Air mata seorang lelaki yang menaruh ketulusan seutuhnya harus tumpah di tempat ini, Feroza tak dapat menahan dirinya lagi untuk tidak menangis dan merasakan luka mendalam di hatinya yang paling dasar.
Saat ini Feroza hanya bisa berandai-andai kalau saja ia tak kehilangan pekerjaan dan semua hartanya, mungkin ia tak perlu menikah dengan wanita gila yang telah mengubah seluruh hidupnya.
Dan mungkin Feroza juga akan tetap bersama dengan wanita yang ia cintai bahkan menikahinya, namun mengapa takdir justru berkata lain hingga membuat Feroza harus menanggung semua beban yang teramat berat.
"Menikah dengan wanita yang sama sekali tidak pernah aku cintai sangatlah menyakitkan," gumam Feroza yang masih terduduk lemas di atas bangku pinggir jalan sembari terus menghisap batang rokok dalam genggamannya.
Hatinya begitu tak tenang dan seakan terombang-ambing di tengah lautan luas, apalagi mengingat keadaan kekasihnya yang sedang mengandung anak mereka.
"Kalau memang menyakitkan maka lepaskan saja," ujar seseorang yang entah muncul dari mana.
Segera Feroza menoleh ke arah sumber suara dan ia melihat seorang lelaki sudah berdiri di sampingnya dengan wajah yang datar, "Siapa kau?"
"Kau suami Griselda, bukan?" tanyanya balik mengalihkan pertanyaan Feroza.
Dari ujung rambut hingga ujung kaki Feroza menatap lelaki itu dengan teliti tetapi mau diingat bagaimanapun juga ia sama sekali tak mengenalinya, "Kau ini siapa? Jangan membuat suasana hatiku semakin berantakan!"
Tanpa disuruh Gerald memilih duduk di samping Feroza dengan santai dan tenang meski tatapannya belum tertuju pada Feroza, "Tinggalkan Selda, kau akan hidup bahagia setelahnya."
"Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang kau katakan, lagipula aku tak mengenalmu jadi untuk apa aku mendengarkan omong kosongmu." Feroza menggerutu dengan kesal lalu ia berniat pergi meninggalkan lelaki itu.
Hingga Gerald langsung menahannya dengan berkata, "Aku tahu semua hal tentang Selda, dan aku tahu mengenai keadaannya yang tidak pernah gila bahkan semua vonis yang dokter berikan hanyalah kepalsuan."
Seketika Feroza terdiam dan memandangi wajah Gerald begitu lekat, pikirannya semakin kusut bagaikan benang tak terarah hingga ia memutuskan untuk kembali duduk di atas bangkunya.
"Siapa kau sebenarnya? Dan mengapa kau bisa mengetahui keadaan Griselda?" tanya Feroza dengan sangat penasaran.
"Aku masa lalu yang tersakiti dan sekarang aku kembali untuk membalas dendam," sahutnya sangat tajam.
Feroza benar-benar tak mengerti dengan maksud perkataan lawan bicaranya terlebih setahunya Griselda sudah mengalami gangguan jiwa sejak lama, jadi mana mungkin ia memiliki mantan kekasih seperti ini.
Namun Feroza yang masih kebingungan akhirnya bersikap seakan peduli dan mempercayainya padahal dari hatinya yang paling dalam ia sama sekali tak paham, "Oh ya? Memangnya kau benar-benar mantan kekasih Selda?"
"Ya, satu tahun yang lalu hubungan kami berakhir. Dia dan keluarganya mencampakkanku sampai membuat kehidupanku berantakan," sahutnya dengan sorot mata yang nampak seperti menyimpan dendam begitu besar.
"Siapa namamu?" tanya Feroza lagi semakin penasaran mendengar pengakuan lelaki tersebut.
Baru saja Gerald akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Feroza, tiba-tiba sebuah tangan dengan kasar menampar pipinya sangat keras hingga menimbulkan suara yang nyaring dan jelas.
Jelas saja hal ini membuat keduanya terkejut bukan main apalagi Gerald merasakan pipinya sangat panas seperti terbakar, "Sialan! Apa yang kau laku--."
Gerald menghentikan perkataannya ketika ia melihat wajah Griselda sudah berada di hadapannya, wanita itu terus memandanginya sangat tajam dan penuh emosi.
