Chereads / Raissa / Chapter 60 - Mendadak Ganti Status

Chapter 60 - Mendadak Ganti Status

Malam itu Raissa merasa sangat senang. Aditya membawakan makan malam dari restoran terkenal dan mereka makan bersama lalu mereka mengobrol dan bercanda sambil menonton televisi di ruang keluarga, meskipun kebanyakan televisi yang menonton mereka karena keduanya terlalu asik bercengkrama. Waktu sudah menunjukan pukul 9.30 malam ketika Aditya menatap Raissa dengan serius. "Sa, besok aku akan menghadapi keluargaku. Aku akan menantang mereka, atau lebih tepatnya menantang Paman Arganta. Karena Paman bibiku yang lain hanya mengikuti petunjuk paman Arganta." kata Aditya. "Ya ampun Mas, aku masih merasa bersalah gara-gara aku mas harus bersitegang dengan keluarga mas." kata Raissa. "Cepat atau lambat memang harus terjadi juga Sa. Ada atau tidak ada konflik. Dengan terbongkarnya rahasia kita oleh ibuku membuat aku harus melakukan ini secepatnya. Besok pasti aku mendapat panggilan dari dewan direksi. Aku yakin paman Arganta juga sudah mengetahui mengenai kita dari ibuku." kata Aditya. "Jadi kita harus bagaimana mas?" tanya Raissa. "Ya kita hadapi Sa. Tapi sebelumnya, aku punya satu permintaan. Penuhi permintaanku ya?" tanya Aditya. "Permintaan apa?"tanya Raissa bingung. "Bulang iya dulu dong!"kata Aditya. "Loh.. permintaannya apa dulu?"kata Raissa. "Jadi kamu tidak ingin memenuhi permintaanku?" goda Aditya. "Apa dulu permintaannya mas.. kalau sudah ku iyakan tahu-tahu aku tidak sanggup memenuhinya bagaimana?"tanya Raissa. Aditya terkekeh. "Kamu ternyata tidak terlalu tergila-gila padaku seperti yang kupikirkan. Apakah kamu benar-benar mencintaiku Sa?" tanya Aditya tiba-tiba. "Ih Mas ini.. gitu aja baper amat sih! Kan aku cuma nanya permintaanmu apa mas? Aku mencintaimu mas, sangaat!!..tapi kalau mas minta Mobil Rolls-Royce,.. biar cintaku seluas cakrawala dan sedalam samudra, tak sanggup kubelikan biarpun cuma salah satu bannya doang mas!! Makanya sebutkan dulu dong permintaanmu! kalau masih dalam kesanggupanku, pasti kupenuhi mas!" kata Raissa mulai emosi. Aditya kembali terkekeh. "Kok malah ketawa sih?!" kata Raissa sambil cemberut. "Tidak kenapa-kenapa, aku senang saja sama kamu, kamu bukan wanita manja, kamu tahu kemampuanmu dan aku kagum padamu.." kata Aditya. Wajah Raissa kembali menjadi berseri-seri. "Baiklah sebutkan permintaanmu mas! ingat ya, aku bukan Jin Alladin yang bisa mengabulkan tiga permintaan. Pikirkan permintaanmu baik-baik!" kata Raissa setengah bercanda. Aditya mengangguk sambil tersenyum geli. " Jadi begini Sa, Maafkan aku kalau aku menghancurkan fantasimu. Tapi sebenarnya aku membutuhkan jaminan darimu. Aku rela melakukan semua ini, menentang seluruh keluargaku yang kukenal sejak aku lahir, walaupun mereka bukan orang-orang terbaik yang pernah kukenal tetapi mereka tetap keluarga. Aku akan menentang dan menantang mereka, merebut seluruh asset kekuasaan mereka, membuat mereka tunduk padaku, .. hanya demi kamu Sa. Aku rela melakukan semua itu kalau kamu memilihku. Bukan hanya untuk sekarang, tapi untuk selamanya. Aku berjanji akan selalu menjagamu, mencintaimu, membahagiakanmu, memenuhi semua kebutuhan bahkan keinginanmu. Menikahlah denganku!" kata Aditya serius, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam. Aditya membukanya dan mengambil sebuah cincin bertatahkan berlian yang berkilauan tapi tidak terlalu lebay. Cincin itu sederhana, tetapi elegan. Sangat sesuai dengan selera Raissa. Raissa ternganga. Sangat tidak menyangka kalau Aditya akan melamarnya hari ini.

