Chereads / Raissa / Chapter 57 - Melarikan Diri

Chapter 57 - Melarikan Diri

Aditya membukakan pintu mobil agar Raissa dapat masuk dengan mudah. "Aduh Mas, aku kan bisa buka sendiri, pakai dibukain segala sih." protes Raissa. "Kamu kan baru pulih, gak apa-apa dong dimanjain sedikit." balas Aditya. "Hmm, berarti cuma kalau aku sakit aja nih dimanjainnya?" tuduh Raissa. "Pertanyaan menjebak nih .. no comment ah!" kata Aditya sambil menutup pintu Raissa dan berjalan memutar ke pintu pengemudi, sedangkan Raissa tergelak sambil berusaha memasang sabuk pengaman. Itupun segera dibantu Aditya begitu ia masuk ke mobil. "Makasih Mas, baik banget deh!" kata Raissa. "Lah.. aku kan lagi iklan, kira-kira seperti ini kalau kau mau menghabiskan hidup denganku nanti." kata Aditya mulai menggombal. "Masaaaa.. nanti juga kalau aku sudah pulih perlakuannya biasa lagi." kata Raissa tak percaya. " Ayoo, mau taruhan apa?" tantang Aditya. "Bener? hmm baiklah, kalau sikapmu berubah setelah aku sembuh maka kamu harus traktir aku makan pizza setiap hari Sabtu malam selama 1 bulan." kata Raissa. "Okee, kalau sikapku tidak berubah setelah kamu pulih kamu harus temani aku makan siang setiap hari selama satu bulan! setuju?" kata Aditya sambil menyodorkan telapak tangannya. Raissa menyambutnya dan menyalami tangan Aditya tanda jadi. "Cuma sebulan makan pizza-nya?" tanya Aditya. "Harus di tempat yang paling enak, dan iya, sebulan saja, aku bisa bosan kalau lebih dari itu " kata Raissa. Aditya tertawa. "Ya sudah aku antar ke rumahmu yah, aku harus kembali ke klinik." kata Aditya. "Makasih lagi ya Mas, love you bangeeetttsss!" kata Raissa. "Love you too sayang." balas Aditya sambil tersenyum dan mulai mengemudikan mobilnya keluar lapangan parkir. "Katanya mau menelepon Mamah Papah?" tanya Aditya. "Oh iya, ada apa ya? semoga tidak ada apa-apa. Aku masih tidak menyangka Briptu Agus punya kembaran sepintar dr. Agustine." kata Raissa. "Briptu Agus juga pintar kok, kalau tidak mana bisa jadi Polisi.. Cuma dia lebih slengean aja daripada kembarannya." kata Aditya. "Hahahaha, tapi dr. Agustine juga nyentrik ya.. trus pakai acara punya firasat segala lagi.. kita lihat apa firasatnya itu benar atau tidak." kata Raissa merogoh tasnya untuk mengambil ponsel. Ia menekan nomor telepon ponsel Mamahnya. "Haloo Maaahh... Raissa sudah selesai Hipnoterapi... APA?!" dari yang ceria, Raissa berubah pucat. Aditya yang melihat perubahan itu langsung mencari tempat untuk menepi. "Pakai pengeras suara!" perintah Aditya. Raissa buru-buru memencet tombol pengeras suara. "Mah, ini Raissa bersama Aditya, ulangi lagi Mah." pinta Raissa. "Haduuhh nak Aditya!!! Ibumu itu nenek sihir yaah? itu ibu kandung apa ibu angkat sih? Nyebelin banget! " cerocos Mamah. "Ibu ke rumah Tante? darimana dia tahu alamat Tante?" tanya Aditya. "Ya Gak tau Tante, dia datang berdua, datang datang langsung nyelonong masuk rumah, nyuruh Raissa datang ketemu dia, trus karena Raissa tidak ada, seenaknya nyuruh-nyuruh Tante mutusin hubungan kalian, pakai acara menyuap dengan uang 10 juta lagi!! Tante lempar balik aja ke wajah ibumu, Tante gak mau!! Lagipula hubungan kalian urusan