Ingin berkilah seperti apapun Naera tetaplah salah. Beberapa gambar yang entah dari mana asalnya itu menjadi bukti kuat bahwa Naera adalah seorang wanita bayaran.
"Ayah! Kau adalah pengusaha sukses yang bangkrut lima tahun lalu dan memutuskan untuk menjadi tukang kebun demi menghidupi keluargamu. Kau tidak mengalami perubahan apapun, sementara usia dan kebutuhanku semakin bertambah. Jika aku tidak bekerja, bagaimana mungkin aku bisa menutupi itu semua?"
Tiba-tiba saja Naera memangkas jarak diantara keduanya. Matanya nyalang membidik sang ayah. Naera hanya ingin bahwa ayahnya tahu penyebab anaknya berbuat demikian.
Naera awalnya bekerja sebagai penjaga toko pakaian. Namun, dia merasa bahwa gajinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, hingga suatu hari bertemulah ia dengan rekan masa kecilnya. Wanita itu mengajaknya untuk bekerja di sebuah tempat karoke. Pertama Naera hanya menjadi teman menyanyi saja, tapi lama kelamaan hasrat untuk memiliki uang lebih banyak semakin menggebu. Hingga pada akhirnya Naera menyerahkan tubuhnya pada laki-laki hidung belang dan ia menjadi pemain yang handal sampai detik ini. Dan, jangan lupakan bahwa Naera masih virgin. Ia selalu memiliki 1001 cara untuk menyelamatkan kesuciannya.
"Aha! Sudah jelas semuanya. Jadi, kau benar-benar seorang jalang wahai Naera?"
Pantas saja Naera kerap memberi ayahnya uang dan turut membantu perekonomian keluarga. Rupanya Naera mendapat serangan fajar dari setiap kliennya.
Tidak tahu mengapa, hati Naera terobsesi untuk menilik ibu sambungnya dari ekor mata. Tampaklah oleh Naera kalau wanita itu sedang menahan tawa. Emosi Naera semakin tak dapat dikendalikan. Jujur saja, selama ini dia menyimpan kesal dengan ibu tirinya itu.
"Ayah. Apakah kau tahu bahwa aku sedih melihatmu bekerja dengan susah payah? Belum lagi permintaan istri tuamu itu. Bukankah kau selalu memanjakannya? Aku tidak mungkin membiarkanmu kesulitan sepanjang masa. Jadi, apa salahnya jika aku bekerja meskipun sebagai kupu-kupu malam. Asal kau tahu saja, Ayah. Anakmu ini masih perawan!"
"Hahaha. Cih!" Adam mencampakkan air liurnya ke lantai. "Konyol sekali jika ada jalang yang tidak kehilangan kesuciannya. Kau terlalu kecil untuk membodohiku, Naera,"
"Naera. Kenapa kau menyalahkanku? Padahal memang tanggung jawab suamilah untuk membahagiakan istrinya. Oh, aku sungguh terluka dengan perkataanmu,"
Di tempat lain wanita berusia 60 tahun itu mengeluhkan ucapan Naera. Dia menampilkan ekspresi paling sedih untuk menarik perhatian.
Naera geram. Baginya, perempuan itu hanyalah benalu yang perlahan merebut kasih sayang Adam yang seharusnya tercurahkan untuk Naera. Sejak awal Naera tak pernah merestui pernikahan mereka.
"Diam kau, Niola! Tidak perlu berlagak sedih supaya aku dibenci oleh Ayah. Permintaanmu itu sangat tidak wajar sebab Ayahku bukanlah pengusaha seperti dulu lagi. Kau tahu? Diam-diam aku kerap memenuhi segala keinginanmu melalui Ayah," kata Naera menunjuk-nunjuk wajah ibu sambungnya.
Niola adalah perempuan yang dinikahi oleh Adam tujuh tahun lalu. Bahkan, semenjak Adam bangkrut pun dia kerap meminta hal-hal di luar kesanggupan Adam. Sedangkan Adam yang tidak tahu bahwa anaknya sudah menjadi kupu-kupu malam terus saja menampung pemberian dari Naera guna mengabulkan keinginan istrinya. Adam terlampau mencintai wanita itu, bahkan kecintaannya melebihi cintanya pada istri pertamanya dahulu kala, yakni ibu kandung Naera.
Niola dan Naera selama ini tak begitu akrab. Justru mereka sering terlibat perdebatan di belakang Adam. Ada saja tingkah Niola yang membuat Naera makan hati. Konyolnya, wanita itu tak segan-segan berlagak sebagai majikan di hadapan Naera, bahkan beberapa kali menyusun rencana untuk mengusir Naera walaupun gagal. Selama ini Naera tutup mulut, karena tak ingin menciptakan keributan yang pada akhirnya dapat memicu Adam menjadi stress. Naera sangat menyayangi ayahnya.
