Robert meletakkan kembali gawainya ke dalam saku celana. Ia baru saja menghubungi orang yang dimaksud. Tak lama setelah itu, seorang wanita bersurai gelombang muncul di hadapan. Ia menarik kedua sisi bibir tipisnya. Persis seperti bulan sabit di angkasa.
"William, bagaimana?" tanya Robert sambil menaik turunkan alis. Pria itu tersenyum nakal.
William memindai tatapannya. Perempuan itu berwajah sensual dan memiliki betis yang jenjang. Mata bulatnya melirik William bersamaan dengan kepalanya yang tersentak ke belakang.
"William Morgan?" ujarnya bernada miring. "Kau memintaku untuk tidur dengan pria yang baru saja patah hati?" Dara berhidung mancung itu mendaratkan bokongnya persis di sebelah Robert.
William spontan bertanya-tanya dan merasa aneh. Siapa perempuan yang bisa mengetahui keadaan dirinya saat ini? Mereka belum pernah mengenal sebelumnya, bahkan jika ditanya, William baru kali ini melihat parasnya.
Ah, William baru ingat kalau berita pernikahannya yang batal sudah tersebar di seluruh kota melalui media.
Robert menoleh ke penjuru lain, dia segera angkat tubuh dari sofa panjang nan lembut tersebut.
"Itu tak mengapa. Kalian lanjutkan sajalah dulu," ujarnya dan berlalu pergi.
"Tunggu!" Wanita berpakaian kurang bahan itu melaungkan suara sambil berdiri. Membuat Robert terpaksa menghentikan langkah. "Aku tak sudi melayani lelaki yang baru saja dikhianati oleh kekasihnya. Aku tidak ingin melukai batinku sendiri karena permainnya yang sudah pasti cacat," sambungnya melempar netra ke arah William.
Sontak saja telinga William merasa terbakar dan panas. Gadis itu tidak tahu menahu tentang William tetapi sudah bisa mengklaim kehidupannya. Apalagi cara ia bermain di ranjang. Sepasang tangannya mengepal, rahangnya mengeras dan deretan giginya merapat.
Wanita ini, keterlaluan!
"Kau meremehkanku?" William mengangkat tubuhnya. Tak senang dengan ucapan orang tersebut.
"Berkacalah! Bagaimana kau bisa memuaskan lawanmu sementara kau saja sedang tidak baik?"
"Naera, jaga bicaramu!" Robert mendekap tubuh Naera kemudian menempelkan telunjuknya di bibir wanita itu.
Naera Rose. Seorang wanita pemain ranjang kelas kakap yang selalu bergonta-ganti pasangan setiap malam. Ia dijuluki sebagai danger woman karena sentuhannya yang dapat mematikan logika pria. Siapa saja yang berani memanggilnya, maka bersiap-siaplah untuk mengeruk kocek dalam. Konyolnya, Naera Rose sampai saat ini masih perawan. Para lelaki hidung belang berlomba-lomba untuk mendapatkan mahkota berharga itu.
"Robert, kau benar-benar telah menghabiskan waktuku karena lelaki ini," ujar Naera. Mengeratkan rantai tasnya di bahu, lalu ngacir meninggalkan Willian dan Robert.
Robert tidak menyangka bila Naera akan bertindak konyol seperti ini. Dia jadi merasa bersalah pada William. Niat hati ingin membantu, tapi malah semakin memperkeruh keadaan.
"William, aku sungguh minta maaf atas kejadian ini. Belum pernah Naera membuat kecewa para pria yang menginginkannya." Robert menangkupkan kedua tangannya.
William dengan sigap berlari mendahului Robert. Ia melangkah cepat menyusuri seisi club demi mencari wanita bernama Naera Rose itu.
"Sialan! Berani sekali dia meremehkan kemampuanku. Dia pikir sehebat apa permainannya?" rutuk William dalam hati. Napasnya memburu akibat mencium aroma alkohol dan bau keringat manusia yang sedang berkerumun.
Lelaki berparas bak titisan dewa itu menarik kerah kemeja sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Tangannya bagaikan tanaman yang merambat mendorong orang-orang di depannya. Barangkali ia temukan Naera diantara mereka.
Tetapi hingga ujung gedung club sekalipun tak ia temukan batang hidung Naera. Membuat William semakin kesal. Dia harus segera menemukan dan menangkap wanita itu, lalu ia bawa bermalam di ranjang yang empuk. Agar Naera tahu pria mana yang sempat ia jengkali.
