Dian adalah seorang anak tunggal dari perusahaan terbesar di Asia. Hidupnya sangat bahagia karna keluarganya sangat menyayanginya. Terlebih lagi dian adalah anak semata wayang.
Dian tumbuh dengan serba penjagaan yang ketat, yang mempunyai banyak aturan. Orang tuanya mempersiapkan nya sebagai penerus perusahaan kelak nanti.
Pada waktu itu dian masih berumur 8 tahun, dian hanya mempunyai beberapa teman karna dian jarang keluar rumah & hanya bertemu teman di sekolah saja.
" ma, aku main ke rumah putri ya ma " kata dia mendatangi mama yang sedang duduk di depan televisi.
" hmm sini dulu, hayooo dian mau main apa nak " kata mama sambil menarik tangan dian dan memeluknya
" mau belajar bersama ma " dian yang kebingungan menjawab pertanyaan mama nya
" iya kah nak, hmm...gimana kalo putrinya aja di suruh kerumah yah. Belajar di rumah kita aja. Nanti biar sopir jemput putri " kata mama membujuk dian
" yah mama, kenapa aku gak boleh keluar rumah ma " kata dian sedih
" sayang bukan gak boleh, kamu masih kecil jadi harus di awasi. Kalo udah besar nanti boleh kok. Tapi dengan syarat harus dapat juara terus " kata mama sambil mengelus kepala dian
Dian pun mengangguk dan pergi menuju ke kamar nya dengan perasaan sedih.
Mama pun menatap dian yang pergi meninggal kannya dengan dengan tatapan bersalah.
" maafkan , mama nak. Mama hanya ingin kamu baik-baik saja dan aman saja. " kata mama dalam hati nya.
Mama pun menekat power remot televisi dan bersiap siap untuk pergi keluar.
" ijah, saya mau pergi dulu keluar sebentar. Jagain dan temenin dian main ya. Ingetin dia, nanti jam 3 guru lesnya datang " kata mama pada ijah
" baik buk " kata ijah singkat sambil menunuduk.
Mama pun berlalu. Ijah pun menutup pintu. Ijah pun menuju kamar dian.
Tok tok tok " non dian, mau bi ijah bikin susu kesukaan non dian gak? " kata ijah membujuk dian.
Ijah adalah pengasuh dian dari kecil paham betul kalau sang nona sedih yang bisa membunyuk dian keluar kamar hanya susu kesukaann nya.
Dian pun membuka pintu kamar nya " iya mau bi " kata dian sambil mengikuti ijah.
" Nona duduk dulu bentar ya, bibi bikinin sebentar ya " kata bibi sambil menuju dapur.
Susu pun selesai di buat, ijah pun berjalan menuju tempat dian
" ini non, ini bi ijah bikin enak kali ni. Biar non dian gak sedih lagi " kata ijah dengan senyuman. pun memberikan pada dian.
Belum sampai di tangan dian, gelas yang berisi susu itu pun jatuh.
Dian pun langsung terkejut, melihat pecahan kaca di dekat kaki nya.
Dengan reflek ijah langsung menggendong dian, dan memindah kan dian ke tempat yang lain.
Ijah yang panik langsung membersih kan pecahan kaca dan membersihkan susu yang tumpah. Ijah khawatir pecahan itu mengenai nona kecil nya.
Setelah selesai ijah pun menghampiri dian " non, maafin bibi ya non. Gak hati hati, jadi non nya gak jadi minum susu. Bentar ya non bibi bikinin lagi " kata ijah dengan merasa bersalah.
" bibi.... " dian memanggil bi ijah yang tergesa gesa ingin ke dapur lagi.
Bi ijah pun sedikit terkejut menghentikan langkahnya dan langsung mendatangi dian.
" iya non, kenapa non. Non, ada butuh yang non " tanya ijah
" bi ijah, mau ninggalin aku ya " tanya dian dengan nada sedikit sedih
Bi ijah yang tadi nya berdiri di depan dian, langsung besimpuh di lantai.
Dengan lembut ijah menjawab pertanyaan dian
" non, bi ijah gak ada kemana-mana kok. Bi ijah kan sayang sama non. Gak mungkin ninggalin non dian " kata ijah dengan membujuk
" benarkah, bi. Kalau bi ijah pergi nanti aku sedih gak punya teman " kata dian dengan menunduk.
" yah non, sedih lagi. Gak mau bibi liat non sedih. Bentar ya bibi bikinin susu kesukaan non " kata ijah sambil menuju ke dapur.
Dian pun hanya diam sambil melihat ke arah ijah yang menuju ke dapur.