kalian! Hahahaha.. ngancem- ngancem segala kalau Mamah tidak nurut nanti kamu gak selamat Sa! Hahahah, belum tau dia kamu udah ketemu buronan, kalau cuma si Dewi itu mah kecil ya Sa! Ibumu lucu juga ya Nak Adit! Hahahha .. Oya satu lagi, uang yang tante kembalikan ke ibumu tidak mau ibumu terima, ya sudah uangnya buat Tante saja ya? hahahaha lumayan buat belanja hahahaha!!" Mamah terus bercerita tanpa tahu Aditya turut memucat bersama Raissa. " Maaf Tante, tadi katanya ibu saya datang berdua, dengan siapa?" tanya Aditya. "Hmm siapa ya? cuma ibumu yang memperkenalkan diri, temannya tidak, tapi sepertinya jauh lebih muda, awalnya Tante kira anaknya, tetapi tidak mirip. Trus dipanggilnya cuma Mar.. Mar..gak tau apa nama panjangnya. Si Mar Mar itu juga kelihatannya takut sekali dengan ibumu, gagap terus kalau ngomong! galak ya ibumu?" Mamah kembali bertanya. Aditya mengerutkan kening lalu menoleh pada Raissa. "Kemungkinan Marisa, hanya dia yang menurut ibuku cukup pantas bergaul dengannya dan hanya dia yang bisa menanyakan alamatmu di Bandung ke bagian HR. Aku akan mendamprat pak Sugih kenapa anak buahnya bisa sampai membocorkan alamatmu pada orang lain." kata Aditya. "Sudahlah Mas, tidak apa-apa, kan Mamah Papah juga tidak kenapa-kenapa, anggap saja anjing menggonggong kafilah berlalu." kata Raissa. "Iya Nak Adit, malah Tante senang pagi-pagi sudah dapat sepuluh juta. Sering-seringlah ibumu mampir, lumayan hahahaha.." tawa Mamah kembali terdengar. "Masalahnya Sa, Tante.. Ibu saya itu bukan hanya anjing yang sekedar menggonggong.. tapi mengigit!! kalau dia mengancam, ancamannya jangan dianggap sepele! Begini, gunakan uang sepuluh juta itu untuk ke hotel sementara. Tante dan Om, tinggal di hotel dulu jangan tinggal di rumah sampai saya mengatakan kondisi sudah aman, nanti saya akan membantu pelunasan hotelnya kalau uangnya kurang, jangan ke hotel milik Bhagaskara ya Tante." kata Aditya. "Hah? maksudnya ancamannya beneran? tapi yang diancam kan Raissa nak Adit! bukan kami." kata Mamah mulai panik. "Raissa akan saya sembunyikan bersama teman serumahnya. Sa, pulang ke rumah langsung packing ya, kita cari apartemen untuk kalian bertiga!" kata Aditya. "Tapi.. apakah perlu sampai pindah segala mas?" tanya Raissa bingung. "Ibuku itu wanita gila yang kebanyakan uang. Dengan uang hukum pun bisa dibeli. Sudah sering ibu lolos dari jerat hukum karena melaksanakan ancaman dari saingan-saingannya!" kata Aditya pada Raissa, lalu ia kembali menoleh dan berbicara pada Mamah. " Tante segera laksanakan ya? tolonglah, Saya tidak ingin ada yang celaka!" kata Aditya kembali memohon. "Nak Aditya, kami punya teman yang mempunyai Villa di Lembang, bisa om pastikan Villanya tidak ada hubungan dengan keluarga Bhagaskara. Kami sewa villa dari dia saja ya? Om dan Tante tidak terlalu suka di hotel, Om pusing kalau kena AC terus-terusan." kali ini Papah Raissa ikut berbicara. "Boleh Om, kabari ke Raissa saja alamatnya. Nanti saya akan cek dan atur pembayarannya." kata Aditya. "Tidak usah nak, ini uang yang dari ibumu sudah cukup buat sewa sebulan, biasanya dia tidak mau dibayar soalnya." kata Papah. "Kabari Raissa saja ya Pah!" kata