Ares bangun dan segera mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Di dalam rumah yang sempit itu, Ares hidup bersama Martha dan menjanjikan kebahagian untuk pujaan hatinya itu. Namun, sudah beberapa bulan Ares tidak tidur satu ranjang dengan Martha. Perempuan itu selalu beralasan. Bahkan Ares tidak mengerti dengan alasan yang dikatakan Martha.
Dring!
Ponsel buntut Ares bergetar. Handuk yang melilit di lehernya segera diletakkan di kursi. Ares mengangkat telepon dari tuan Davidson.
"Halo tuan Davidson?" sahut Ares segera.
"Apakah gajiku sudah bisa dibayar sepenuhnya?" tanya Ares. Setiap bertanya mengenai gaji, Ares mencoba untuk memperlembut ucapannya. Dia tidak ingin tuan Davidson murka. Walaupun diperlakukan dengan tidak layak, Ares masih membutuhkan pekerjaan dari lelaki tua itu.
"Ares, aku bisa membayarnya hari ini. Beberapa pelanggan tidak komplen dengan kerjaanmu," ucap tuan Davidson. Ares menghela napas lega. Setidaknya dia bisa datang ke keluarga Smith dengan pakaian terbaik yang akan dibelinya.
"Terima kasih, tuan Davidson!" ucap Ares kemudian. Dia merasa lega. Ares segera melanjutkan aktivitas mandinya dan akan berangkat kerja. Ares sudah menghubungi Martha namun perempuan itu tidak mengangkat teleponnya.
Ares harus berbicara serius dengan Martha. Dia harus menjelaskan mengenai rencana kedepan. Apakah pernikahan mereka masih bisa diselamatkan atau tidak. Namun sejujurnya, Ares masih sangat menyayangi perempuan itu.
Setelah siap, Ares bergegas mengambil sepatuh buntutnya dan segera menuju sebuah apartemen di dekat kontrakan. Dia akan memperbaiki pipa air yang rusak. Tentu saja Ares bisa mengatasi setiap masalah perabotan rumah tangga.
Senorita yang baru saja keluar dari apartemen itu menatap Ares. Namun Ares sudah sangat kesal dengan Senorita. Dia tidak terima dihina seperti itu.
"Martha bertemu dengan seorang lelaki tadi malam," ucap Senorita.
"Di mana? Siapa dia?" sergap Ares segera.
"Kau tanya sendiri kepada istrimu itu, lelaki itu sangat tampan dan terlihat kaya. Setiap perempuan suka dengan hal itu," jelas Senorita. Dia bergegas pergi dan segera naik ke dalam taksi. Ares menatap Senorita dengan ekspresi bingung.
"Pasti Martha bertemu dengan lelaki keparat itu!" gerutu Ares. Dia mengengam tangannya dengan erat.
"Aku akan memberikan penjelasan kepada Martha, semua ini harus jelas!" ucap Ares. Dia kembali berkosentrasi untuk menyelesaikan tugasnya pagi ini.
***
"Kau tahu kan, Martha. Keluarga kita selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sukses. Mengapa kau malah terjebak dengan lelaki miskin seperti Ares?" sahut tuan Robert. Dia memotong roti bakarnya sambil menatap putri bungsunya itu.
"Ayah memperkenalkanmu dengan Thomas, lelaki tampan dan kaya raya. Pemilik kebun anggur terbesar di Spanyol!" jelas tuan Robert. Martha yang tidak berselera membicarakan Ares hanya terdiam membisu. Dia memotong roti bakarnya lalu memasukan satu potong roti bakar itu ke dalam mulutnya.
"Kau bercinta dengan lelaki lain?" sahut tuan Robert sambil memandangi wajah anaknya lekat-lekat. Martha menganggukan kepala secara perlahan.
"A-aku …,"
"Ceraikan Ares!" sahut tuan Robert segera. Dia menghunuskan pandangan tajam menatap Martha.
"Ayah, dia masih berguna di kleuarga kita," sahutnya.
"Martha, kau lihat kan kalo dia itu tidak berguna, dia adalah lelaki miskin di Barcelona, kau tidak bisa bersamanya. Lihat saja nanti, apa yang akan diberikan Ares kepada keluarga Smith nanti malam?" ucap tuan Robert. Dia menatap Martha dengan pandangan serius.
