Chereads / CONTRACT MARRIAGE WITH CEO / Chapter 4 - KEJUTAN DI RUMAH

Chapter 4 - KEJUTAN DI RUMAH

Malang sekali. Naera bangun di saat yang kurang tepat. William baru saja hendak pergi bekerja. Dia memutuskan kembali ke kamarnya, mengingat jam tangan yang tertinggal di meja nakas.

William menyorot tajam wajah Naera yang tampak membingungkan tersebut. Sesungguhnya William bisa saja melancarkan aksinya, karena Naera telah membuka mata. Namun, lagi-lagi dia dihadang oleh keadaan. William bukan tipe orang yang merestui keterlambatan, walaupun dialah CEO di perusahaan tersebut. Jika William mengeksekui Naera, pasti dia akan tiba dengan telat di kantornya.

"Kuperingatkan engkau untuk tidak kabur dari rumah ini! Aku akan menyewa beberapa body guard untukmu." William menunjuk wajah orang di depannya. Sayang sekali, seharusnya William memanggil orang suruhannya sejak tadi malam.

Pandangan Naera tertuju pada paras menawan lelaki yang baru saja gagal menikah itu. Jika mengingat kalau mereka tak terjerat masalah, pasti Naera akan sudi disentuh olehnya. Sialnya Naera sudah terlanjur menyombongkan diri.

Akh! Detik berikutnya Naera sadar bahwa William Morgan adalah seorang pria galak lagi angkuh.

"Apakah ini rumahmu?" tanya Naera seraya mengedarkan pandangan. "Kalau begitu lepaskanlah wanita asing yang telah menghinamu ini. Bukankah kau membenci perlakuanku?"

William mendadak geram melihat tingkah Naera. Seharusnya dia berterimakasih, karena sudah diselematkan dari singa liar yang menjeratnya kemarin.

"Aku tak akan melepaskanmu, Nona tidak tahu diri! Bukankah kau meledek permainanku? Kalau begitu malam nanti akan kubuktikan semuanya,"

Seketika Naera ber oh ria di dalam hati. Kini, Naera paham bahwa Williamlah yang sudah menyelamatkannya dan dia melakukan itu untuk membalaskan dendamnya terhadap cacian Naera.

Aura kekejaman William begitu menyeruak dari dalam dirinya. Sejujurnya Naera agak gentar, tapi dia berusaha untuk tetap terlihat kuat di hadapan sang lawan. Saat ini Naera tidak memiliki cara untuk kabur, akhirnya dia memutuskan mengalah dan akan memikirkan semuanya setelah William pergi.

"Aku ingin makan,"

"Hah?"

William dibuat kaget dengan kalimat Naera, pasalnya dia berkata-kata yang tidak ada hubungannya dengan pembahasan mereka tadi. William menelisik wajah Naera guna mencari kebohongan di sana.

"Semuanya sudah tersedia di dapur," kata William dan langsung meninggalkan Naera seorang diri.

William tak dapat berbicara lebih banyak dengan wanita itu, mengingat jam kerjanya yang sebentar lagi akan dimulai. Namun, William sudah menghubungi beberapa orang suruhan untuk memantau rumahnya. Mereka sedang di jalan saat ini dan sebentar lagi akan sampai. Jadi, William tak perlu takut meninggalkan Naera. Apalagi Naera mengatakan bahwa ia ingin makan. William menganggap bahwa Naera tak akan beranjak dari kediamannya yang super mewah itu.

Bodohnya William. Semua tidak seperti yang ia pikirkan. Seusai punggung William benar-benar hilang dari pandangan, Naera mengelilingi ruangan demi ruangan rumah lelaki jangkung tersebut. Dia mencari keberadaan bogy guard yang dikatakan oleh William.

"Ke mana orang-orang tidak penting yang dia katakan? Cih! Ternyata William hanya berlagak saja," kata Naera yang tidak tahu bahwa orang suruhan William sedang dalam perjalanan.

Tapi semua ini membuat Naera kedatangan ide brilian. Kemudian dia mencari cara untuk kabur dari rumah itu. Naera mendayung kakinya ke arah pintu belakang. Beruntung! Naera menemukan sebuah jendela tanpa jerjak di sana.

"Sepertinya nasib baik masih berpihak padamu, Cantik!" batin Naera.

