Dalam beberapa detik Feroza melirik kaku ke arah orang tuanya yang sudah duduk berada dekat dengannya, ia tak tahu harus bersikap bagaimana dan mengatakan apa.
Terlebih Feroza sama sekali tak tahu jika orang tua Griselda memanggil ayah dan ibunya untuk makan malam bersama mereka, hal ini membuat Feroza cemas dan khawatir jika sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
"Senang kali kita bisa berkumpul bersama begini," ujar Frans membuka suara untuk memulai obrolan mereka dengan ramah dan sopan.
"Ayo silahkan dimakan, kita mengobrol sembari makan saja agar lebih rileks." Dara turut membuka suara mempersilahkan tamu spesialnya untuk menyantap hidangan yang telah mereka siapkan.
Meski dalam keadaan yang kurang sehat, namun Dara tetap memilih menemui orang tua menantunya sebab ia ingin membuat perjanjian pernikahan diantara anak mereka semakin kuat.
Dan Yudha serta Julia mengangguk pelan sambil tersenyum ramah kepada besannya lalu menjawab, "Terima kasih sebelumnya, kami juga senang sekali bisa berkumpul seperti ini."
"Oh ya, Selda ke mana?" tanya Julia yang sejak datang tadi sama sekali tidak melihat batang hidup menantunya.
Dengan santai Frans menjawab, "Aku sengaja menyuruh Selda beristirahat lebih awal karena dia sudah melewati perjalanan yang cukup jauh, lagipula akan lebih baik kalau kita membicarakan hal ini tanpa kehadiran Selda."
"Maaf pak Frans, memangnya hal apakah yang sebenarnya ingin kalian sampaikan kepada kami?" Yudha bertanya dengan sangat sopan.
Hembusan nafas yang cukup berat keluar dari mulut Frans seakan ia sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan maksud dan tujuannya saat ini kemudian ia mulai berkata, "Kalian pasti sudah mengetahui mengenai pernikahan kontrak yang kami buat dengan Feroza, bukan?"
Keduanya saling menatap sebentar lalu kembali fokus memandangi Frans dengan wajah yang kebingungan sekaligus penasaran, "Tentu saja, lalu?"
"Aku sudah berjanji untuk memberikan segalanya kepada Feroza selama ia menjadi menantuku, tapi di dalam surat perjanjian itu tidak tertulis jika Feroza akan mendapatkan sepeserpun kalau akhirnya memilih berpisah dengan putri kami."
Feroza tertegun mendengar perkataan Frans barusan, padahal ini bukan pertama kalinya Frans mengatakan hal itu kepadanya sebab saat menandatangi kontrak tersebut Feroza sudah mengetahuinya.
Entah mengapa tetapi Feroza tetap merasakan dadanya sesak dan ia terdiam seribu bahasa, segala rencana telah ia siapkan untuk mengambil harta Griselda karena nantinya ia memang takkan mendapatkan bagian apapun namun belum ada satupun rencana yang ia jalankan.
"Feroza sudah mengatakannya sebelum pernikahan ini terjadi," tukas Julia datar.
"Aku hanya ingin memperjelas semuanya dan juga meminta keputusan dari Feroza, apakah dia akan memilih untuk bersama putri kami hingga akhir hayatnya atau mungkin Feroza berniat untuk mengakhiri semuanya beberapa tahun ke depan?" tutur Francis sangat serius.
Tak ingin besannya merasa tersinggung dengan perkataan suaminya dengan cepat Dara kembali ikut berkata, "Maafkan kami, kalian jangan salah paham terhadap permintaan kami kali ini karena keadaan Selda sangat kami perhatikan makanya kami tak ingin putri kami merasa terluka nantinya."
Sejak awal Feroza meminta restu untuk menikah dengan seorang wanita gila dari kalangan orang kaya raya, baik Yudha dan Julia sama sekali tak ada yang melarang ataupun menyuruh putra mereka untuk melanjutkan niatnya tersebut.
