Chereads / CONTRACT MARRIAGE WITH CEO / Chapter 7 - MEMINTA BALAS JASA

Chapter 7 - MEMINTA BALAS JASA

Tak ingin berlama-lama terjebak dalam rasa penasaran, Naera keluar kamar dan turun ke lantai satu. Namun ketika Naera mendarat di ruang televisi, dia begitu kaget melihat wajah familiar di sana.

"Kau yang sudah menyelamatkanku?" Derap langkah kaki terdengar disertai suara seorang wanita.

"Memangnya ada sosok lain di tempat ini selain aku?"

William menghentikan siaran televisi itu, kemudian menyeduh segelas teh di hadapannya. Untung saja Naera sudah siuman. Jika tidak, pasti William akan memanggil teman dokternya itu untuk yang kedua kali.

Naera merasa begitu beruntung sekaligus buntung akibat bertemu dengan William. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa William adalah orang yang telah berjasa dalam hidupnya. Naera bisa saja ditabrak oleh kendaraan lain hingga tak berbentuk, jika William tak menemukan, lalu membawanya pulang seperti sekarang.

Mau tak mau Naera harus mengucapkan terimakasih sebagai apresiasinya terhadap kebaikan William!

"Terimakasih, William Morgan." Naera malu-malu mengatakannya.

William dengan tatapan membunuh menyorot Naera dari ujung kaki hingga rambut. Wanita ini memang cantik, tapi sayang tingkahnya begitu minim. Seorang jalang seperti Naera seharusnya tak patut dikasihani. William rela membantunya sebanyak dua kali semata-mata hanya menginginkan balas dendam.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, Naera Rose!" Wajah William berubah kaku.

Naera seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa. Untuk sejenak dia menyerap satu kalimat yang terlontar dari bibir William.

"Apa yang harus kulakukan untuk membalas jasamu?" tanya Naera.

"Serahkan tubuhmu padaku!"

Kedua alis Naera berpadu. Kini, Naera mengerti kenapa William berulang kali memboyongnya ke rumah itu. Meski Naera adalah perempuan sewaan, tapi dia masih memiliki harga diri. Naera pernah meremehkan William sampai menolak ajakannya untuk tidur bersama. Saat William memintanya kembali, maka Naera akan menolak dengan tegas.

"William Morgan, seharusnya Anda tidak usah menyimpan den-"

"Umph! Mmmh!"

Ucapan Naera terpotong akibat William yang mengambil posisi berdiri dan membungkam mulut gadis itu dengan tangannya sendiri. Naera meronta-ronta ingin dilepaskan, tapi William malah menggendongnya menuju kamar.

Klek!

Setelah berhasil mencampakkan tubuh Naera ke ranjang, William langsung mengunci pintu kamar. Dia berdiri dengan tegap dan gagah di hadapan Naera. Satu per satu dilepasnya kancing kemeja.

"Detik ini juga kau akan merasakan kehebatanku, Naera! Bukankah kau mengatakan bahwa aku cacat dalam bermain?"

Naera tanpa sadar sudah menjebak dirinya sendiri di dalam jeratan William Morgan. Tak ada siapapun di sini yang sudi membantunya. Lalu, harus bagaimana caranya agar Naera bisa kabur?

Dan, William tanpa ragu menautkan tangannya pada resleting celana. Baru saja ia ingin menampilkan kegagahannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. William tak pernah mengabaikan panggilan dari siapapun, keuali orang-orang yang memang sudah ia black list dari kehidupan.

"Ck!"

Meskipun kesal, tapi William tetap menjawab telepon tersebut.

"William. Sudah berapa hari kau tidak pulang ke rumah? Apakah Liona Vinch benar-benar telah membuatmu menjadi orang gila? Asal kau tahu saja! Ibumu sedang sakit keras sekarang,"

Tut…

William mematung setelah panggilan dari Ayahnya, Ditcho Morgan, terputus. Ia sekilas melihat ke arah Naera yang tampaknya masih was-was.

Tidak ada yang tahu di mana letak rumah William yang seharusnya ia tempati bersama Liona Vinch. Sejak hilangnya William dari rumah, seluruh keluarganya terus menghubungi lelaki itu, meskipun William tak pernah memberitahu di mana keberadaannya.

Namun, kabar yang dibawakan oleh Ditcho sontak merubuhkan kerasnya hati William. Bagaimana pun juga Meera adalah sosok yang sudah melahirkan, lalu membesarkannya penuh cinta. Akan kualat apabila William tidak ada di samping wanita itu saat ia sakit keras seperti sekarang.

