Sahrul melangkah meninggalkan Mutiara.Dia segera berlari menuju ke dalam Hotel Sahrul.Tadi mereka ada di halaman belakang hotel tersebut.Setelah berada di dalam hotel,Sahrul segera mencari lift.
Saat itulah Sahrul berpapasan dengan Emal.Emal segera menarik tangan Sahrul dan mengajaknya masuk ke dalam lift khusus staf hotel yang akses masuknya hanya bisa dengan menggunakan ID Card.Emal menutup pintu lift dengan cepat.Kini hanya ada mereka berdua di dalam lift.
"Kau Sahrul,kan?"tanya Emal serius.
Sahrul mengabaikan pertanyaan Emal dan menekan tombol 9 pada papan tombol lift.Kerinduannya kepada Nadia tak tertahankan lagi.
Emal mencoba menarik rambut extention Sahrul,namun Sahrul mencegahnya.
"Ya.Aku memang Sahrul."kata Sahrul sambil melepaskan tangan Emal dari pegangan tangannya.
"Kenapa kau menyamar?"tanya Emal penasaran."Ini pasti ada hubungannya dengan Nadia."
"Silahkan menebak sesukamu,sobat."kata Sahrul."Tapi,jangan bocorkan kepada siapapun tentang penyamaranku."
"Hanya satu nasihatku,sobat."kata Emal tulus."Lupakan Nadia.Kau sendiri yang menyiapkan pertunangan mereka dan kau tahu betapa Nadia sudah melupakanmu."
"Terima kasih untuk nasihatmu.Aku pergi dulu."kata Sahrul bersamaan dengan terbukanya pintu lift.
Emal berpura-pura cuek.Lift kembali tertutup.Sahrul melangkah menuju kamar 921.Emal kembali ke lantai 9 dan dia diam-diam membuntuti Sahrul.
Emal melihat Sahrul memasuki kamar 921.Emal segera menghubungi staf resepsionis untuk menanyakan siapa yang telah membooking kamar tersebut.Pihak resepsionis kemudian memberi kabar kalau kamar itu dibooking oleh Nadia.
Nadia menyambut Sahrul dalam pelukan.Sahrul bahagia mendapat perlakuan seperti itu dari gadis yang sangat dicintainya.Sementara Emal tak tahu harus melakukan apa saat ini.Dia hanya bisa berjalan mondar mandir di depan kamar 921.
"Aku merindukanmu."kata Nadia manja kepada Sahrul.
"Aku juga."kata Sahrul sungguh-sungguh.
Sahrul melepaskan semua kerinduannya yang terpendam selama ini.Bahagia rasanya bisa bersama Nadia seperti saat ini.
Nadia melepaskan pelukannya setelah beberapa menit.Dia kemudian mengajak Sahrul duduk di atas kursi sofa yang ada di kamar itu.
Sementara itu,Mutiara mendadak diajak meeting oleh Pak Zunan.Meeting kecil itu dilakukan di salah satu ruang VVIP restoran hotel.Mutiara kini sudah duduk di hadapan Pak Zunan.Tak lama kemudian datang Pak Didit dan Ibu Debi yang merupakan orang tua Nadia.
"Nenek Nadia mendadak ingin ada Tinutuan di acara lamaran tanggal 3 nanti."kata Ibu Deby.
"Kami bisa siapkan,bu."kata Mutiara optimis.
"Tapi....."kata Pak Didit.
"Tapi apa,pak?"tanya Mutiara penasaran.Setahu Mutiara menu Tinutuan sudah sangat umum.Dia mengenal beberapa chef yang mahir membuat menu khas nusantara tersebut.
"Ibu saya hanya ingin Tinutuan yang dibuat Chef Vendis Tengker."kata Pak Didit.
Mutiara sudah mengenal nama itu.Dia kemudian ingat siapa Chef Vendis Tengker.Beliau adalah salah satu Chef legendaris Nusantara yang mendadak menghilang dari hiruk pikuk dunia kuliner.
"Bapak tahu alamatnya dimana?"tanya Mutiara ingin tahu.
"Tidak,Mutiara."jawab Pak Didit tak tahu.Beliau terlihat sangat bingung."Itulah masalahnya."
Chef Vendis Tengker atau sering dijuluki dengan Si Pemanja Lidah memang sangat terkenal.Beliau menghilang sejak tahun 2005.
"Ibu saya sangat tahu dengan rasa masakan beliau.Jika diduplikasi akan sangat susah.Dulu ibu saya sangat sering mengundang Chef Vendis untuk menjadi koki di rumah kami."kata Pak Didit.
"Saya akan menemukan Chef Vendis secepatnya.Jika sampai tanggal 3 subuh saya belum bisa menemukannya maka terpaksa saya tidak bisa memenuhi keinginan anda."kata Mutiara.
Sekarang baru pukul 07.20 malam.Meeting kemudian berakhir.Mutiara segera menghubungi beberapa stafnya untuk khusus melacak jejak Chef Vendis Tengker.
Nadia dan Sahrul duduk di kursi sofa.Emal berusaha untuk tidak mengetuk pintu kamar hotel.Nadia kemudian menuangkan segelas orange jus untuk Sahrul.Sahrul meminum orange jus itu sedikit.Nadia kemudian bersandar di bahu Sahrul.
"Malam ini indah sekali."kata Nadia syahdu.
Nadia kemudian memegang tangan Sahrul.Sahrul belum pernah diperlakukan seperti ini semenjak 10 tahun menjadi kekasih Nadia.
"Habiskanlah waktumu bersamaku."kata Nadia mesra.
Nadia kemudian menatap Sahrul.Dia hendak mencium bibir pemuda itu.
Mutiara sudah menghubungi staf-stafnya,dia kemudian menghubungi Sahrul namun Sahrul menonaktifkan nomornya.
"Dia kemana,sih?"tanya Mutiara heran kepada dirinya sendiri.
Sahrul menolak niat Nadia.Tak ada ciuman mesra malam ini.Nadia tak kehilangan semangat.Dia kemudian membuka bajunya di hadapan Sahrul.Kini Sahrul buru-buru menutup matanya.Saat ini Nadia hanya mengenakan singlet tipis dan bra saja.
Nadia kesal dengan keteguhan hati Sahrul.Pemuda itu tak kunjung membuka matanya.Sahrul malah memilih berbalik dari arah Nadia.Sahrul membuka matanya dan bangkit dari kursi sofa.Dia hendak meninggalkan Nadia.
Tapi...
Matanya berkunang-kunang.Orange jus itu mengandung efek anestesi untuknya.Sahrul pun ambruk di atas ranjang.
Nadia tersenyum tipis.Dia kemudian duduk di atas ranjang tepat di samping tubuh Sahrul.Nadia melentangkan tubuh Sahrul dan mencoba membuka kancing bajunya.Semua kancing sudah terbuka.Tampaklah tubuh kekar Sahrul saat ini di hadapan mata Nadia.
...........