Niola memang sejak lama sudah mencurigai Naera. Dia tidak percaya jika perempuan itu hanya bekerja sebagai seorang penjaga toko pakaian, tapi bisa memberi ayahnya banyak uang. Hanya saja, Niola tak pernah mengutarakan kecurigaannya terhadap Adam. Biarlah dia berusaha membuktikannya seorang diri.
Sebenarnya Niola juga tidak begitu menyukai Naera. Sejak awal pernikahannya dengan Adam, wanita itu tak pernah memperlaukan Naera dengan baik. Namun, hal itu berlaku saat Adam sedang di luar rumah saja. Niola akan mengasihi Naera ketika Adam berada di sisinya. Kelicikan Niola dapat dibaca oleh Naera dan karena itulah dia sangat membenci perempuan 60 tahun itu.
Niola telah melakukan banyak cara untuk menguak siapa Naera sebenarnya. Nyaris saja dia putus asa, karena segala upayanya gagal, tapi semangatnya kembali pulih tatkala ia secara tidak sengaja melihat Niola masuk ke sebuah hotel bersama pria asing. Saat itu Niola sedang berbelanja seorang diri.
Kemudian Niola pun menghabiskan setengah hartanya untuk membiayai pria suruhan agar dia ingin tidur bersama Naera. Niola tidak menyangka jika anak sambungnya itu benar-benar seorang perempuan bayaran dengan harga fantastis.
Singkat cerita Niola berhasil menjebak Naera dan dia meminta agar lelaki suruhannya itu mengambil beberapa foto mereka saat di kamar yang kemudian dimasukkan ke dalam sebuah amplop dan diletakkan di depan pintu rumah mereka. Kebetulan sekali Adam adalah orang pertama yang mendapati benda bewarna putih itu.
Rencana Niola berhasil dan dia tidak sia-sia mengeluarkan uangnya. Kini, Naera harus menanggung akibat perbuatannya sendiri. Niola begitu bahagia, karena dia bisa memiliki Adam sepenuhnya. Selama ini Niola kesal bercampur cemburu, karena Adam masih saja memedulikan Naera.
***
William Morgan baru saja memasuki rumahnya. Dia disambut oleh dua orang pria berwajah murung. William menubrukkan sepasang alisnya. Dia dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Orang-orang suruhan William begitu kaget saat melihat rumah bos mereka yang kosong tanpa penghuni. Mereka meyakini bahwa wanita bernama Naera Rose itu sudah kabur terlebih dahulu sebelum mereka sampai. Keduanya sengaja menanti kepulangan William untuk mengabarkan hal ini. Mereka tidak berani menyampaikan berita kehilangan ketika William sedang fokus bekerja di kantornya.
"Ada apa dengan kalian?"
William membuka dasi yang membungkus kerah kemejanya dan menggulung saku bajunya hingga ke siku. Dia mengedarkan pandangan untuk mencari apa yang salah dari isi rumah tersebut.
"Maaf, Tuan. Kami ingin mengatakan bahwa sebenarnya Naera Rose sudah kabur sebelum kami sampai di sini,"
"APA?"
Naera Rose telah kabur!
Kabar itu sontak membuat William menjadi kalang kabut.
"Bagaimana mungkin dia bisa keluar dari tempat ini? Bukankah kalian mengatakan kalau kalian sudah dekat tadi?" William menuntut perkataan orang suruhannya.
"Benar, Tuan. Namun, sayangnya Naera Rose sudah pergi lebih dulu sebelum kami tiba. Kami melihat jendela dapur yang tanpa jerjak itu terbuka lebar. Pasti dia sudah kabur lewat sana,""
"Dasar kalian semua, Bodoh! Jika begitu kenapa tidak mengatakannya padaku sejak tadi?"
BUGH! BUGH! BUGH!
William menghadiahi dua pria bertubuh gelap itu tendangan berkali-kali. Perut mereka sontak keram merasakan bibir pentofel William.
"Ka- kami takut meng- menganggu pekerjaan Anda, Tuan," kata lelaki berkepala botak dengan terbata-bata.
"Tidak berguna! Apakah kalian lupa jika aku telah membayar kalian dengan mahal?" tanya William murka.
