Chereads / MEMBUNUH MANTAN? / Chapter 9 - BAB 9 . DEMI TINUTUAN

Chapter 9 - BAB 9 . DEMI TINUTUAN

Nadia sudah hendak membuka singletnya ketika tiba-tiba pintu kamar hotel terbuka.Nadia mengurungkan niatnya dan langsung menarik selimut yang ada di atas ranjang untuk menutupi tubuhnya.Kini hanya kepalanya yang terlihat.

"Apa yang kau lakukan kepada Sahrul?!"tanya Emal tegas kepada Nadia.

Emal melangkah mendekat.Dia memasang kembali kancing baju sahabatnya itu.Emal rupanya menyuruh staf hotel untuk datang membawakan kunci duplikat kamar itu sehingga dia bisa masuk ke dalamnya.

"Jangan coba-coba membuat Sahrul menjadi pezinah.Dia lelaki suci!"seru Emal kepada Nadia.

Emal kemudian menggendong tubuh Sahrul di punggungnya.Setelah itu mereka meninggalkan kamar tersebut.Emal membawa Sahrul ke kamar 923 yang sudah dia booking mendadak tadi.Firasat Emal terbukti,Sahrul dalam bahaya.Emal membaringkan tubuh sahabatnya di atas ranjang sambil berharap efek anestesi pada tubuh Sahrul segera berakhir.

Sementara itu Mutiara sedang berdiri di hadapan Armita.

"Kami berhasil menemukan alamat Chef Vendis,bu."kata Armita yakin.

"Beliau ada di Jakarta?"tanya Mutiara cepat.

Armita menggeleng.

"Beliau tinggal di pedalaman Minahasa."jawab Armita."Disana tidak ada sinyal handphone sama sekali."

Armita menuliskan alamat pada secarik kertas memo.Dia kemudian menyerahkan memo itu kepada Mutiara.Mutiara menerima kertas memo itu.Alamat ini baru untuknya.Dia juga belum pernah ke Sulawesi Utara sebelumnya.

Semua staf JBWO juga belum pernah ke alamat tersebut.Terlalu beresiko jika mempercayakan tugas mulia ini kepada orang-orang yang belum berpengalaman.Resiko gagalnya lebih besar daripada suksesnya.Mutiara memilih untuk ke Sulawesi Utara,dia lebih baik mengambil alih tugas ini karena dia adalah pemimpin JBWO.

Mutiara membooking dua tiket pesawat saat itu juga via aplikasi.Dia hendak mengajak Sahrul ikut serta bersamanya.Mutiara menelepon Sahrul namun tidak diangkat oleh Sahrul.

Sahrul sendiri sudah mulai siuman.Dia terkejut melihat Emal.Emal menjelaskan semuanya kepada Sahrul.Sahrul tidak menyangka Nadia bisa senekad itu.Sahrul sangat menghargai wanita,dia tidak mungkin melakukan hal-hal tercela seperti menodai seorang wanita.Apalagi dia sangat mencintai Nadia.Cinta yang berlandaskan nafsu bagi Sahrul adalah hal yang tidak terpuji.

"Lupakan Nadia.Tindakannya tadi sungguh tidak terpuji.Kau lebih layak bersanding dengan seorang ratu daripada dengan seonggok sampah."kata Emal blak-blakkan.

"Aku bisa menasihatinya untuk berubah."kata Sahrul.

"Cinta telah membuatmu buta,sobat."kata Emal.

Sahrul kemudian teringat kepada Mutiara.

"Emal....aku harus pergi dulu.....mungkin bosku sedang mencariku.Aku sudah terlalu lama meninggalkannya."kata Sahrul cepat.

"Baiklah.....ngomong-ngomong kau cocok bersanding dengan bosmu."kata Emal mendukung.

"Jangan gila.Dia selamanya tetap bosku.Aku hanya dilahirkan untuk Nadia."kata Sahrul cepat.

Sahrul segera meninggalkan kamar dan berlari mencari Mutiara di halaman belakang hotel.

"Bos ada dimana?"tanya Sahrul kepada Armita yang kebetulan ada di halaman belakang hotel,Armita masih memantau pekerjaan para kru dalam melepas property seusai pesta pertunangan tadi.

"Beliau sudah ada di bandara."jawab Armita.

"Kenapa bisa?"tanya Sahrul penasaran.

"Tidak usah banyak tanya.Segera susul beliau.Kau akan menemani beliau ke Sulawesi Utara."jawab Armita.

Sahrul segera ke bandara dengan diantar salah satu kru JBWO dengan menggunakan sepeda motor agar terhindar dari kemacetan.Hujan turun tanpa permisi.Sahrul dan si pengantar lupa membawa jas hujan.