Ijah pun, membuat kan susu untuk dian.
Ijah agak sedikit panik dengan pertkataan sang nona pun sedikit bertanya-tanya dalam hati nya.
Ijah pun teringat kalau dia tadi menyentuh dian, dengan tidak sengaja karena reflek untuk melindungi sang nona.
Di rumah mempunyai aturan bahwa tidak boleh menyentuh dian, kecuali untuk saat terdesak seperti menyelamatkan atau dian dalam keadaan bahaya. Bagi yang melanggar akan di pecat oleh sang ayah.
Yang boleh menyentuh dian hanya keluarga nya saja.
Peraturan khusus di beri kan kepada ijah sang pengasuh, aturannys bahwa setiap melakukan apa pun harus memakai sarung tangan ketika memandikan atau menyiapkan semua keperluan sang nona.
Inti semua peraturan nya, tidak boleh kontak fisik langsung dengan sang nona.
Siapa pun itu, termasuk di sekolah dian selalu di temani oleh ijah dan 1 orang pengawalnya.
Karena itu ijah faham kenapa nona kecil nya bertanya seperti itu padanya, ijah yang faham pun hanya bisa membujuk supaya nona tetap tenang.
Ijah yang selesai membuat susu pun langsung mendatangi sang nona
" ini ya, buat nona cantikk bi ijah, biar gak sedih lagi ya " ijah pun senyum pada dian
Dian pun mengambil & langsung meminum gelas yang berisi susu tersebut.
" non, nanti setelah minum susu kita siap ya. Nanti non ada les jam 3 ya " kata ijah mengingatkan dian.
Dian pun selesai minum susu dan langsung menuju ke kamar bersama ijah.
Hari sudah menujuk kan jam 19.00
Terdengar suara mobil berhenti, dian pun berlari menuju pintu menuju arah mamanya
" mooommmm....." dian berlari arah mama nya memeluk sang mama
Mama pun mendekap dian, dan langsung mencium sang anak.
" ma, bi ijah jangan di biarin pergi ya. Nanti aku gak ada teman " kata dian sambil memeluk sang mama.
Mama pun bingung dian berkata begitu sebaru dia pulang. Mama pun melirik arah ijah dan faham yang kenapa dian berkata begitu..
" sayang, bi ijah gak akan kemana kok. Dia bakalan jaga dian sampe besar nak. Iya kan bi ijah " kata sang mama sambil mengelus kepala sang anak
"iya, non. Tenang aja non, bibi akan jagain non sampe dewas nanti. " kata bibi untuk menenang kan sang nona
" anak mama yang cantik ni udah belajar kah? " kata mama sambil mencubit pipi sang anak
" hehehhe belum mom, aku belajar dulu. Biar dapet juara, terus di bolehin keluar pergi main sama mama " kata dian dengan senyum semangatnya
" hhhmmmmmuuuaaccchhh, pinter kali anak mama, yaudah belajar dulu sana sayang " mama pun berdiri sambil melihat sang anak belari meninggalkannya.
Mama pun langsung berjalan ke arah ruang tamu lalu di ikuti oleh ijah.
Mama pun duduk, sambil menarik nafas lalu menghembuskan nya.
Ijah pun langsung menghadap lalu bersimpuh di depan sang nyonya
" bu saya ingin menjelaskan, tadi saya tak sengaja menyentuh non dian.
Saya minta maaf bu, saya reflek tadi gelas yang di pegang nona jatuh. Jadi saya langsung menggendong agar nona tam terkena pecahan kaca, bu. Saya minta maaf, bu." kata ijah sambil nada ketakutan
Mama pun memaklum apa yang di lakukan oleh pembantu nya adalah demi keselamatan anak nya.
" lain kali lebih hati-hati bi, dan apa pun keadaan nya tetap pakai sarung tangan. Kita belum bisa menjelaskan apa yang terjadi sama dia, dia masih kecil. Takutnya nanti akan menganggu pertumbuhan nya " kata sang nyona dengan nada tenang nya.
" iya bu, lain kali saya lebih hati-hati bu "
Kata ijah sambil berdiri lagi.
" ya, udah bi saya mau mandi & istirahat dulu. Jangan lupa dian minum susu sebelum tidur ya " kata mama sambil berlalu meninggal kan ijah.
Ijah pun mengangguk.
Mama pun dalam berjalan selalu melihat handpone nya, karna belum juga di hubungi suaminya yang tak lain adalah ayah dian.
" aduhh...sayang, kenapa belum ada kabar juga " gumam sang mama dengan nada khawatirnya.