Eroz menatap dua pasang mata yang juga sedang mengarah kepadanya, wajahnya nampak kesal seperti tak menyukai keberadaan Feroza dan Griselda yang baru saja tiba di dalam rumah itu.
Sama halnya dengan sang kakak sebab Griselda pun merasa tak menyukai kedatangan Eroz yang selalu menghadirkan masalah dalam hidupnya, "Sedang apa kau di sini?"
"Ini juga rumahku jadi aku berhak untuk datang ke sini," sahut Eroz datar dan begitu dingin.
Griselda terkekeh kecil mendengar perkataan Eroz yang menurutnya tak benar karena ia sendiri tahu jika lelaki itu hanyalah anak angkat orang tuanya, "Oh ya? Mengapa kau sangat yakin seperti itu?"
"Apa maksudmu?" tanya balik Eroz dengan wajah kebingungannya.
Feroza yang merasa tak nyaman pada situasinya saat ini memutuskan untuk mengajak sang istri masuk ke dalam kamar, lagipula meskipun ini adalah pertama kalinya Feroza bertemu dengan kakak iparnya namun Feroza tahu kalau hubungan keluarga Griselda dan Eroz cukup tak baik.
Hal itu terbukti pada hari pernikahannya yang mana Eroz tak menghadirinya, "Selda, lebih baik kita pergi ke kamar karena kau butuh istirahat."
"Aku masih belum selesai dengannya, jadi jangan mengajaknya pergi dari sini!" tegas Eroz tak menyukai ajakan Feroza pada adiknya.
Dengan tegas Griselda menjawab perkataan kakaknya, "Jangan bicara seperti itu kepada suamiku, kau juga harus memperlakukannya dengan baik."
"Hah? Apa aku tak salah dengar? Memangnya dia siapa sampai aku harus memperlakukannya dengan baik?" ledek Eroz sambil terkekeh kecil menyepelekan peringatan adiknya.
Feroza yang mendengar ledekan Eroz hanya diam dan menatapnya datar, hatinya mulai tenang dan merasa tersinggung dengan perkataan kakak iparnya namun ia sadar kalau dirinya tak bisa berbuat banyak hal terlebih apa yang keluar dari mulut lelaki itu memang benar adanya.
Namun Griselda yang tak dapat menerima perkataan Eroz justru langsung mengambil sebuah vas bunga berukuran kecil di atas meja lalu ia melemparnya kencang hingga mengenai tubuh Eroz dan mengakibatkannya pecah ketika terjatuh ke atas lantai, "Sialan, jaga ucapanmu!"
"Selda, apa yang kau lakukan?" ujar Feroza terkejut dengan tindakan istrinya dan ia segera menarik lengan Griselda berusaha mencegah hal yang semakin buruk akan terjadi.
"Dia benar-benar kurang ajar!" umpat Griselda dengan nafas yang berhembus berat dan kasar.
Sembari memastikan tak ada satupun pecahan vas yang mengenai tubuhnya Eroz berkata, "Kau masih saja sama, tetap tak waras dan selalu bertingkah gila!"
"Aku bertingkah gila hanya kepadamu!" teriak Griselda dengan kedua mata yang merah membara.
"Cukup, Selda! Jangan bersikap seperti ini, dia kakakmu." Feroza harus kembali berusaha menenangkan istrinya yang tempramennya kambuh.
Sungguh lelah Feroza rasakan sekarang ini karena Griselda sudah mengamuk dua kali hanya dengan jarak waktu yang cukup dekat, tetapi ia juga tak membiarkan Griselda begitu saja mengingat tanggung jawabnya sebagai suami kontrak Griselda sangat teramat besar.
"Dia bukan kakakku!" teriak Griselda lagi.
Eroz sempat terdiam sejenak setelah ia mendengar perkataan Griselda barusan, walaupun benar adanya namun tetap saja Eroz tak menyukai apa yang dilakukan wanita itu terhadapnya.
Francis dan Dara saja bahkan tak pernah mengungkit hal itu tetapi Griselda selalu melakukannya saat pertengkaran seperti ini terjadi diantara mereka, "Jaga ucapanmu, Selda! Mulutmu sangat kotor dan tak terdidik, seharusnya kau bisa menjaga harga dirimu sendiri sebagai seorang wanita."