Sementara di tempat lain, gadis berkulit mulus itu membuang napasnya dengan berat. Ia membungkukkan badan sambil menekan lututnya dengan kedua tangan. Naera dibuat kalang kabut karena William. Ia dapat merasakan aura api yang terpancar dari diri laki-laki itu. Naera bisa diperlakukan dengan tidak baik kalau sampai ia berhasil ditemukan.
Naera membuka high heels yang membuat kaki putihnya mendadak merah. Meraba jemari lentiknya yang ternyata sudah lecet. Naera mendengus kesal. Ia duduk di trotoar persimpangan jalan.
Ketika sedang beristirahat, tiba-tiba saja Naera didatangi oleh tiga orang pria bertubuh gelap lagi tegap. Mereka berpakaian brandal serta menggunakan kalung rantai silver di lehernya. Naera merasa tidak nyaman. Buru-buru ia bangkit dan mencoba untuk lari.
"Mau kemana, Cantik?" ujar salah satu diantara mereka. Mukanya dipenuhi oleh bekas jahitan.
Naera berusaha meninggalkan manusia yang menyerupai singa liar tersebut. Namun, karena mereka menahan lengannya, maka Naera tak dapat berbuat banyak. Yang dia lakukan hanyalah berteriak dan menggeol-geolkan tangannya guna melepaskan diri.
"Siapa kalian? Jangan menggangguku!" tegas Naera seraya memeluk tasnya di dada.
Ketiga lelaki itu kian menjadi-jadi. Jalanan cukup ramai, tapi tak satupun ada yang berwelas asih pada Naera. Mereka hanya melihat tanpa niat menolong.
"Lepas!" Urat di leher Naera menyembul. Membentuk guratan kasar. Jantungnya berdenyut lebih cepat saat tahu bahwa dirinya sedang dikepung bahaya.
Bukannya Naera takut diculik lalu diperkosa oleh sekawanan singa liar itu. Namun, saat ini ia tahu kalau mereka berniat untuk merampas tas Naera. Di dalam benda persegi itu terdapat berlembar-lembar kertas penyelamat kehidupan. Mustahil Naera dapat mengikhlaskannya pada orang tak dikenal.
Bukannya bekerja di ranjang juga butuh tenaga ekstra?
Naera memeluk tasnya erat. Namun apa daya, tenaga ketiga lelaki itu jauh lebih kuat dari dirinya. Salah satu diantara mereka memeluk tubuh Naera dan yang lainnya merampas tas Naera. Wanita itu meronta sambil menendang-nendangkan kakinya di udara. Ia kesulitan bergerak karena kedua lengannya ditahan. Tak ada seorang pun yang mau menolong Naera, kecuali…
BUGH!!!
BUGH!!!
PRANG!!!
Seorang lelaki bertubuh tegap meninju sekawanan orang kelaparan tersebut. Pria berwajah bekas jahitan sontak mencampakkan Naera dari rengkuhannya, hingga perempuan itu terpental lalu menubruk tiang neon. Naera dinyatakan pingsan di tempat setelah kepalanya terbentur tiang dengan keras. Sebelum Naera benar-benar tak sadarkan diri, dia sempat melihat sosok mana yang menolong dirinya.
William Morgan!
"Siapa kau? Jangan ikut campur urusan kami, brengsek!" umpat laki-laki berambut gondrong. Ia berlari ke arah William seraya mengangkat kaki.
BUGH!!!
William berhasil menangkis tendangan maut tersebut.
Sekilas ia menilik Naera yang sudah telentang di bawah tiang neon. Surai indah milik Naera menutupi sebagian wajahnya. Naera tumbang tak berdaya.
"Jangan salahkan aku jika setelah ini kalian mengalami patah tulang!" ujar William tegas.
Pergelutan terus berlangsung. William mengerahkan seluruh tenaganya untuk menonjok sekawanan rampok tersebut. Ia memberi bogem pada mereka secara bergantian dan tanpa ampun. Pria berwajah bekas jahitan sukses dibuat kapok dan nungging di trotoar oleh William. Sementara lelaki itu hanya mengalami sedikit luka di sudut bibirnya.
"Kabur, ayo kabur!" Kelompok penjahat itu saling bahu membahu untuk memapah temannya yang sudah tak berdaya.
William membenarkan kerah kemejanya lalu meraih tas Naera yang tercampak di tepi jalan raya seusai preman-preman itu pergi.
"Begitu saja rupanya kekuatan kalian, cih!" umpat William dalam hati.
Ia menoleh ke belakang. Tanpa pikir panjang, William langsung menggendong tubuh Naera ala bridal style dan melarikannya ke suatu tempat.
***
Bersambung