"Anak kurang ajar! Sudah bersalah malah menyalahkan orang lain pula,"
PLAK!
Sekali lagi Adam menampar keras pipi buah hatinya.
"Kau anak yang seharusnya tak pernah dilahirkan oleh ibumu! Atau, sebaiknya aku sudah membuangmu saja sejak dahulu. Naera, aku sungguh tak sudi memakan harta harammu lagi. Aku juga terlanjur malu dengan profesi barumu. Bukankah kau selalu berkata bahwa kau adalah seorang penjaga toko pakaian? Hah! Aku menyesal karena tidak mencurigaimu,"
Sebagai seorang Ayah, Adam merasa gagal mendidik putri sematawayangnya. Tidak tahu harus di mana diletakkan wajahnya saat ini. Jika bisa menghilang, Adam pasti sudah melakukannya.
"Naera Rose. Kuberitahu padamu, bahwa mulai detik ini kau bukanlah putriku lagi! Anggap saja kita tak pernah saling mengenal apalagi memiliki hubungan. Biarlah aku hidup miskin asal hartaku terjamin kesuciannya. Sekarang silahkan pergi dari rumahku ini!"
Jeder!
Karena ucapan Adam yang bak sambaran petir itu, Naera sampai nyaris pingsan di tempatnya berdiri. Ia mendadak limbung dan tumbang di lantai. Selama beberapa detik Naera meremas kepalanya. Berusaha mendamaikan hati dan pikiran.
"Hanya karena aku menjadi perempuan bayaran, Ayah? Mereka hanya menyentuh tanpa mencuri keperawananku. Aku bersumpah demi apapun! Apa tidak terbesit sedikit pun di hatimu tentang kebaikan putrimu ini, hem?"
Naera berusaha membela diri, meskipun jiwa raganya terguncang hebat. Naera merasa kalau semua ini tak adil baginya. Saat dia melakukan sebuah kesalahan, maka Adam menghilangkan seribu kebaikan yang pernah ia curahkan kepada keluarga mereka.
"Tidak perlu menciptakan drama demi mendapat perhatianku kembali, Naera! Jika kau tak ingin beranjak, maka aku bisa membantumu untuk keluar dari rumah ini,"
Kata demi kata yang keluar dari bibir Naera semakin memperkeruh keadaan. Otomatis membuat Adam kian terbakar api, kemudian dia menarik Naera untuk dibawa ke beranda rumah.
Naera bukan manusia yang hanya pasrah dengan keadaan. Dia memberontak saat tubuhnya didorong Adam untuk keluar ruangan. Ditatapnya Niola yang bersikap enteng tatkala menghadapi masalah besar seperti itu.
"Wahai Ibu yang telah banyak kubantu! Kenapa kau diam saja saat melihatku diusir oleh Ayah? Tidak bisakah kau menyadarkan suamimu ini dan membuat pembelaan untukku? Aku yakin, jika kau yang berbicara maka Ayah akan menuruti," ucap Naera seraya menahan dorongan tangan Adam.
Merasa namanya terpanggil, Niola pun ikut mengayunkan kaki, lalu berseru, "Jika memang kebenarannya seperti itu, maka aku akan sangat berterimakasih padamu, Naera. Namun, bukannya setiap pemberian harus dilandasi dengan keikhlasan? Aku ingin sekali balik menolongmu, hanya saja aku juga kecewa ketika mengetahui bahwa kau adalah seorang wanita bayaran,"
Ucapan itu terasa perih dan membekas di hati Naera. Sesungguhnya dia tahu bahwa Niola bahagia di atas penderitannya sekarang. Kejadian ini benar-benar tak pernah dibayangkan oleh Naera. Entah sosok mana yang dengan sengaja mengirimkan gambar-gambar itu pada Adam.
BUGH!
"Ini! Bawalah koper-kopermu itu dan jangan pernah kembali!"
Dengan kekuatan seorang lelaki, akhirnya tubuh Naera berhasil digiring Adam hingga sampai ke teras rumah. Dia mencampakkan Naera tepat di depan dua buah benda yang berisi pakaian itu.
"Ayah. Aku akan berhenti dari pekerjaan ini asal kau memaafkan aku. Aku tak bisa jauh darimu, karena hanya akulah yang dapat mengurusmu di hari tua, Ayah,"
Akhirnya kalimat itu terucap juga dari bibir Naera. Biarlah ia hidup menderita asal tetap bersama Ayahnya.
Namun bukannya mempertimbangkan ucapan Naera, Adam malah menarik lengan istrinya dan membawanya masuk ke rumah. Tak lupa Adam juga mengunci seluruh pintu dan jendela agar tak ada celah masuk bagi Naera lagi.
"Sampai kapan pun tak akan kumaafkan kesalahannya," kata Adam pada sang istri.
***
Bersambung