"Jangan coba-coba untuk mengajariku, karena takkan ada asap jika tak ada api! Kau yang memulainya duluan, jadi jangan salahkan aku kalau aku bersikap begini!" tukas Griselda tak mau kalah apalagi mengalah.
Kalau saja orang tua mereka berada di rumah, mungkin perdebatan dan pertengkaran seperti ini tidak akan terjadi. Sialnya Eroz selalu memanfaatkan waktu begini untuk memojokkan adiknya dan secara tak langsung mengajaknya bertengkar, "Aku hanya ingin kau berhenti berpura-pura gila seperti ini, Selda!"
Griselda yang kembali tak dapat menahan diri berniat memajukan tubuhnya untuk memberikan hantaman pada Eroz, namun untungnya Feroza sudah lebih dulu menghentikan niat wanita itu dengan merangkul kuat pinggang Griselda.
"Selda, tahan amarahmu. Caramu seperti ini tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah, yang ada semuanya akan semakin parah."
"Kau juga jangan mencoba mengajariku, karena aku tahu apa yang sedang aku lakukan!" titah Griselda kepada suaminya.
Nampaknya emosi Griselda yang besar telah membuatnya kembali lupa dan tak sadar jika perkataannya pada Feroza akan melukai perasaan lelaki itu, sayangnya Feroza sendiri tak bisa pada keadaan Griselda yang seperti ini karena memang setiap kata yang keluar dari mulut istrinya selalu menyakiti hatinya.
"Selda, aku hanya ingin--."
Belum sempat Feroza menyelesaikan perkataannya Griselda sudah lebih dulu memotongnya dengan berkata, "Diam!"
Sudah merasa muak dengan perlakuan istrinya, akhirnya Feroza memilih pergi meninggalkan wanita itu bersama kakak angkatnya.
Feroza sudah tak tahan lagi bahkan ia rasa tak peduli lagi kalaupun terjadi hal yang buruk kepada Griselda karena masalah ini, dan Griselda yang melihat suaminya baru menyadari apa yang telah dilakukannya adalah kesalahan.
Perlahan amarah di dalam diri Griselda menurun drastis dan hatinya menjadi gelisah sebab khawatir Feroza akan pergi meninggalkannya, tanpa menghiraukan kakaknya lagi Griselda bergegas pergi menyusul Feroza menuju kamar.
Hingga hanya tersisa Eroz di sana dengan wajahnya yang masih datar dan dingin, nampaknya ia telah gagal membongkar siapa Griselda yang sebenarnya di depan Feroza.
Karena kedatangan Eroz ke rumah itu hanyalah satu yaitu menghancurkan pernikahan adiknya, Eroz tak mau jika harta kekayaan orang tuanya harus terbagi kepada Feroza yang jelas-jelas adalah orang asing.
Bahkan Eroz tahu kalau pernikahan mereka hanya berlandaskan harta yang mana akan mengancam keberadaan Eroz dikemudian hari, "Aku harus bisa memisahkan mereka, jangan sampai Feroza lebih dulu berhasil merebut semua kekayaan keluargaku."
"Aku tidak akan pernah rela kalau semua harta ini harus terbagi kepada orang lain apalagi Feroza, dia hanya mengincar harta keluargaku saja." Eroz kembali bergumam sendirian dengan nada yang sangat kesal.
Sedangkan di dalam kamar Feroza dan Griselda saat ini, wanita itu baru saja masuk dan langsung mendekati suaminya.
"Feroza, Sayang!" panggil Griselda lembut sembari duduk di samping suaminya.
"Apa lagi?" tanya Feroza seperti sangat malas menanggapi istrinya itu.
Tetapi Griselda yang benar-benar merasa bersalah masih ingin berusaha membujuk suaminya meski hal ini sangat jarang sekali ia lakukan, "Sayang, aku benar-benar minta maaf kepadamu. Tolong maafkan aku ya, jangan marah seperti ini kepadaku."
"Tak perlu membujukku seperti ini, lagipula aku baik-baik saja." Feroza menjawab ketus perkataan istrinya.
"Aku tahu aku salah, Feroza." Griselda menjawab lagi dengan suara yang lembut.