Chereads / CONTRACT MARRIAGE WITH CEO / Chapter 13 - ADAM MEMINTA BUKTI

Chapter 13 - ADAM MEMINTA BUKTI

Muka Meera tak ada bedanya dengan kepiting rebus. Dia tidak mengerti apa maksud Liona berkata demikian. Padahal dia sangat tahu, jika selama ini Lionalah yang mendesak William untuk segera menikahinya.

Seluruh netra tertuju pada mereka. Hal itu membuat keduanya tak ingin kalah. Mereka berlomba-lomba menampilkan keburukan lawannya.

"Wahai Putri Vinch. Tidak perlu mengarang cerita demi terlihat benar. Bahkan, seluruh orang juga tahu jika kau adalah seorang pengkhianat. Hanya wanita gila yang berani main api dengan pria lain di malam pernikahannya. Lalu, kau masih bisa melakukan pembelaan atas segala kesalahanmu? Ah! Kukira otakmu perlu diperbaiki,"

Dua orang teman Meera dan pacar Liona sama sekali tidak memberi respon. Mereka terlanjur hanyut dengan perdebatan sengit tersebut.

"William mendapatkanku adalah sebuah keberuntungan. Aku, keturuan Vinch adalah wanita terhormat yang tak pantas bersanding dengan keluarga Morgan,"

Liona tersenyum licik penuh kemunafikan. Dia berseru dengan nada lantang di kawasan restoran tersebut. Liona berhasil menjemput amarah Meera. Wanita itu dengan beraninya memancing taring yang tersembunyi di sana.

Meera masih memiliki akal dan pikiran panjang. Dia memikirkan nama baik keluarga Morgan, jika berbuat anarkis di tempat umum seperti ini. Kalau tidak, maka sekarang juga Meera akan meramas mulut Liona dan memberikannya pada bebek. Pernikahannya dengan William Morgan batal karena kesalahannya sendiri. Jadi, dia tidak bisa menghina keluarga William demi menaikkan derajatnya sebagai keturunan Vinch.

"Lihat saja! Siapa yang duluan menikah. Aku atau William. Aku yakin jika anakmu itu tak akan pernah menemukan kekasih. Selama ini dia kerap memaksaku menikah agar tidak dicap single lagi," kata Liona.

"Jangan sombong, gadis malang! Anakku memiliki pacar yang bahkan jauh lebih cantik dan sopan darimu. Bahkan, yang terpenting dia bukanlah seorang pengkhianat. Ayo, kita buktikan! Kupastikan aku akan mengundangmu ke acara pernikahan William yang akan diselenggarakan sebentar lagi,"

Tidak tahu dari mana, tiba-tiba saja pikiran itu terlintas di benak Meera. Paras sensual bin menawan seorang Naera Rose seketika muncul. Dia bisa mematahkan ucapan Liona melalui keberadaan gadis cantik tersebut. Setelah pulang dari restoran, maka Meera akan menceritakan kejadian ini pada William dan memintanya untuk segera menikahi Naera.

Dan, Liona mendadak tercengang. William telah menemukan pengganti dirinya! Kenapa cepat sekali? Apakah Meera sedang tidak berbohong? Dia tanpa basa-basi menarik lengan pacarnya dan beranjak pergi dari sana. Jika William memang memiliki kekasih dan akan menikah, maka sudah sepantasnya Liona mendahului lelaki itu.

***

Naera dengan riang gembira berteriak, "Ayolah, William! Kenapa lama sekali?"

Malam ini keduanya akan ke rumah sakit guna memeriksa keadaan Adam. Naera juga sudah memantapkan hati untuk mengakui bahwa William adalah suaminya. Naera berharap, jika Adam dapat menerimanya dengan baik dan menganggapnya sebagai anak kandung lagi.

William tergopoh-gopoh dari kamar menuju lantai satu. Sejak tadi Naera memerintahnya tak sabaran. "Hah! Kau begitu menyebalkan, Gadis!" katanya gusar.

Perlahan-lahan William mulai tahu bagaimana sifat dan sikap Naera Rose. Wanita berwajah sensual yang diincar banyak pria itu ternyata tak selamanya bertingkah dewasa. Contohnya saja seperti sekarang, Naera berulang kali menghentakkan kaki seraya memanyunkan bibir menanti kehadiran William. Sesekali raut wajahnya berubah ceria karena tak sabaran ingin bertemu Adam.

William jadi semakin penasaran dengan sosok Naera Rose!