"Aku tahu mungkin kau merasa masih belum siap untuk menikah, aku bersedia menunggumu, mau dua atau tiga tahun lagi pun aku rela menunggu. Aku berharap tidak perlu menunggu selama itu sebenarnya. Tapi aku ingin kau berjanji akan menjadi istriku nanti atau secepatnya yang kau bisa." kata Aditya. Tanpa bicara Raissa menyodorkan jemarinya ke arah Aditya. Aditya menyelipkan cincin ke jari manis Raissa. "Aku berjanji, aku akan menikahimu, tapi mas harus memintaku langsung dari Papah ya!" kata Raissa sambil tersenyum. "Tidak masalah, setelah aku menghadapi keluargaku, aku akan segera ke Bandung untuk melamarmu." kata Aditya sambil tetap memegang jemari Raissa. Dibawanya tangan Raissa ke bibirnya dan dikecupnya lembut. "Terimakasih Sa." bisik Aditya sambil menatap mata Raissa. Raissa tersenyum sambil membalas tatapan Aditya. Perlahan Aditya mengecup bibir Raissa dan memeluknya. "Mmmhh.. bisakah kita percepat menikahnya jadi tahun depan? atau lebih cepat lagi? Bulan depan misalnya?" kata Aditya sambil memeluk Raissa. Raissa tertawa. "Mana bisa merencanakan pernikahan secepat itu. Bicarakan dahulu dengan Papahku ya Mas?" kata Raissa. "Hmmm, baiklah. Semoga Papahmu setuju denganku."kata Aditya. "Yang mana setahun lagi? mungkin setuju kalau itu, kalau bulan depan sih susah mas.." kata Raissa. "Baikalah, kalau begitu 6 bulan dari sekarang? bagaimana?" kata Aditya. "Bicarakan dulu dengan Papah ya Mas?" kata Raissa sambil tersenyum. "Hahaha, baiklah, menentang keluargaku saja aku tak gentar, aku pasti bisa membujuk Papahmu! Bulan depan!" kata Aditya sambil nyengir nakal. "Aduh Mas, itu sih cari rusuh namanya. Asya dan Alex saja sampai sekarang belum selesai mengurus pernikahan mereka." kata Raissa. "Halah.. itu merekanya saja yang terlalu santai.." kata Aditya. "Tidak juga Mas, lagipula, banyak yang harus dicari, gedung, gaun, catering, surat surat untuk pernikahan dan banyak lagi yang lain." kata Raissa sambil mengerutkan kening. Aditya mencubit hidung Raissa gemas. "Aku tahu sayang, aku hanya menggodamu saja,.. Jangan khawatir ya.. kita kan menyelesaikan bersama persiapan pernikahan kita " kata Aditya. Raissa tersenyum dan meletakkan kepalanya di dada Aditya. Aditya memeluknya sambil tersenyum senang.

Ponsel Aditya bergetar di meja. Aditya sengaja memasang mode diam agar ponselnya tidak berisik saat ia sedang bersama Raissa. "Angkat saja dulu Mas, siapa tahu penting." kata Raissa sambil tetap duduk dan menyenderkan kepalanya di bahu Aditya. "Hanya pesan masuk kok, bukan telepon. Tapi baiklah, akan kulihat." jawab Aditya. Ia pun meraih ponselnya dan membacanya.

