"Lalu aku harus tinggal di mana?" tanya Natasya dengan penuh kebingungan.
Feroza terdiam dalam beberapa waktu sambil berpikir dengan keras, bukannya ia menginginkan semua hal ini terjadi namun takdir yang mengharuskan Feroza melewatinya.
Bahkan sebenarnya Feroza sendiri merasa tak tahu jalan apa yang harus ia ambil untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Natasya saat ini, "Kau bilang saja pada orang tuamu kalau kau bekerja di luar kota, kau akan tetap tinggal di sini bersama denganku?"
Natasya terkekeh kecil dengan sinis kemudian ia berkata, "Tinggal bersamamu? Yang benar saja! Kau tahu kalau sekarang kau ini sedang tinggal bersama siapa."
"Natasya, aku akan selalu ada untukmu dan menemanimu meskipun aku tinggal bersama dengan Griselda."
"Tapi kau tahu, kalau bukan seperti ini kehidupan yang aku inginkan!" tegas Natasya lagi yang sudah dipenuhi dengan emosi.
Kembali Feroza menggenggam erat tangan Natasya sambil berkata, "Kita sudah membahas ini sebelumnya dan kita sudah menyetujuinya, jangan sampai semuanya harus berubah."
"Aku akan menikah dengan seorang lelaki yang sudah memiliki istri sah dan itu artinya aku menjadi istri simpanan, lalu tinggal terpisah dari kedua orang tuaku dengan sepengetahuan mereka kalau aku bekerja di luar kota. Apa kau pikir semua mudah untukku?"
Tanpa Natasya perjelas sekalipun, Feroza sangat tahu dan ia sadar jika kehidupan yang akan Natasya terima sangatlah tak mudah. Feroza juga tak ingin semua ini terjadi kepada Natasya dan dirinya, namun nasi yang sudah menjadi bubur tak dapat dirubah kembali.
"Aku tahu, Natasya. Semuanya memanglah tak mudah, aku juga sangat mengerti tapi tak ada jalan lain dan hanya ini jalan satu-satunya."
Keinginan Natasya saat ini hanyalah menikah dengan Feroza, dan mau tak mau ia harus menyetujui jalan yang dipilih kekasihnya. Meski Natasya akan menerima kehidupan yang menurutnya sangatlah mengerikan, "Tapi bagaimana kalau orang tuaku melarangku bekerja di luar kota?"
"Kau harus bisa membuat mereka menyetujuinya, kita akan sama-sama berjuang Natasya. Aku mencintaimu dan kau mencintaiku, jalan bersama kita memang tak mudah tapi seperti inilah takdir yang harus kita terima."
Natasya semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Feroza lalu ia memeluk erat lelaki itu sembari menempelkan kepalanya di atas dada sang kekasih, "Aku sungguh mencintaimu, Feroza. Aku mohon jangan pernah tinggalkan aku, karena dalam dunia ini aku hanya ingin bersama denganmu."
"Iya, Sayang. Kita akan selalu bersama kapanpun itu," sahut Feroza sungguh-sungguh.
Krekkk
Tiba-tiba saja pintu kamar Natasya terbuka lebar hingga membuat keduanya terkejut bukan main, apalagi ketika melihat yang datang adalah Bram ayahnya Natasya.
Spontan mereka berdua langsung saling menjauh dan melepaskan dekapan di tubuh masing-masing, Bram yang melihat hal itu menunjukkan wajahnya yang tak suka juga dipenuhi dengan kekesalan.
"Sedang apa kalian? Dan mengapa kau bisa ada di sini?" tanya Bram dengan nada tinggi.
Dengan gugup Feroza menjawab, "A-aku hanya mengunjungi Nat--."
"Mengunjungi kau bilang? Apa kau lupa kalau kau sudah menikah dengan putri anak orang kaya itu?" potongnya dengan lebih emosi.
Tak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk Natasya segera mendekat ke arah ayahnya lalu ia memegang kuat lengan Bram, "Ayah, ayah tenang dulu. Ini tak seperti apa yang ayah pikirkan, karena aku yang meminta Fero untuk datang menemuiku."