Entah bagaimana caranya wanita itu bisa berada di hadapan mereka berdua begini, "Selda?"
"Jangan pernah menyebarkan sesuatu hal yang tak benar! Kau pikir kau siapa?" teriak Griselda sangat kencang sampai mengundang banyak sorot mata mengarah kepada mereka.
Melihat tubuh Griselda yang bergetar hebat membuat Feroza bergegas untuk mendekati istrinya dan merangkul bahunya erat, "Selda hentikan! Bagaimana caranya kau bisa berada di sini?"
"Diam!" titah Griselda pada suaminya.
Kemudian Griselda mengangkat tangannya dan ia menunjuk wajah Gerald begitu tajam, "Aku sedang berbicara dengan manusia busuk yang satu ini, aku harus menutup mulutnya agar diam dan menghentikan semua omong kosong ini!"
"Kau yang melakukan semua omong kosong ini, Selda! Kau juga yang seharusnya menghentikan sandiwaramu!" tegas Gerald tak ingin kalah dari Griselda sembari berdiri menghadapi wanita itu.
Mendengar perkataan Gerald jelas saja Griselda merasa semakin kesal dan ia berniat kembali menghajar lelaki itu namun untungnya Feroza berhasil menghentikan niat istrinya, "Selda jangan lakukan itu, apalagi ini di tempat umum! Kita bisa berada dalam masalah yang besar, kau harus bisa menahan diri."
"Jangan ikut campur! Kau ini bukan siapa-siapa!" bentak Griselda pada suaminya sambil terus memberontak agar Feroza mau melepaskan tubuhnya.
Feroza seketika terdiam dan ia merasakan tubuhnya lemas bukan main, entah mengapa Feroza terluka pada perkataan Griselda yang mengatakan dirinya bukan siapa-siapa padahal jelas-jelas mereka adalah sepasang suami istri.
Tanpa sadar Feroza melepaskan dekapannya di tubuh Griselda lalu ia hanya menatap wanita itu dengan lemas, "Aku suamimu."
"Suami kontrak!" tegas Griselda seakan mengoreksi ucapan suaminya.
Benar-benar tak dapat terduga, Feroza merasakan luka di hatinya semakin membesar namun ia juga tak bisa berbuat banyak apalagi mengingat Gerald berada di dekat mereka.
Dan Gerald yang tak ingin membuang waktu di tempat itu hanya untuk menyaksikan perkelahian sepasang suami istri itu segera kembali membuka suara, "Sudah kuduga! Kalian memang menikah tanpa adanya perasaan cinta, lalu mengapa kau mau menerimanya Griselda? Padahal dulu kau membuangku begitu saja."
"Kau adalah sampah yang pantas untuk dibuang, jadi jangan bertanya seperti itu kepadaku tapi tanyakan sendiri pada dirimu!" tukasnya masih dengan penuh emosi.
Ingin sekali rasanya Feroza meninggalkan istrinya di tempat itu karena ia memang sudah tidak peduli lagi namun rasanya terlalu berat sebab nantinya akan menjadi masalah besar jika sampai ada orang rumah yang mengetahuinya sehingga ia tak punya pilihan lain, "Ayo kita pulang, Selda!"
"Kau saja yang pulang sendiri! Aku masih ingin menyelesaikan masalahku dengan orang gila ini!" tolak Griselda tanpa menoleh ke arah suaminya.
Dengan kuat Feroza menggenggam erat lengan Griselda dan berniat untuk menariknya agar pergi dari sana, "Pulang sekarang!"
"Jangan mengaturku, Sialan! Kau tak punya hak apapun untuk mengaturku!"
"Ya aku punya, aku suami sahmu jadi aku memiliki hak untuk mengaturmu!" sanggah Feroza sangat kesal dengan tatapan mata yang tajam dan merah membara.
Kali ini Feroza memutuskan untuk membawa istrinya secara paksa dengan menarik kencang lengan wanita itu agar pergi menjauh dari keberadaan Gerald, Feroza nampak tak peduli dengan upaya Griselda untuk terlepas dari genggamannya karena yang terpenting baginya hanyalah menghentikan perkelahian yang barusan terjadi.
"Hei, lepaskan aku!" titah Griselda dengan sangat kencang sembari terus memberontak.