Chereads / Cinta di antara dua Mafia / Chapter 2 - Mobil bergoyang

Chapter 2 - Mobil bergoyang

'Aarrgghh sial! Ini semakin menyakitkan.' ucap Calvin dalam hatinya. Panas di tubuhnya semakin membara. Seolah akan meledak. Sedang kepalanya semakin pusing karena belum juga tersalurkan.

Sedangkan suara dan aroma tubuh Ellice yang mendominasi di dalam mobil semakin membuat api dalam diri Calvin meletup-letup. Gejolak di dalam sana semakin meningkat. Calvin sudah tak sanggup lagi menahan. Ini sudah di ambang kemampuannya untuk bertahan.

"Ellice, apa kau bisa membantuku? Aku sudah tak sanggup menahannya lebih lama lagi."

Bug...

"Aaakkhhhkk!! Calvin a-apa yang ka.. hppphh!!"

Calvin yang sudah memegang tangan Ellice, segera menarik tuas untuk menyetel kursi yang di duduki Ellice berubah menjadi tiduran. Saat itu juga Calvin langsung naik ke atas tubuh Ellice dan mengecup bibirnya dengan brutal. Seolah Ellice adalah santapannya yang sangat nikmat.

Ellysia Calderon, usianya masih 20 tahun. Dia adalah istri dari kakak Calvin, Channing. Ellice panggilannya. Gadis cantik asal Venezuela yang di temukan Channing. Dia sudah tak memiliki keluarga. Karena kasih sayang yang Channing berikan padanya, akhirnya Ellice setuju atas lamaran Channing. Hingga mereka menikah. Sekarang sudah 2 tahun perjalanan cinta mereka.

Namun ada satu hal yang menjadi beban Channing. Penyakit jantungnya membuat dirinya tak bisa melakukan hubungan suami istri dengan Ellice. Ketika tubuhnya bergejolak, maka reaksi jantungnya akan meningkat dan itu membuat Channing kesakitan. Hingga sampai sekarang Ellice masih virgin.

"Aakkhh Calvin jangan, jangan lakukan ini pa.. Hppphh!"

Lagi-lagi Calvin menyumpal bibir Ellice dengan bibirnya, dan tangannya merobek kuat dress Ellice hingga kancingnya terlepas semua di dalam mobil. Terlihatlah bikini Ellice dengan tubuhnya yang sexy. Bongkahan padat di dadanya semakin membuat Calvin berapi-api.

Ciuman yang di layangkan Calvin semakin memanas. Cairan miliknya yang masih menyelimuti di sekitar keperkasaannya, dia oles di seluruh batang itu hingga membuatnya sedikit licin. Tanpa menunggu lagi, Calvin segera melepas kain penutup inti milik Ellice, dia memasukkannya ke dalam inti milik Ellice yang masih sempit.

Berulang kali Calvin gagal untuk masuk, sampai membuat dia kesal. Dan hentakan terakhir yang begitu kuat, akhirnya batang miliknya..

JLEBB...

"Aaakkhhhkk Calvin!!"

Calvin menusukkan batang keperkasaannya yang besar dan panjang masuk sempurna hingga mentok ke dalam inti milik Ellice.

Ellice yang merasa miliknya robek, merasakan kesakitan. Air matanya sudah mengalir dari ujung matanya. Wajahnya menengadah ke atas menahan rasa di dalam dirinya. Dia hanya bisa memejamkan matanya sambil berusaha mendorong tubuh Calvin dengan kuatnya.

"Egh,.. Calvin a-apa yang kau ssshh.. lakukan? Ini sakit sekali!!" ucap Ellice dengan terbata. Cara bermain Calvin yang memaju mundurkan miliknya dengan tidak sabaran membuat Ellice yang belum pernah bermain merasakan kesakitan. Apalagi pelumas belum keluar saat Calvin memasukkan di awal permainan mereka tadi.

"Maaf Ellice. Aku akan bertanggung jawab. Tapi sungguh maafkan aku. Egh.. ugh..." ucap Calvin sambil terus menggempur Ellice. Kecupan kembali Calvin daratkan di bibir Ellice. Tangannya dia gunakan untuk menopang tubuhnya agar tidak menindih Ellice. Sedang panggulnya terus bergoyang maju mundur.

Tak ada rasa lelah dalam tubuh Calvin. Yang ada ketika berada di puncak kenikmatan, Calvin malah semakin jadi. Bukan hanya satu ronde atau dua ronde. Lebih dari itu. Sementara Ellice sudah tak sanggup menahan lelah hingga di ronde ke 3.

Entah obat apa yang di berikan Fernandes padanya. Yang jelas, Calvin masih terus merasakan haus dan menginginkan sesuatu yang lebih besar. Semakin di asah semakin terus mendamba.

Meski hanya gaya batu yang dia lakukan, tak membuat panggulnya lelah. Tekanan demi tekanan semakin dia perdalam dan semakin masuk menghangatkan miliknya dan membuat kekedutan yang luar biasa nikmat yang Calvin rasakan.