Martha menghela napas panjang. Selama ini, Ares benar-benar tidak bisa dimanfaatkan di keluarga Smith.
"Ares itu bukan lelaki yang berguna, Martha!"
"Kau harus tahu itu!" ucap tuan Robert. Martha mengusap wajahnya frustasi.
Nona Ladifa yang ikut makan siang hanya menatap saudaranya dengan ekspresi penuh kasihan. Nona Ladifa memang tahu bahwa Ares tidak memiliki harta seperti suaminya yang kaya raya. Nona Ladifa juga paham bahwa Martha tidak mencinta lelaki itu namun memanfaatkan Ares saja.
"Bagaimana kalo aku memperkenalkanmu dengan Thoman, dik?
"Dia tertarik kepadamu," sahut Ladifa sambil menatap Martha yang terlihat tidak senang. Martha menggelengkan kepala tidak mau.
"Walaupun Ares miskin, dia pernah menolongku. Aku tahu bahwa tidak ada cinta di pernikahan kami," sahut Martha kemudian.
"Thomas akan menikahimu dan memberikan apa yang kau mau, Martha!"
"Aku dengar-dengar, dia akan membeli satu hektar tanah untuk perkebunan terbarunya. Bahkan dia sudah membeli beberapa hektar kelapa sawit di Indonesia," ucap Ladifa. Martha memandangi kakaknya itu.
"Aku tidak mau …,"
"Coba saja, aku akan menyuruh Thomas untuk ikut di perjamuan makan malam kita, dia lelaki yang menawan dan kaya raya. Kau pasti tertarik, Martha!" ucap Ladifa sambil tersenyum.
***
Ares menatap wajahnya melalui pantulan cermin. Dia tersenyum saat jas hasil pinjamannya kepada tuan Davidson sedang dikenakannya. Ares akan datang di perjamuan makan malam keluarga Smith. Ares akan menjemput Martha dan mendidik istrinya itu dengan benar.
Ares tahu apa yang Martha lakukan. Dia akan membimbing Marha menjadi lebih baik. Walaupun hatinya masih sakit, Ares mencoba untuk memaafkan Martha.
Ares menghela napas panjang.
Dring!
Ponselnya bergetar, Ares bergegas mengambil benda persegi itu lalu meletakkan di samping telingannya. Ares menatap nama Martha di layar ponselnya.
"Halo?" sahutnya.
"Kau akan datang di perjamuan keluarga besarku?" tanya Martha segera.
"Sebenarnya aku tidak peduli itu, tapi aku ingin datang untuk menjemputmu!" ucap Ares.
"Aku tidak mau!" sergap Martha segera. Ares menghela napas panjang. Istrinya itu selalu keras kepala dan membuat Ares benar-benar kesal.
"Kau lelaki miskin, tidak bisa membelikan berlian kepadaku. Aku tidak mau. Kau harus membelikan rumah bagus dan juga kendaraan yang layak. Ares. Aku sangat bosan dihina terus di kleuarga Smith," cercah Martha kemudian. Ares mencoba mengusap dadanya.
"Ya, aku tahu hal itu, Martha!" jawab Ares.
"Tapi aku tidak punya uang," sahut Ares lagi. Martha mengangkat salah satu alisnya lalu menggelengkan kepala.
"Aku tidak peduli, kau suamiku! Tugas suami itu membuat aku bahagia," sergap Martha kemudian. Ares menghela napas panjang. Istrinya itu terlalu keras kepala.
"Aku akan hadir di perjamuan keluarga tuan Smith, jangan meminta yang tidak bisa aku sanggupi, Martha," sahut Ares lirih.
"Aku tidak peduli, aku ingin kau membawahkan berlian dan banyak hal yang aku inginkan! Kalo tidak, kau akan dipermalukan di sini, Ares!" sahut Martha dengan intonasi yang tinggi. Ares mengusap dadanya.
Istrinya itu lalu mematikan telepon. Ares meletakkan ponselnya di sembarang tempat lalu bergegas untuk bersiap ke keluarga tuan Smith. Keluarga tuan Smith selalu membentak bahkan memarahinya jika Ares datang. Kali ini, Ares akan membawah kue kesukaan tuan Robert agar mertuanya itu menyambutnya dengan bahagia. Ares ingin terlihat berguna di depan keluarga Smith. Ares ingin menunjukan kemampuannya di depan keluarga Smith.
Bersambung …