"Sayang, lihat. Kupikir aku baru akan besok mendapat panggilan dari dewan keluargaku. Tetapi besok siang aku diminta untuk datang ke menara Bhagaskara menghadapi mereka semua." kata Aditya. "Aku mendukungmu mas!" kata Raissa. "Terimakasih Sayang, aku membutuhkannya." kata Aditya dan mengecup puncak kepala Raissa. "Lalu apakah masih ada yang harus mas urus?" tanya Raissa. "sayangnya..ada sedikit lagi,.. jadi aku harus pulang sekarang." kata Aditya. "Baiklah, persiapkan diri mas baik-baik ya." kata Raissa. "Pasti, aku hanya membutuhkan dukungan tunanganku." kata Aditya kembali memeluk Raissa. "Cieee.. tunangan.. hihihi.." bisik Raissa sambil tertawa geli sendiri. "Hehehe, masih seperti mimpi kau menerimaku Sa." kata Aditya juga sambil tertawa. "Aku dulu sempat meragukanmu mas, apakah mas hanya sekedar mempermainkan saja. Ternyata setiap hari mas membuktikan padaku kalau mas serius. Sekarang aku tidak ragu lagi." kata Raissa. "Terimakasih sayangku." kata Aditya dengan hati berbunga-bunga. Sudahlah, sudah malam, mas harus istirahat untuk menghadapi besok. Semangat mas!" kata Raissa lalu mengecup pipi Aditya. "Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok tunanganku!" kata Aditya. Lalu Aditya beranjak ke pintu, belum sempat membuka pintu, Asya dan Alex masuk. "Hei, baru mau pulang Dit?" tanya Alex. "Ya, Pamit lah dengan Asya, aku perlu bicara denganmu sekarang. Aku sudah mendapat panggilan dari dewan direksi." kata Aditya. "Wah cepat sekali, baiklah. Sya, aku langsung pamit ya.. sampai jumpa besok!" kata Alex. "Sampai jumpa besok. Hati hati dijalan ya!" kata Asya. Alex dan Aditya pun berlalu.

"Mereka sudah pergi... jadi.. kalian ngapain aja niihh.. " goda Asya. Raissa hanya tertawa lalu memamerkan jemarinya pada Asya. Awalnya Asya tertegun, lalu ia berteriak dan melompat kegirangan. "Oh akhirnya.. kita jadi saudara!!" kata Asya sambil terus melompat-lompat seperti anak kecil. "Oh aku senang sekali Sa! aku tak sabar ingin memberitahu Peni dan Liza." kata Asya. "Tapi Peni sedang kerja. Hmm.. kita foto saja jemariku, lalu aku kirim di grup kita. "kata Raissa. "Ide bagus! ayooo!" kata Asya. Tak lama kemudiaan balasan dari Liza dan Peni masuk. "Woww.. selamat ya Sa!" pesan dari Liza. "Kamu tidak hamil kan Sa? Hamil atau tidak , tetap kuucapkan selamat yaa!" kata Peni. "Aku masih perawan Penn... enak saja!" kata Raissa. "Kapan nih rencananya? eh gimana kalau digabung saja dengan Asya menikahnya?" tanya Liza. "Hahahah.. susah dong Liz.. pernikahan itu hajatnya orangtua. Jadi aku tergantung Papah Mamahku saja, heheheh." jawab Raissa. "Eh benar loh, aku tidak kenal separuh undanganku nanti! semua teman orang tua dan kenalan orang tuaku, belum lagi seluruh kolega Alex, duuhh..kalau tidak ada kalian, aku seperti pergi ke kondangan orang lain bukannya acaraku sendiri." kata Asya. "Hahahaha, gapapa Sya, yang penting cepat halal! trus kita gimana dong Pen?" kata Liza bercanda. "Ih kamu mah tinggal minta dinikahin sama Babang Bram, udah pasti ngebet dia tuh!! aku nih yang masih labil sama Babang Briptu. Ya ampun Babang Briptu, jangankan nikah, mancing diajak kencan aja susah! bikin penasaran!!" kata Peni. Ketiga temannya menertawakan Peni, sekaligus tetap menyemangatinya untuk jangan menyerah. "Eh Pen, kakaknya Briptu Agus itu katanya punya Indra keenam. Siapa tau kalau ketemu dirimu dia bisa tahu kalau kau ini jodohnya adiknya atau bukan." kata Raissa teringat Agustine. "Hah masa sih? bukannya dia itu psikiater? Memangnya kamu percaya kayak gituan Sa?" tanya Peni Skeptis. "Yaaa.. sebetulnya tidak sih hehehhe.. tapi kemarin waktu Agustine memintaku untuk menelepon orangtuaku ternyata betul kejadian Ibu Aditya dan Marisa mengancam orangtuaku." kata Raissa. "Hmmm... mungkin aku akan percaya kalau menemukan bukti-bukti lainnya." kata Peni lalu menambahkan, "Jangan ada yang bilang Babang Agus kalau aku masih skeptis dengan kemampuan kakaknya yaa! Awas kalau sampai dia tahu!" ancam Peni. Raissa, Asya dan Liza hanya tertawa saja. Tentu saja mereka tak akan membocorkannya.