Semangat Naera untuk kabur sontak membara. Diangkatnya kaki dan mulai mendaki jendela tersebut. Naera berhasil melompat ke bawah dan mengalami hentakan yang cukup kuat di bagian bokongnya. Tak apa, yang penting Naera bisa keluar dari penjara megah itu.

Naera tersenyum puas dan berjalan lebih jauh lagi. Bahkan, dia sempat memanjat pagar setinggi dua meter yang ternyata dikunci oleh William saat ia pergi bekerja.

Hap!

"Akhirnya aku bisa kabur dari sini,"

Naera pun melenggang untuk mencari angkutan umum dan pulang ke rumahnya. Beruntungnya lagi William membawa serta tas Naera ke kamar, sehingga Naera tak kekurangan suatu apapun kecuali lebam-lebam di beberapa bagian tubuhnya.

Belum jauh Naera meninggalkan rumah William, ia melihat sebuah mobil terparkir di depan pagar bangunan megah tersebut. Dua orang pria turun untuk membuka pagar. Naera meyakini bahwa merekalah body guard yang akan menjaganya di tempat itu.

"Aku keluar di saat yang tepat," gumam Naera, kemudian kocar-kacir lari agar kehadirannya tak sampai terlihat.

***

Naera menyipitkan matanya. Bagunan bewarna cream itu menyediakan dua buah koper di beranda. Naera tanda itu milik siapa dan detik itu juga perasaannya mulai tidak enak. Naera pun menyelami rumah tersebut dan mencari keberadaan sang ayah. Kelak dia akan mempertanyakan tentang apa yang baru saja dilihatnya.

Sementara itu di dalam rumah, oksigen tiba-tiba sulit untuk didapatkan. Naera merasakan aura mencekam yang terpancar dari sang ayah yang sedang berdiri membelakanginya. Bahkan, Naera juga mendapati ibu sambungnya tertunduk lesu di penjuru lain.

"Sudah pulang kau, Jalang?"

Degh!

Naera sontak dikagetkan dengan kata terakhir yang keluar dari mulut ayahnya. Ia merasa kalau hari ini ada sebuah kejadian yang tidak beres.

"Ayah, apa yang terjadi? Kenapa koperku ada di luar?" Naera memberanikan diri untuk bertanya.

Baru saja bertanya, lelaki yang bernama Adam itu mambalikkan tubuhnya dan langsung mencekal kedua bahu Naera. Matanya memerah dengan tatapan tajam. Adam seperti air mendidih yang siap menyiram kulit manusia siapapun.

PLAK!

Sebuah tepalak tangan besar mendarat di pipi mulus Naera dengan keras. Kesakitannya membuat wanita itu meraba pipinya sendiri. Dia terperanjat. Tak ada angin dan tak ada hujan tiba-tiba saja Adam menamparnya tanpa belas kasihan.

"Dasar anak tidak tahu diri! Bagaimana mungkin aku bisa memiliki putri jalang sepertimu? Murahan! Membuat malu keluarga saja,"

Naera menyentak kepalanya ke belakang sambil khawatir, "Apa maksudnya, Ayah? Aku tidak mengerti," balasnya ragu-ragu.

"Niola. Minta foto-foto itu!"

Ibu sambung Naera berjalan ke arah suaminya dan meyerahkan sebuah amplop putih. Dia melirik Naera dari ekor mata dan agak menarik kedua sudut bibirnya, meskipun setelah itu wajahnya muram lagi.

"Apa yang membuat si brengsek itu tersenyum ke arahku?" Naera berkata pada dirinya sendiri.

Dengan kasar Adam menjambak rambut putrinya dan membuka amplop yang berisi beberapa gambar tersebut. Naera meraih kertas itu dengan cepat. Alangkah terkejutnya tatkala ia melihat foto dirinya bersama seorang pria.

Naera tengah tertidur pulas di pelukan lelaki yang dua malam lalu menyewanya. Kondisinya tidak menggunakan kain barang sehelai pun.

"Kurang ajar! Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi?" batin Naera.

"Siapa yang memberikan foto-foto ini?" tanya Naera dengan tubuh yang bergetar hebat.

"Kau tidak perlu tahu dari mana aku menemukannya. Sekarang jawab saja pertanyaanku, sejak kapan kau menjadi wanita jalang, Naera Rose?"

Adam awalnya hendak mengsuri Naera langsung, tapi dia malah penasaran dengan jawaban gadis itu tentang pekerjaan yang digelutinya tanpa sepengetahuan keluarga.

***

Bersambung