeratnya cukup kuat. Tio memberi kecupan panas di sekitar bahu April, memberikan beberapa tanda di sana meski April tidak akan menyukai bekasnya.
"Stop!" Rintih April, ketika ia mulai tidak tahan menahan rasa ngilu di dalam dirinya.
Tapi Tio terus menghentak April dengan keras, tak memperdulikan raungan dan rintihan yang mulai keluar dari bibir wanita itu. Memeluk tubuh April dari belakang demi mempertahankan posisi mereka, sementara lutut April sudah mulai goyah dan tidak tahan.
"Tio!" April sampai memanggil nama Tio, berharap pria itu segera menyudahi permainan yang mulai menyakiti April. Bukan hanya perkataan dan perlakuan pria itu yang menyakiti April, tapi juga cara bermain Tio di atas ranjang. Mungkin April akan menyukainya jika saja Tio tidak pernah bersikap kasar padanya, namun begitu mengingat semua hal yang pernah pria itu lakukan kepadanya, April merasa sakit.
Tio kembali membalikan tubuh April menjadi telentang berhadapan dengannya, kembali menyatukan diri meski hal itu semakim membuat April merasa ngilu. Namun tubuh kekar itu sama sekali tak bisa berhenti untuk menggagahi April, membuat April hampir menangis karenanya.
"Tio, please.....!" Rintih April sambil memegangi kedua tangan Tio yang menopang tubuhnya.
Hingga pada akhirnya, tubuh Tio bergetar hebat. April dapat merasakan rasa hangat menjalar di bawah sana, tubuh kekar Tio ambruk di atas April dan memeluknya dengan erat tanpa April berniat membalas pelukan tersebut. Terasa keringat Tio menempel di tubuh April dan ikut membasahi tubuh wanita itu.
April sebenarnya merasa tak nyaman dengan posisi seperti ini, belum lagi bagian selangkangannya terasa perih dan sakit. Tapi sepertinya Tio tak berniat melepaskan pelukannya di tubuh April dan malah menenggelamkan wajahnya ke lekukan leher April.
"Besok pagi biar aku aja yang anter anak-anak pergi sekolah, kamu di rumah aja jangan kemana-mana!" Kata Tio setelah adegan percintaan mereka, pria itu lalu bangkit dari atas April menuju kamar mandi dengan ketelanjangannya. Meninggalkan April dengan segala pemikirannya yang berkecamuk setelah mendengar ucapan pria itu, seolah April merasa tidak rela jika harus terus-terusan terkurung di dalam rumah.
Tapi kali ini, April sudah benar-benar lelah. Ia ingin pergi meski pada saat April kembali ke rumah, pria itu akan melayangkan pukulan atau mencambuk April menggunakan ikat pinggangnya. Meskipun Tio akan menjambak rambut April sekalipun atau mengguyur seluruh tubuh April dengan air. April sudah tidak perduli lagi!
Seakan tubuhnya telah mati rasa dan pikirannya telah mati.
April telah membiarkan pria itu menyakiti hidupnya sejak lama, membiarkan pria itu masuk ke dalam kehidupannya tanpa April sadari jika kehidupannya akan berakhir seperti ini. Seperti seekor burung yang ada di dalam sebuah sangkar, duduk manis dan menjadi pemuas bagi pria itu. Tanpa Tio sadari jika ia telah kehilangan sedikit demi sedikit cinta tulus dari istrinya.