"Lanjut saja..."kata Sahrul gigih.

"Sip."kata si pengantar.

Mereka melawan hujan yang lumayan deras.Akhirnya mereka tiba di bandara dengan tubuh basah kuyup.Sahrul segera mencari Mutiara,dia mengabaikan tubuhnya yang basah kuyup dan kedinginan.Dia merogoh handphone yang ada di saku celananya dan mengaktifkannya.Dia lalu menelepon Mutiara.

"Halo.....ibu dimana?"tanya Sahrul.

"Aku di restoran dekat tempat check in."kata Mutiara."Aku sms lokasiku."

Mutiara kemudian mengirimkan sms menyebutkan di Gate mana dia akan check in.

Sahrul segera ke tempat itu.Mutiara terkejut melihat Sahrul yang basah kuyup.

"Tunggu disini.Aku pergi belikan pakaian ganti."kata Mutiara sambil mempersilahkan Sahrul untuk duduk.Mutiara mengambil sweater dari dalam ranselnya dan memasangkan sweater itu di atas dada Sahrul."Pakai itu untuk sementara."

Sahrul mengangguk.Mutiara kemudian berlari cepat mencari toko pakaian yang ada di bandara.Dia memilihkan baju dalam,celana dalam,baju kaos,celana panjang,dan sendal untuk Sahrul.Setelah itu dia menemui Sahrul di tempat tadi.Dia menyarankan Sahrul untuk berganti baju di toilet bandara.

Sahrul menuju toilet bandara untuk mengganti pakaiannya.Tak lama kemudian dia sudah tiba di tempat semula.Semua pakaian yang dibelikan Mutiara untuknya pas.Pakaian basahnya tadi dia taruh di loker bandara,saat balik dari Sulawesi Utara baru dia ambil kembali.

"Makan dan minum dulu."kata Mutiara.

Sahrul takjub.Rupanya Mutiara sudah memesankan menu makanan dan minuman untuknya yang ajaibnya adalah menu-menu favoritenya.Darimana Mutiara tahu kalau dia menyukai semua ini?.Apakah ini yang dinamakan kebetulan belaka?.

Sahrul segera duduk dan melahap makanan dan minuman yang ada di hadapannya.Lahap sekali.Mutiara tersenyum senang melihatnya.Saat Sahrul makan,Mutiara menjelaskan tujuan keberangkatan mereka ke Sulawesi Utara.

"Jangan khawatir,bu.Saya pernah tinggal di Sulawesi Utara selama 2 tahun saat SMP."kata Sahrul.Dia sudah selesai makan dan merasa puas dan kenyang.

"Syukurlah....."kata Mutiara lega."Apa kau tahu alamat ini?"

Sahrul membaca alamat yang ditunjukkan Mutiara kepadanya.Sementara itu Mutiara pergi check in.Tak lama kemudian Mutiara kembali.

"Aku tahu alamat ini,bu."kata Sahrul.

"Bagus kalau begitu."kata Mutiara.

Mutiara dan Sahrul kini menuju ke ruang tunggu keberangkatan.Mutiara hanya membawa tas ransel dan tas selempang sedangkan Sahrul tidak membawa apa-apa.

Sahrul sangat tahu alamat ini karena dulu sebelum ayahnya resign total dari PNS beliau pernah ditugaskan di desa ini sebagai guru SD.

Pesawat pun terbang dengan gagahnya.Mutiara dan Sahrul duduk berdampingan di kelas ekonomi.Kelas bisnis sudah habis dibooking penumpang lain,itulah resiko yang dialami Mutiara dan Sahrul karena melakukan perjalanan mendadak.

Di tengah jalan,pesawat sedikit mengalami gangguan.Mutiara yang ketakutan tanpa sadar menyentuh dan memegang tangan Sahrul yang kebetulan ada di sandaran lengan kursi pesawat.Sahrul berusaha menenangkan Mutiara.Namun Mutiara sudah berlinangan airmata.

Sahrul menghapus airmata Mutiara dengan sapu tangan dari saku bajunya.Dia menggunakan tangan kanannya,sedangkan tangan kirinya sudah dalam kekuasaan Mutiara.

Guncangan itu pun berlalu.Mutiara baru sadar kalau dia sudah memegang tangan Sahrul sedemikian kerasnya.Dia segera melepaskan pegangannya dan meminta maaf kepada Sahrul.

Pesawat mendarat mulus di bandara Sulawesi Utara.Mutiara dan Sahrul langsung merental sebuah mobil yang akan langsung mengantar mereka ke desa tempat Chef Vendis tinggal.