Milik Ellice yang masih baru, membuat sensasi pijatan menjepit sempurna pada batang keperkasaan Calvin. Dan hal itu yang membuatnya semakin menagih. Hingga empat jam berlalu, Calvin menembakkan cairan begitu banyak ke dalam inti milik Ellice dan dia ambruk, tak sanggup lagi untuk bergerak.

Dia menjatuhkan dirinya di jok awal dia duduk. Tubuh keduanya sudah polos. Tapi Ellice masih menggunakan dress kemejanya, meski di bagian depan sudah terbuka semua.

Masih dengan nafasnya yang tersenggal, Calvin melihat wajah lelah Ellice yang cantik masih mengeluarkan air matanya walau sudah terlelap sejak tadi.

Dia mengecup ujung mata itu dan kening Ellice dari samping, "Maafkan aku Ellice, kak maafkan aku." Akhirnya Calvin tidur sambil menggenggam tangan Ellice.

Sementara Channing yang baru saja terbangun di jam 7 pagi, tak melihat istrinya. Dia pikir Ellice sedang menyiapkan sarapan mereka seperti biasa. Dia mencoba duduk dan melihat ponselnya. Ia hendak menghubungi Ellice, tapi ternyata sudah ada pesan yang di tinggalkan istrinya di nakas.

"Sayang, maaf aku meninggalkanmu sendiri. Calvin sedang membutuhkan bantuan, karena itu aku keluar sebentar untuk menolongnya. Salam cium dari istri tercintamu. Ellice." isi pesan yang di tulis istrinya untuk Channing. Channing hanya tersenyum.

"Apa memangnya yang sedang di lakukan dua orang itu? Dasar kalian ini. Nanti aku akan menghubungi mereka." ucap Channing sambil tersenyum dan berdiri menuju toilet untuk mandi.

Hiks.. hiks..

Samar-samar terdengar suara isak tangis di telinga Calvin. Dia membuka pelan matanya dan menoleh ke arah kanan. Ellice sedang duduk meringkuk memeluk kakinya menghadap jendela.

Calvin seketika langsung duduk dan dengan cepat menggunakan pakaiannya kembali tanpa membersihkan cairan-cairan yang melekat di tubuh bagian bawah miliknya.

"Ellice, maafkan aku. Maaf aku sudah melakukan hal ini padamu. Aku sungguh tak kuat lagi menahannya semalam. Maafkan aku Ellice." tak ada jawaban dari Ellice. Ellice justru semakin menenggelamkan wajahnya.

Calvin hanya bisa memandang Ellice dari belakang. Dia juga menjambak rambutnya.

"Mario, kau di mana?" tanya Calvin yang segera menghubungi asistennya.

"Anda sudah bangun tuan? Maaf semalam saya sedang mencari keberadaan Rey tuan. Karena itu saya tak mengangkat panggilan nyonya. Saya ada di luar mobil anda sekarang tuan." ucap Mario. Calvin pun menoleh ke belakang dan melihat ada Mario. Dia keluar dan mengecup singkat rambut Ellice dari belakang.

"Mario. Bawakan satu pakaian untuk Ellice. Nanti aku akan menceritakan semuanya padamu. Belilah sekarang."

"Baik tuan." Mario segera mengerjakan apa perintah Calvin.

Saat Mario menyiapkan apa yang di minta Calvin, Calvin hanya menunggu dari luar mobil. Menyandarkan punggungnya pada mobil. Dia ingat betapa buas dirinya semalam pada Ellice.

"Kak, maafkan aku." ucapnya dengan pandangan matanya yang menerawang jauh memikirkan kesalahannya pada Ellice dan Channing.

Tak sampai setengah jam, Mario sudah kembali dan segera memberikan kantong itu pada Calvin. Sebelum masuk, Calvin menarik nafasnya dalam.

"Ellice, ini pakaian ganti untukmu. Kau bergantilah di sini. Aku akan menunggu di luar. Kau jangan khawatir. Kaca ini tak akan tembus dari luar." Calvin meletakkan kantong pakaiannya di bawah dasboard. Saat dia akan keluar, dia memandang dalam punggung Ellice. "Maafkan aku Ellice."

Calvin pun keluar dan menunggu Ellice berganti pakaian. Satu jam dia menunggu. Dia juga sudah menceritakan semuanya pada Mario. Mario jadi merasa bersalah karena dirinya tak ada saat Calvin membutuhkannya. Sampai ada suara ketukan dari dalam.

"Ini bukan salahmu. Kerjamu sudah bagus. Kau bawalah mobil Ellice. Dia akan pulang bersamaku."

"Baik tuan. Terima kasih"

Saat di dalam mobil tak ada pembicaraan sama sekali antara keduanya. Ellice hanya diam memandang jalan. Sesekali dia menghapus air matanya. Ketika sampai di rumah. Calvin mencoba membuka pembicaraan dengan Ellice.

"Jika kau tak ingin mengatakan hal ini pada kakak aku akan diam. Aku tak akan membicarakan hal ini padanya. Kau tak perlu khawatir. Sekali lagi maafkan aku." Calvin keluar dari mobil dan Ellice juga keluar dari mobil.

"Kalian dari mana? Kenapa lama sekali?"