Raissa memutuskan karena dia tahu untuk masalah pembayaran Papahnya pasti malu menerima uang dari Aditya. "Baiklah sekarang kami akan segera menuju rumah Raissa. Nanti kami kabari lagi ya Om Tante." kata Aditya. Merekapun berpamitan dan telepon pun ditutup. Aditya langsung melakukan mobilnya ke arah rumah susun. Dalam perjalanan ia menelepon Alex mengabarkan berita yang baru saja mereka dengar. "Alex akan datang membantu, Asya baru saja pulang dari jaga malam, sedangkan Peni akan mulai jaga malam nanti malam. Kita masih punya waktu." kata Aditya. "Tapi kita mau kemana Mas? Tidak mudah mencari apartemen dalam sehari apalagi beberapa jam?" tanya Raissa. "Jangan khawatir, aku punya apartemen yang tidak diketahui siapapun, bahkan Alex sekalipun. Tadinya milik ayahku, apartemen itu digunakan apabila ia ingin menyendiri dan tidak ingin diganggu ibu, apartemen itu diberikan padaku sebelum ia meninggal. Tapi kita harus membereskannya, karena sudah agak lama tidak ditinggali. Dan kamu jangan angkat yang berat-berat ya!" kata Aditya. "Tidak masalah, ada banyak yang bisa kulakukan tanpa harus mengangkat yang berat-berat. Terimakasih ya Mas, aku merepotkan mu lagi. Ini alasanmu dulu merahasiakan hubungan kita ya?" tanya Raissa. "Ya, aku juga harus bersiap serangan dari Paman bibiku yang lain, mereka mungkin tidak akan terang-terangan mengancam mu, tetapi pasti akan berupaya segala cara untuk mengakhiri hubungan kita. Sama seperti Alex dan Asya dulu. Untungnya aku sudah punya rencana cadangan. percaya saja padaku ya Sa?" kata Aditya. Raissa mengangguk. Tak lama kemudian mereka sampai. Asya dan Peni sedang mengemas barang-barang mereka, Alex juga ikut membantu. "Apakah semua barang harus dibawa?"tanya Alex bingung, ia belum pernah ke apartemen ayah Aditya. "Sofa, TV, Kulkas, meja makan, tempat tidur, sudah ada. Peralatan dapur pun komplit. Hanya tinggal bawa baju, dan bahan makanan. Barang barang pribadi juga seperti Sabun, make up ya yg begitulah khas wanita." kata Aditya. "Sa, kopermu sudah kuturunkan dari atas lemari, tinggal bajumu saja yang dimasukkan, kamu bisa?" tanya Asya. "Bisa Sya, jangan khawatir." kata Raissa lalu segera menuju kamarnya. "Aku akan mengosongkan isi kulkas, kita tak tahu kapan kembali, nanti busuk kalau ditinggal." kata Asya. "Biar kubantu, aku sudah menyelesaikan barang-barang milikku yang akan kubawa." kata Peni, raut mukanya terlihat sedikit kesal. "Semua baik-baik saja Pen?" tanya Aditya. "Ya biasa lah Pak Aditya, .. tidak, sebenarnya tidak baik-baik saja. Kenapa kita tidak lapor polisi saja? pasti Raissa akan dilindungi oleh mereka. Kita tidak perlu repot-repot pindah seperti ini." gerutu Peni. "Maaf, tetapi relasi keluarga Bhagaskara di kepolisian banyak, dan aku tidak tahu mana polisi yang bersih dan mana yang sudah dikotori oleh uang keluarga Bhagaskara, aku tidak bisa mengambil resiko Raissa terluka. Dan karena kalian adalah teman dekat Raissa kalian pasti akan ikut diincar. Maaf kalau kami merepotkan mu!" kata Aditya menjelaskan. "Baiklah, tapi aku tetap beranggapan minimal Briptu Agus harus diberitahu." kata Peni. "Kita lihat perkembangannya, sejauh ini Briptu Agus dan