2 jam perjalana menuju pulang, akhirnya pesawat pun mendarat.
Dengan sangat terburu-buru munuju ke arah 2 mobil yang sudah siap menunggu.
Mama berbicara pada dian
" nak, mama ada perlu sebentar. Jadi, dian pulang sama bi ijah dan yang lain ya nak " mama mengelus-elus kepala dian.
" iya ma, mama tapi sakit. Berobat sekalian ya ma " jawab dian dengan nada khawatinya.
"iya, sayang. Ya udah, dian naik mobil dulu ya" mama mebujuk dian.
Ian pan langsung mengikuti perintah sang mama.
" bi jaga dian ya, jangan cerita masalah ini sama dian. Saya ke rumah sakit dulu.
Dayat kamu ikut saya, selebihnya ikut ijah pulang " mama memberi komando.
Kedua mobil itu pun langsung berangkat dengan berbeda arah dan memisah.
Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, air mata mama terus mengalir mengingat sang suami yang sekarang sedang berjuang antara hidup dan mati.
Sesampai nya di parkiran mama pun langsung menuju arah dayat yang sudah menunggu sanga nyonya sampai.
" lewat sini nyonya " kata dayat sambil mengarahkan.
Sesampai nya disana, badan mama lemas tak berdaya melihat kondisi suaminya yang di kelilingi oleh banyak dokter.
Dalam waktu 30 menit, semua dokter keluar. Mama pun langsung menghampir dokter.
" dok, dok..gimana dengan suami saya dok? " tanya mama dengan sangat sesak.
Semua dokter pun saling berpadangan lalu menghadap ke bawah.
Satu perwakilan dari semua dokter memberikan penjelasan.
" maaf, ibu. Kami semua sudah melakukan yang semaksimal mungkin. Tapi tuhan berkata lain. Kami meminta maaf dan semoga kelurga semuanya di berikan ketabahan " jelas sang dokter
Mendengar jawaban sang dokter, mama pun langsung lemas dan hampir pingsan.
Sang pengawak siap siaga, memegang sang nyonya agar tak terjatuh pingsan.
" duduk dulu bu " dayat membimbing mama duduk.
Mama menyandarkan kepala nya dan mengadah ke atas, menangis tanpa henti.
" ya ampun pa, kenapa papa pergi dulu pa " mama bergumam dalam tangisnya.
Mobil ambulance pun berbunyi, jenazah papa pun di bawa masuk ke dalam mobil ambulance. Mama mengiringi jenazah sang suami pun ikut.
" ibu, di mobil aja bu. Biar saya yang menemani bapak ke rumah sama ambulance. " pinta sang pengawal
" saya di ambulance saja, saya ingin menemani bapak sampai tempat peristirahatan nya " jawab mama dengan sedih.
Mama pun naik ke dalam mobil ambulance, selama di dalam ambulance air mata nya bercucuran tiada henti.
Mobil ambulance pun sampai di rumah kediaman dian.
Dian yang masih di kamar terkejut mendengar suara ambulance langsung keluar kamar dan melihat keluar.
Batapa terkejutnya dian, ia melihat wanita yang keluar dari mobil ambulance adalah mama nya. Lalu semua orang keluar dari mobil sambil menganggak seorang jenazah.
Dian pun yang masih terdiam dan tak bisa bicara, melihat jenazah yang lewat di depan nya adalah papa nya yang sangat dia sayangi. Matanya mengikuti jenazah itu masuk rumah
Mama yang memandang dian yang terdiam dan tak bisa bicara, segera mendatangi dian dan memeluk nya.
" hiks hiks hiks...papa udah tenang & gak menahan sakit lagi nak. Dian jangan sedih nak " mama memeluk dian dengan sangat erat.
Dian yang matanya masih melihat jenazah sang ayah pun tersadar ketika sang mama memeluknya.
Tanpa terasa air mata dian pun jatuh, dian pun menatap mama nya. Setika itu tangis dian pecah keras, membuat semua mata tertuju pada 2 orang ibu dan anak yang sedih & menangis.
Semua orang pun merasakan kehilangan dan kesedihan keluarga dian.
" papa kenapa ma? Kenapa papa pulang-pulang udah kayak gini ma? " dian yang masih menangis pun melepaskan pelukan mama nya.
Mama yang mendengar pertanyaan dian hanya bisa diam, tak bisa menjalaskan apa-apa.
Dian pun setelah melepas pelukan dari sang mama pun langsung berlari ke arah jenazah papa nya.