"Tapi kenapa, Nata? Untuk apa kau memintanya untuk datang? Dia ini suami orang lain," tukas ayahnya dengan penuh kekecewaan.
"Karena aku hanya ingin bertemu dengan Fero," sahut Natasya lagi dengan terus berusaha menenangkan ayahnya.
Sambil menunjuk wajah Feroza menggunakan jari telunjuknya Bram kembali berkata, "Dia sudah menikah dengan wanita lain, dan kau tak bisa memintanya untuk datang ke sini! Apa yang kau lakukan adalah kesalahan, apalagi kau juga harus memikirkan nama baik keluarga kita Natasya!"
"Iya aku tahu, Ayah. Tapi melihat lelaki yang aku cintai menikah dengan wanita lain bukanlah hal yang mudah, jadi tolong pahami aku."
Entah bagaimana perasaan Bram saat ini, tiba-tiba lelaki itu meneteskan air matanya dengan penuh kesedihan. Bram merasakan sesak di hatinya akibat ulah putrinya sendiri yang mana telah membuatnya begitu kecewa, "Nata, ayah tak pernah mengajarimu untuk merusak pernikahan orang lain sekalipun itu adalah mantan kekasihmu sendiri."
"Ayah sangat kecewa padamu, Nata. Seharusnya kau memikirkan perasaan istri Fero, kau juga harus memikirkan nama baik keluarga kita." Bram melanjutkan ucapannya dengan sangat memilukan.
Air mata Natasya ikut menetes dengan deras sebab ia tak pernah melihat ayahnya menangis seperti ini bahkan sosok Bram yang ia kenal adalah ayah yang kuat dan tegas, "Ayah, ini memang kesalahanku. Tapi biarkan aku bersama dengan lelaki yang aku cintai untuk terakhir kalinya, setelah ini aku berjanji tidak akan mengganggu Feroza lagi."
Bram tahu betul jika apa yang dikatakan putrinya barusan hanyalah kebohongan sebagai penenang, "Ayah mohon padamu, Natasya. Jangan membuat malu keluarga kita, kau harus bisa menerima kenyataan."
"Ini semua salahku," ujar Feroza memotong percakapan ayah dan anak itu.
Keduanya langsung menoleh ke arah Feroza dan menatapnya dengan serius, begitupun Feroza yang masih terus memandangi wajah Bram meski sebenarnya ia merasa sedikit ketakutan.
"Maafkan aku Om Bram, sebelumnya maaf karena aku malah meninggalkan putrimu dan menikah dengan wanita lain. Maafkan aku juga karena aku masih menemui putrimu saat ini," ujarnya lagi.
"Dengan alasan apapun, kalian sudah tak bisa bertemu lagi."
"Iya, Om benar. Kalau begitu sekali lagi tolong maafkan aku, sekarang aku akan pergi." Feroza memutuskan untuk beranjak pergi dari tempat itu meninggalkan Natasya dan ayahnya.
Namun Natasya yang kebingungan mendengar perkataan Feroza langsung berniat menahan kepergian lelaki itu, "Fero, tunggu!"
Segera Bram mencegah putrinya untuk melakukan hal itu dengan memegang kuat lengannya, "Natasya, kau tak boleh mengejarnya lagi karena kalian memang harus segera berpisah!"
"Tapi aku sangat mencintai, Fero! Aku tak mau ia pergi dari hidupku," tegasnya dengan tubuh yang cukup bergetar hebat.
Bram menggelengkan kepalanya dengan tegas seakan membantah pernyataan Natasya yang menurutnya memanglah tak benar, "Jangan seperti ini, putriku. Kau boleh mencintainya sampai kapanpun itu, tapi kau juga harus ingat kalau terkadang cinta tak harus memiliki."
Air mata Natasya semakin deras mengucur dari pipinya, hatinya terasa sangat sesak dan hancur berantakan. Tak ada yang bisa ia salahkan begitupun tak ada yang bisa ia benarkan, cintanya sungguh benar ada tapi apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan.
Kenyataan pahit yang harus ia terima, hanyalah sekedar menyadari jika Feroza telah menikah dengan wanita lain. Meski hanya pernikahan kontrak, namun Natasya juga tak bisa mengganggu rumah tangga Feroza dan Griselda.