Setelah di perjalanan pun Naera ngotot agar William mempercepat laju kendaraannya. Lalu, entah kenapa diam-diam William tersimpul kecil melihat gelagat orang di sebelahnya itu. William menginjak gas mobil dan membawa Naera ke pusat perbelanjaan terlebih dahulu. Tidak enak rasanya kalau menjenguk orang sakit dengan tangan kosong.

Seberes berbelanja keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Kelang 15 menit kemudian, mereka pun sampai di tempat Adam bermukim, yakni rumah sakit. William bertanya ke meja resepsionis tentang keberadaan Adam dan ternyata lelaki itu sudah dipindahkan ke kamar opname biasa.

Naera gugup ketika hendak membuka pintu kamar Adam, tapi dia harus melakukannya sekarang juga. William membersamai dari belakang. Dia harus bersiap-siap atas segala kemungkinan yang terjadi.

Klek…

Tampaklah sepasang suami istri yang sedang membicarakan entah apa. Sadar akan kehadiran orang asing, keduanya langsung menoleh ke ambang pintu. Niola secepat kilat berdiri, lalu menyambut kedatangan Naera beserta pria tak dikenal tersebut. Seperti biasa, Niola akan berpura-pura baik terhadap Naera ketika Adam berada di sisinya.

"Oh, Tuhan! Kau kembali, hem? Aku menantimu sejak kemarin untuk mengucapkan terimakasih. Lihatlah! Ayahmu perlahan membaik dan lusa sudah diperbolehkan pulang,"

Naera tahu sebenarnya ibu tirinya itu hanya akting, tapi bukan saatnya untuk membahas sikap Niola itu. Dia lebih mementingkan ayahnya.

Tanpa memedulikan ucapan Niola, Naera langsung menghampiri Adam. Tak lupa ia meletakkan parsel buah dan roti di atas nakas.

"Buat Ayah!" lirihnya malu-malu.

Adam memandang putrinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu pengelihatannya berpindah pada sosok William yang ikut tersenyum ke arahnya. Meskipun tidak saling mengenal, tapi William harus menjaga kesopanan terhadap orang tua.

"Mau apa kau datang ke sini, Naera Rose?"

Degh!

Senyum Naera langsung luntur mendengar pertanyaan mematikan yang keluar dari bibir Adam. Begitupun dengan William.

"Apa kau ingin berlagak hebat setelah berhasil membiayai pengobatanku? Hahaha. Naera Rose, sesungguhnya aku akan mengembalikan uang kotormu itu," katanya lagi.

Dada Naera sontak berdegub kencang. Ia seolah dicambuk dengan ucapan tajam sang Ayah. Setelah semua pengorbanan yang Naera lakukan, apakah ini balasan dari Adam?

"Ayah, tenanglah dulu! Tidak usah khawatir begitu. Aku tidak membiayaimu dengan uang kotor. Perkenalkan, dia adalah William Morgan, pengusaha kaya raya sekaligus suamiku. Dia jugalah yang telah membiayai seluruh pengobatanmu." Naera pun mulai melancarkan aksinya.

"Suami?"

Bibir Niola sontak ternganga lebar. Kemudian dia menyentak kepala ke belakang. Bagaimana mungkin Naera si gadis murahan bisa mendapatkan pria kaya seperti William? Niola mencium bau-bau kebohongan di sini.

"Putriku. Sejak kapan kau menikah? Setahu kami, kau tidak memiliki kekasih,"

"Aku sudah keluar dari dunia malam setelah mengenal laki-laki ini. Tidak ada yang perlu diwaspadai dariku lagi sekarang,"

Selesai bicara, Naera menggapai tangan Adam yang tersemat infus. Ketika dia hendak bersimpuh, lalu Adam menarik lengannya dengan keras.

"Jangan mengelabui orang tuamu sendiri, Naera Rose!"

"Apa maksudnya, Ayah?" Naera kembali menegakkan tubuhnya.

"Kau adalah seorang jalang! Lelaki manapun mampu kau sewa untuk menemanimu di sini. Aku tidak bisa memercayai bahwa sosok yang kau panggil William ini adalah suamimu sebelum kalian menyertakan bukti,"

"Bukti?" William berdesis, tapi masih mampu didengar oleh Adam dan yang lainnya.

Kenyataan itu mengundang keterkejutan bagi Naera. Dia tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Jika Adam meminta bukti, maka sesuatu apa yang harus ia berikan? Sementara dirinya dan William memang bukanlah pasangan suami istri. Naera merasa bahwa harga dirinya semakin hancur di hadapan Adam.

***

Bersambung