Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 7 - HALFWAY TO PARADISE

Chapter 7 - HALFWAY TO PARADISE

Nadine dan Gilmore sudah putus asa membongkar puing-puing yang terlampau berat.

"Tidak ada gunanya Gilmore. Aku akan berlari secepatnya ke kantor pelindung sipil. Kau tetaplah membongkar sekuat yang kau bisa. Aku akan segera kembali." Nadine mengusap matanya yang sembap merah dan mencoba naik ke luar lubang dengan penglihatannya yang kabur. Hal yang sama juga terjadi kepada Gilmore, yang masih mencoba menyingkirkan sisa-sisa bangunan—kali ini lebih lambat, dan juga tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Energinya sudah terkuras habis bahkan untuk berkata-kata. Saat baru saja naik dari lubang, Nadine merasakan tanah bergetar, dan tiba-tiba sinar yang terang berada di belakangnya. Nadine lalu menghadap dan melihat Gilmore yang terdiam mematung melihat puing-puing tersebut berguncang dan memancarkan cahaya biru.

"Apa itu? Alicia? Apa itu kau? Alicia! Jawab aku!" seru Gilmore.

"Gilmore, sepertinya kau harus naik! Puing-puing itu akan berserakan kemana-mana!" Kata Nadine.

"Omong kosong! Aku harus segera menemukan Alicia! Mungkin Alicia masih hidup!"

"GILMORE, JANGAN BODOH!"Nadine menghardiknya. "Kalau kau yakin Alicia masih hidup, kau harus segera naik dan berlindung! Kau mungkin berjanji dengan seluruh hidupmu untuk menyelamatkannya. Tapi kalau kau mati, kau tidak akan tahu nasib Alicia dan kau tidak akan pernah menyelamatkannya! SEKARANG BAWA BOKONGMU KESINI DAN BERLINDUNG DI BALIK BATU NISAN, TOLOL!"

Tanah makin tak stabil, puing-puing kecil mulai melayang di udara. Gilmore pun semakin ragu untuk tetap berada disana. "KEPARAT!" katanya. Dia terpaksa naik ke atas dan bergabung dengan Nadine untuk berlindung di balik batu nisan. Getaran tanah semakin kuat, dan puing-puing besar itu juga mulai melayang. Seketika itu juga, ledakan energi terjadi, menghempaskan puing-puing tersebut kemana-mana! Nadine dan Gilmore menunduk sambil menutup telinga agar jangan sampai kepala mereka menghantam puing-puing, dan bunyi ledaknya memekakkan telinga. Setelah ledakan tersebut mulai reda, dan cahayanya meredup, mereka mendengar suara seorang gadis berteriak.

"AAAAAHHH! Mendarat! Mendarat! Bola, MENDARAT!"

Gilmore dan Nadine mendengar suara yang familiar itu lalu mulai memberanikan diri melihat di balik batu nisan. Mereka melihat sosok Alicia melayang di udara dan akan jatuh. Bola tersebut kembali mengeluarkan cahaya, mengeluarkan kekuatannya untuk memperlambat gravitasi pada momen sebelum Alicia menyentuh tanah. Alicia mendarat dengan aman, walaupun keseimbanganya sedikit goyah. Kedua sahabatnya melihat sang gadis—yang yang terlepas dari pakaiannya yang kumuh dan luka ringan, terlihat baik-baik saja—dengan raut tidak percaya. Nadine memberanikan diri untuk bertanya.

"Alicia? Alicia itu kau? Apa kau baik-baik saja?"

"Itu benar-benar dia! Kau benar-benar dia, kan?" sambung Gilmore yang juga penasaran.

"Oh, hai, Teman-Teman! Maaf merepotkan kalian. Oh, sebentar. Bola ini mengatakan aku harus membereskan pemakaman yang hancur lebur ini!"

"Bola?" Nadine kemudian melihat bola ajaib yang dipegang oleh Alicia. Nadine tidak bisa berkata apa-apa. Alicia kemudian mengangkat bola itu dengan tangan kanannya, dan puing-puing yang terserak di segala tempat terangkat oleh energi biru yang berasal dari bola tersebut. Reruntuhan bergerak, dan perlahan demi perlahan membentuk berbagai bangunan mausoleum dan pemakaman yang sebelumnya hancur. Tanah yang berlubang tersebut juga perlahan-lahan menutup dan tulang belulang yang menyembul keluar dikumpulkan dan masuk ke dalam peti, kemudian ke dalam lubang lahat. Hanya beberapa saat berselang, kompleks pemakamaan tersebut secara ajaib kembali seperti semula sebelum mereka bertiga datang.

Fenomena yang agaknya terlalu biasa bagi kedua sahabatnya, tapi begitu menakjubkan dan membuat merinding karena yang melakukannya adalah sosok Alicia sendiri. Bahkan pria besar sekaliber Gilmore pun bergidik. Dia memberanikan diri bertanya lagi ke gadis tersebut.

"Alicia …. Kau … bisa mengendalikan sihir?"

Alicia menjawab.

"Ya …. Soal itu, aku …."

Pandangan mata Alicia tiba-tiba berubah menjadi hitam.

Suara hempasan tanah yang cukup kuat mulai terdengar.

Alicia terjatuh pingsan. []