"Maafkan kami, Tuan. Kami sudah mencari Naera Rose berulang kali, tapi dia belum berhasil ditemukan,"
BUGH!
William kembali menghantam perut orang suruhannya, tapi kali ini dengan tangannya sendiri.
"Cari dia sekarang!"
"Baik, Tuan!"
Para pria itu tunggang langgang akibat amarah William. Itu belum seberapa. Seorang William Morgan bahkan dapat membunuh siapa saja yang dia kehendaki tanpa belas kasihan. Untung saja hal itu tidak terjadi pada mereka.
Lelaki pemilik sebuah perusahaan terkenal di Negaranya itu sontak berbalik badan dan kembali memasuki mobilnya. Moodnya untuk beristirahat mendadak hancur total. William memilih club dan alkohol sebagai penenang jiwanya.
Sementara itu di tempat lain.
Naera menggigit bibir serta menyeka air matanya yang bertengger di pipi. Sudah tidak ada harapan lagi untuk kembali. Dua jam lebih Naera meraung-raung sambil menggedor pintu rumahnya, tapi tak ada jawaban sama sekali.
Kemudian Naera memutuskan untuk pergi dari sana. Percuma! Apa yang harus ia tunggu? Adam tak akan pernah membukakan pintu, apalagi ruang maaf untuknya.
Naera melangkah dengan gontai menyusuri trotoar panjang. Saking galaunya, Naera sampai lupa bahwa ia memiliki uang hasil kerja selama dua malam yang tersemat di dalam tasnya. Jadi, Naera memilih berjalan kaki daripada menaiki sebuah taksi.
Naera berhenti di sebuah taman ketika ayunan kakinya mulai melamban. Tanpa sadar Naera tertidur di bangku panjang dan ia kembali terbangun saat mendengar suara kembang api. Ternyata langit sudah gelap! Dan, taman itu dipenuhi oleh manusia-manusia lain.
Naera kembali menyusuri jalanan dengan tenaga yang masih tersisa. Namun, energi yang ia miliki sekarang tidak sebanding dengan energi yang telah ia keluarkan seharian ini. Sekujur tubuh Naera gemetaran, terutama pada bagian kakinya. Lalu tiba-tiba saja pandangan Naera buram dan kepalanya terasa bedenyut hebat. Pemandangan terakhir kali yang Naera lihat adalah sebuah kendaraan roda empat yang melaju di depannya, sebelum akhirnya Naera benar-benar tak mampu berdiri dan terguling ke jalan raya.
Seseorang di dalam mobil menyumpah serapi wanita itu penuh kekesalan. Apakah tidak ada tempat yang lebih baik untuk pingsan selain jalanan? Atau, jangan-jangan orang itu memang sengaja untuk mencuri perhatian dan berujung meminta uang.
"Bodoh! Memangnya dia sudah siap mati apa!"
Tak lain dan tak bukan yang memaki seperti itu adalah William Morgan. Dia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya setelah beberapa jam berada di club.
William turun dari mobil untuk memastikan keadaan wanita itu. Saat dia menyisihkan rambut Naera yang menutupi sebagian wajahnya, William sontak terkejut dengan pemandangan yang ia lihat. Mulut William terbuka lebar.
Tidak disangka jika ia akan bertemu dengan Naera lagi.
Pakaian yang berdebu serta wajah kusan dan dua buah koper cukup menunjukkan bahwa Nera sedang tertimpa masalah. Tentu saja William tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia langsung menggotong tubuh Naera untuk dimasukkan ke dalam mobil.
***
Sinar mentari sukses menembus retina Naera yang terlapisi oleh kulit matanya. Naera terperanjat, karena sekarang dia berada di kamar yang kemarin ia tempati. Maknanya Naera kembali lagi di kediaman William Morgan.
Naera menggunakan sisa tenaga yang ada untuk bangkit. Namun, semua tak sepelik yang ia pikir. Naera merasa bahwa tubuhnya sudah jauh lebih enteng. Saat Naera meraba wajahnya, ia juga merasakan tak ada debu-debu jalanan yang menempel di sana. Selain itu tubuhnya terlapisi dengan selimut tebal. Siapa yang sudah melakukan semua ini?
***
Bersambung