"Aku sudah menyediakan dua orang pria berbadan kekar serta memasang jerjak jendela belakang agar kau tak dapat kabur seperti kemarin. Tetaplah di sini hingga aku kembali!"

Seingin apapun William pada diri Naera, akan tetapi dia lebih mementingkan kondisi sang ibu. William mengancingkan kemejanya kembali serta merapikan diri. Setelah itu dia mengambilkan sepiring bubur serta minum dan diletakkannya di nakas kamar. Lihatlah! Bahkan, William pun masih memikirkan kondisi orang yang telah mencoreng namanya.

***

William bertanya pada Ayahnya, harus ke rumah sakit manakah dia sekarang. Namun, Ditcho mengatakan bahwa William sebaiknya pulang ke rumah terlebih dahulu.

Dan, sekarang di sinilah William. Lelaki berpostur jenjang itu tergesa-gesa masuk ke rumah. Anehnya, dia menemukan Meera yang tak menunjukkan sisi sakit sedikit pun. Wajahnya berseri-seri. Ia bertumpang kaki sambil membicarakan entah apa dengan Ditcho.

"Apa yang terjadi dengan Ibuku?" tanya William tanpa basa-basi.

Melihat kehadiran putranya yang sempat menghilang selama beberapa hari membuat Meera terpancing untuk mendekati pria itu. Dia meraba dagu William sambil berseru manja.

"Wahai, Putraku. Rupanya kau masih memedulikan Ibumu ini, hem?"

William sedikit menunduk menatap sang Ibu yang lebih pendek dari dirinya. Setelah dia melihat bahwa Meera baik-baik saja, barulah ia tahu jika semua ini hanya kebohogan semata.

"Apa kalian sengaja menjebakku untuk pulang ke sini?" tanya William dingin.

Hati Ditcho beserta istrinya sungguh terpukul sekaligus bahagia!

Lelaki gagah ini memilih kabur untuk meluapkan segala emosinya. Sesungguhnya dia akan terlihat lemah, jika bersikap seperti itu. Ditcho dan Meera sangat kesal. Giliran mereka memberi pelajaran pada William.

"Kau tak perlu kabur dari rumah, bahkan mengabaikan panggilan dari seluruh keluargamu, termasuk kami! Memangnya siapa Liona Vinch sampai-sampai dia bisa membuat seorang William Morgan menjadi stress berat?" Meera yang memulai ocehan terlebih dahulu.

"Kami kehabisan akal untuk membuatmu kembali ke sini. Jika kau tidak pulang saat mendapat kabar bahwa Ibumu sakit, maka kami tak akan segan-segan mengeluarkanmu dari kartu keluarga." Ditcho berseru lirih dengan nada yang menusuk.

William menyadari segala kesalahannya. Selama ini dia merasa aman, karena Ditcho dan Meera tak ada yang berkunjung ke kantornya. Ya, sudah dapat ditebak jika mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

"Sayangnya bocah itu tidak memberitahu di mana rumah yang seharusnya kau tempat bersama Liona berada. Namun, kami sudah tahu jika kau menyembunyikan seorang gadis di sana!"

Degh!

Tiba-tiba wajah Naera Rose terbayang dalam benak. Siapa lagi yang dimaksud oleh Ibunya jika bukan wanita itu? Seketika William murka. Tunggu saja, maka dia akan membalas orang bermulut goa yang telah membocorkan semuanya, Giselle!

"Wahai Putra dari Ditcho Morgan. Kau ingin menyembunyikan semua ini sampai kapan? Ibumu sungguh bahagia, jika kau sudah memiliki pengganti Liona," ucap Meera sambil mengelilingi tubuh putranya.

Jujur saja, William sempat berpikir bahwa orang tuanya akan marah, karena William telah menyembunyikan seorang gadis asing. Ternyata semua tak seperti yang dibayangkan. Meera justru senang akan hal tersebut.

"Jika begitu bawalah orang tuamu ini untuk menemui gadis yang menempati rumah barumu sekarang,"

Netra William membola. Ditcho dan Meera sudah salah sangka atas berita yang dibawakan oleh Giselle. William telah terjebak dalam jeratan orang tuanya sendiri. Haruskah ia menuruti perkataan Ditcho beserta istri?

***

Bersambung