"Saya hanya mengantar sampai perbatasan.Setelah itu kalian harus menyewa perahu untuk bisa ke desa itu."kata sopir mobil rental yang bernama Ade.

"Baiklah."kata Mutiara.

Perjalanan pun dimulai.Hari sudah larut malam.Mereka makan malam dengan bekal makanan yang mereka beli di bandara tepat tak lama setelah pesawat mendarat.Makan malam itu dilakukan di dalam mobil yang sedang melaju.Mutiara dan Sahrul sama-sama duduk di belakang supir.

"Apa kau dan isteri asli dari desa itu?"tanya Ade kepada Sahrul.

Sahrul nyaris tersedak mendengar pertanyaan itu.

"Kami bukan suami isteri,pak."jawab Sahrul setelah mampu menguasai diri.

Mutiara memilih diam saja mendengar pertanyaan dari Ade.Bagi Mutiara Sahrul adalah anak buah merangkap teman,tak lebih dan tidak kurang.

"Dia pacarmu?"tanya Ade menyelidik.

"Bukan."jawab Sahrul cepat.

Ade seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan Sahrul.Sahrul tidak nyaman dengan sikap Ade yang menganggap dia dan Mutiara adalah sepasang suami isteri.

Perjalanan berlanjut terus meski makan malam telah usai.Tak lama kemudian Mutiara dan Sahrul sama-sama terlelap.Saking lelapnya Mutiara tanpa sadar menyandarkan kepalanya di bahu Sahrul dan Sahrul membiarkan itu karena dia juga sedang tertidur lelap.

Ade mengemudikan mobil dengan hati-hati.Sesekali tersenyum melihat dari kaca spion posisi tidur dua orang di belakangnya itu yang sangat romantis menurutnya.

Perjalanan ini sudah agak sangat lama ketika.....

"Bangun....."kata Ade kepada Sahrul.

Sahrul terbangun.Sahrul terkejut saat melihat Mutiara yang masih terlelap bersandar di bahunya.Mobil terhenti di depan sebuah jembatan yang terputus.Ada sungai di bawah jembatan itu.

"Maaf,aku hanya bisa mengantar sampai sini."kata Ade.

Hujan kemudian turun,semakin deras.Suara guntur membangunkan Mutiara yang terlelap.Dia terkejut bukan karena guntur tapi karena melihat kepalanya bersandar di bahu Sahrul.Mutiara segera menjauhkan kepalanya dari Sahrul.Sahrul terlihat biasa saja dengan sikap Mutiara itu meski dalam hati dia juga terkejut saat melihat pertama kali ketika Mutiara bersandar di bahunya.

"Kita sudah tiba,ya?"tanya Mutiara mencoba mengalihkan kondisi.Dia tidak ingin kasus bersandarnya kepalanya di bahu Sahrul diperbincangkan.

Sahrul menjelaskan situasi terkini kepada Mutiara.Mutiara tidak pantang mundur.Mutiara tetap akan menyeberangi sungai itu.

"Hanya 20 meter panjangnya."kata Mutiara ringan.Dia tidak sedang meremehkan tapi dia sedang optimis bisa mengalahkan situasi yang tak mengenakkan ini.

"Tapi,sungai itu angker dan katanya ada buaya."kata Ade memperingatkan.

Mutiara tidak takut.Dia sedang berpacu dengan waktu.Diliriknya smartwatchnya dan sekarang waktu menunjukkan jam 2 dini hari.Sudah tanggal 2 November.Esok tanggal 3 November jam 1 siang acara lamaran akan dimulai.Mereka harus tiba di Jakarta paling lambat besok subuh.Itupun sudah sangat beresiko karena Chef Vendis memasak Tinutuan sebanyak 3.000 porsi.

Mutiara keluar dari mobil.Air hujan menyambutnya.Sahrul juga keluar.Ade tak kuasa menahan mereka.Dia memilih menyalakan lampu mobil untuk pencahayaan.Ade sudah menerima upahnya namun dia tidak tega meninggalkan Sahrul dan Mutiara.

"Kamu pegang ransel dan tas selempangku."kata Mutiara kepada Sahrul sambil melemparkan ransel dan tas selempangnya kepada Sahrul.Sahrul berhasil menangkap keduanya.Dia menaruh ransel itu di punggungnya dan memakai tas selempang itu di tubuhnya.

Mutiara meletakkan kakinya di dalam aliran air sungai.Sangat dingin.Dia tidak menyerah.Dia kemudian melangkah bersama air hujan yang membasahi dirinya.Sahrul melangkah di belakangnya.Dalam hati Sahrul mengagumi sosok Mutiara yang begitu berani dan pantang menyerah.

"Habislah mereka dimakan buaya..."kata Ade khawatir.

..................