Karena bagi mereka keputusan Feroza adalah hak dirinya sendiri apalagi anak mereka yang akan melanjutkan hidupnya, "Maaf sebelumnya, tapi sejak awal pernikahan ini terjadi kami sama sekali tak pernah ikut campur mengenai keputusan yang akan Feroza pilih termasuk dalam masalah ini."
"Semuanya memang menjadi keputusan Feroza, kami sengaja mengundang kalian ke sini agar Feroza bisa mengatakan pilihannya di depan kita semua." Frans semakin memperjelas tujuannya.
Semua yang berada di ruangan itu langsung menoleh ke arah Feroza yang masih terdiam sejak tadi, tatapan mereka seperti predator yang ingin menghabisi mangsanya.
Bahkan Feroza merasa mereka semua ingin segera menghabisinya, ia menelan saliva di tenggorokannya berkali-kali dan terus berusaha menenangkan diri.
"A-aku--." Feroza kembali terdiam tak mampu melanjutkan ucapannya.
Dalam keadaan yang mendadak seperti ini, ia malah dipaksa untuk mengambil keputusan yang sangat berat.
Padahal di belakang sana masih ada Natasya yang harus ia pikirkan dengan keadaannya yang sedang mengandung anak lelaki itu, "Mengapa aku harus diberikan pilihan seperti ini? Bukankah saat pernikahan kemarin ibu mertua sendiri yang bilang kalau aku bisa mengembalikkan Selda ketika aku sudah tak ingin bersamanya kapanpun itu."
"Kami ingin merubahnya," sahut Dara dengan tegas.
Satu tahun atau mungkin dua tahun ke depan, Feroza tak pernah tahu hal apakah yang terjadi dan mungkinkah ia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya sehingga jelas saja lelaki itu merasa kesulitan untuk menentukan pilihannya.
Sembari memegang bahu putranya Julia berkata, "Feroza, tentukan pilihanmu dengan tepat. Lagipula meski kau menikahi Selda hanya karena kontrak, ibu merasa tak ada salahnya kalau kau menjadikan Selda pilihan terakhirmu yang akan selalu bersamamu."
Ingin sekali rasanya Feroza berteriak untuk mengatakan dirinya sama sekali tak pernah mencintai Selda, dan ia juga seringkali merasa jijik pada wanita itu.
Hanya saja semua itu harus terpendam di dalam hati Feroza saat ini, "Iya bu, aku tahu."
"Jadi bagaimana, Feroza? Keputusan apa yang akan kau pilih?" tanya Frans lagi yang sepertinya sangat sudah tak sabar mendengar jawaban menantunya.
"Aku akan selalu bersama dengan Selda hingga akhir hayatku," ujar Feroza dengan suara yang gugup.
Bukan seperti ini yang Feroza inginkan dalam hatinya, namun ia merasa sudah tak memiliki pilihan lain lagi terlebih ia masih harus memikirkan kehidupannya yang bisa kembali kelam tanpa memiliki harta sama sekali.
Dari balik dinding yang tak jauh dari ruangan tersebut, Griselda tersenyum tipis dengan penuh kemenangan setelah ia mendengar perkataan Feroza kepada kedua orang tuanya.
Kali ini Griselda tidak akan perlu merasa khawatir lagi jika Feroza berniat meninggalkannya, sekalipun pilihan yang Feroza ambil hanyalah penenang namun tetap saja Griselda akan terus berusaha untuk mempertahankan suami tercintanya.
"Kita lihat saja, Feroza. Aku akan membuatmu selalu bersama denganku sampai kapanpun, kau akan berlutut di hadapanku dan takkan pernah meninggalkanku." Griselda bergumam seorang diri dengan suara yang lirih namun tetap tajam.
Tanpa diduga, asisten satu baru saja melintas di tempat itu dan tak sengaja mendengar perkataan Griselda. Lelaki itu langsung terdiam dan menghentikan langkahnya, sehingga Griselda bisa menyadari keberadaannya.
"Sedang apa kau di sana?" bentak Griselda sangat kesal.
Marvin mengangkat kepalanya perlahan lalu ia menatap wajah majikannya dengan sopan, "Maaf, Nona. Aku hanya tak sengaja melintas di sini, dan aku sama sekali tak bermaksud untuk menguping."