Belum sampai mendekat jenazah, bibi ijah langsung menghalangi nona nya memeluk jenazah sang papanya.
" Non, sayang bapak kan. Nona gak boleh sedih. Tuhan sayang sama papa non, makanya duluan di panggil " bujuk ijah dengan mata berlinang melihat sang nona kesayangan nya menangis.
" minggir bi, aku mau peluk papa. " dian bersikeras ingin memeluk jenazah papa nya.
Ijah yang tahu kondisi sang nona pun membujuk sang nona untuk tetap tenang.
" non, kalau nona memeluk sambil menangis, nanti papa jadi gak tenang dan bakalan sedih di atas sana. Non mau liat papa sedih, melihat anak nya nangis terus "
ijah memegang ke dua bahu dian dan mengelus kepala dian.
Dian yang mendengar perkataan ijah pun langsung lunak dan mambatalkan niatnya memeluk sang ayah.
Mama hanya dari belakang datang menghampiri mereka. Langsung berpelukan.
Dalam berpelukan dian pun teringat kata papa nya sebelum liburan yang membuat air mata mamanya bercucuran
" kenapa papa ingkar janji, papa juga bohong. Katanya mau nunggu aku, pulang liburan. Terus pergi jalan-jalan.
Tapi kenapa papa pergi ninggalin kami " dian kembali menangis sambil menatap jenazah sang ayah
" janji itu hutang, pa. Jadi harus di bayar kan, pa. Papa bararti bohong dan ingkar janji sama aku. " lanjut dian dengan tangisan nya.
Ketiganya pun menangis tiada henti.
Semua orang pun datang mamasuk rumah duka, termasuk abang nya ayah yang bisa dian panggil Oom.
Oom , ante dan beserta anak nya pun menghampiri dian dan mama.
" yang sabar ya " kata tante sambil mengelus bahu mama.
Mama pun mengangguk, Oom dan keluarga pun berlalu menuju arah jenazah papa.
Mama yang masih terisak tangis, berusaha untuk bangkit dan berdiri. Namun ketika mama ingin berdiri jatuh pingsan beruntungnya disana ada ijah yang langsung menangkap sang nyonya.
" mama..." teriak dian dengan tangis.
Semua mata tertuju pada mama yang terjatuh pingsang, semua orang pun berlari menuju arah mama untuk membantu.
Dengan cepat pembantu dan pengawal yang lain membawa nyonya nya langsung ke kamar dan menelpon dokter. Dian pun ikut menemani sang mama di dalam kamar.
" dokter, mama saya kenapa dok? Gak pa pa kan dok? " tanya dian dengan cemas
Dokter pun dengan ekpresi khawatir pun menghibur dian, karna dian masih anak-anak tidak boleh menjelaskan apa yang terjadi pada mama nya.
" gak, mama hanya pingsan. Nanti juga bangun " jawab dokter singkat.
" ooo...iya siapa perwakilan dari nyonya ini. Saya mau bicara sebentar. " dokter melihat arah sekeliling.
" saya dok, mama dian anak semata wayang dan ke dua orang tuanya juga sudah meninggal. jadi hanya kami keluarga nya dok. Saya kaka ipar dian " kata tante menjelaskan
" ibu ikut dengan saya sebentar " kata sang dokter
Tante dan dokter pun meninggalkan kamar mama.
" kenapa dengan ipar saya ya dok? " tanya tante dengan khawatir.
" adek ibuk, seperti nya shock berat dan pernafasan nya juga tidak teratur. Saya saran kan jangan membiarkan beliau barlarut dalam kesedihan. Takutnya akan menganggu organ yang lain. Seandai beliau belum siuman dalam waktu 1 x 24 jam. Tolong hubungi kami secepatnya " tegas sang dokter menjelaskan
Tante pun langsung mengangguk dengan khwatir.
Rumah pun sudah di penuhi banyak orang yang pergi melayat kerumah dian, mengingat sang ayah adalah di rektur perusahaan terbesar dan mempunyai banyak rekan kerja.
Waktu nya telah tiba sang papa harus di kuburkan tapi sang istri belum juga siuman dari pingsannya
Akhirnya oom dan tante mewakili mama dalam upacara penguburuan tersebut.
Dian yang melihat jenazah ayah, masuk ke liang lahat pun menangis tiada henti.
" selamat jalan pa, tenang di sana ya pa " gumam dian dalam hatinya