rekannya adalah polisi yang bersih, tapi aku tidak yakin dengan atasan-atasannya. " kata Aditya. "Sudahlah Aditya, Peni hanya merajuk, nanti kita semua bisa berkumpul dengan pasangan masing-masing sedangkan dia sendirian." kata Asya. "Nah itu juga!! aku nanti jadi nyamuk dong!" kata Peni sebal. Aditya hanya tertawa. "Jangan khawatir, kau tidak akan merasa seperti nyamuk, kau kan tidak suka minum darah. Seperti Lalat lah.." kata Alex. "Maksudmu dok, aku suka hinggap di tempat sampah gitu?" kata Peni sambil melotot. "Aku harus pergi ke kantor sebentar. Aku harus bicara dengan Marisa secepatnya. Kira-kira kalian selesai sehabis makan siang? kujemput jam satu siang?" tanya Aditya. "Ya boleh juga." kata Alex. Asya dan Peni mengangguk. Raissa keluar dari kamar. "Hati-hati Mas, jangan sampai dia melapor kembali pada ibumu." kata Raissa. "Pecat saja si Marisa, biar tenang dunia persilatan." kata Peni geram. "Jangan, musuh lebih baik ada di dekat kita supaya bisa kita awasi." kata Asya. "Setuju aku sama Asya Mas, kita awasi saja dia, ngomong-ngomong sekarang sudah jam 11.30, nanti saja ke kantornya setelah makan siang, sampai di kantor juga orang-orang sedang makan siang. Disini sudah hampir selesai, kita langsung ke apartemen saja, dijalan kita beli makanan lalu kita bawa ke apartemen. Bagaimana?" usul Raissa. "Setuju!! Aku mau burger, kentang, soda dan es krim! Traktir ya Pak!" kata Peni pada Aditya. "Baiklah, ayo segera kemasi barang-barang kalian. Yang sudah selesai biar aku dan Alex angkut duluan ke mobil kami." kata Aditya. Merekapun bergerak dengan cepat. Para Pria membawakan koper-koper para gadis yang berat-berat itu. "Aduh ini apa sih isinya? batu?!" umpat Alex. "Di Gym kan kamu bisa mengangkat beban yang lebih berat Lex!"kata Aditya dengan sedikit terengah. "Tapi di Gym gak dibawa bebannya turun dari lantai empat ke lantai satu!.. Apartemenmu ini ada elevatornya kan? " tanya Alex. "Ya ada lah!!" kata Aditya sambil mendengus. "Untunglaahh.." kata Alex lalu meneruskan perjalanan ke lapangan parkir rusun sambil membawa koper. Tak lama kemudian semuanya beres. Peni mengunci pintu kontrakan mereka dan mengantongi kuncinya, Lalu mereka semua berangkat ke tempat tinggal sementara mereka yang baru. "Aku akan mengikutimu dari belakang Dit!" kata Alex sambil masuk ke dalam mobilnya bersama Asya. Raissa berjalan ke arah mobil Aditya lalu menoleh pada Peni. "Peni, kok diam saja, kamu mau ikut mobil yang mana?"tanya Raissa heran. "Hmm, aku sedang berpikir mana dari antara kalian yang tidak memperlakukanku seperti nyamuk. Asya dan dok Alex senang sekali bermesraan di depan umum dan semakin dekat tanggal pernikahan mereka, omongan mereka suka melantur kemana-kemana, lagipula aku mau dengar petualangan orang tuamu pagi ini lebih detail, jadi aku ikut denganmu saja." kata Peni sambil berjalan ke arah Raissa. "Hei siapa yang suka melantur?" tanya Asya sambil berkacak pinggang. Raissa hanya tertawa. "Alex, aku sudah share location apartemenku ke ponselmu barusan. Ikuti saja kalau tertinggal." kata Aditya. "Siap! Berangkat!!" seru Alex. Merekapun berangkat ke apartemen Aditya yang terletak di daerah Kasablanka.