Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 12 - PROTOS PARTICLE

Chapter 12 - PROTOS PARTICLE

Gadis Crimsonmane terus berlari tanpa mempedulikan kedua sahabatnya berteriak memanggilnya. Ledakan tersebut muncul dari arah tenggara kedai Howlett's, daerah alun-alun kota. Alicia terus berlari, lalu belok kanan saat mencapai pertigaan. Tiga kereta mesin pelindung sipil dengan sirene menyala datang melaju kemudian melewati Alicia begitu saja. Para pelindung sipil terlalu sibuk untuk menyuruh Alicia berbalik dari arah kejadian perkara dan terus memelesat sampai menghilang akibat belok kiri di persimpangan lainnya. Nampaknya mereka menganggap Alicia sebagai gelandangan lainnya yang penasaran akan suatu kejadian heboh, dan cukup bodoh untuk melihat secara dekat alih-alih berlindung di suatu tempat. Satu calon korban yang tidak sepadan dengan waktu mereka.

Sementara itu, di lokasi kejadian, sebuah kedai makanan lainnya mengalami nasib yang kurang lebih sama dengan kedai daging Howlett's, hanya saja lebih "beruntung", karena tidak serta merta menghilang meninggalkan abu, tapi masih dalam keadaan terbakar. Area alun-alun kota selalu ramai sebagai lokasi rekreasi malam, makanya suasana di sana cukup heboh dan banyak warga bercecaran tak jelas arahnya seperti domba tersesat.

"Kasus penyalahgunaan sihir, Bennett?" tanya seorang paruh baya berusia kepala lima menghampiri sekumpulan pria perlente yang tampaknya adalah penyihir lokal Trinketshore. "Sudah lama kita tidak menyelesaikan kasus seperti ini." Pria tersebut menggunakan setelan jas panjang dan topi fedora berwarna coklat. Kumpulan penyihir di dekatnya berpakaian kurang lebih sama dengan dominan warna hitam.

Para penyihir sudah membidik kedai yang terbakar itu dengan sebuah tongkat pendek seperti ranting. Selain mereka, juga dibantu oleh kumpulan unit pelindung sipil yang memblokade jalan keluar kedai dengan kereta mereka. Mereka berlindung di balik kereta dinas sambil mengarahkan pistolnya ke pintu masuk kedai pula.

"Tuan Taylor! Ya, Pelaku adalah Caleb Dune, berumur dua puluh, diketahui sebagai pecandu narkoba berat. Pelaku masuk ke restoran, memalak pemilik kedai untuk memberikan makanan sebagai haknya sebagai "penyihir". Toko tersebut dibanjiri oleh orang yang keluar, sebelum meledak tiba-tiba," balas salah satu orang yang bersetelan rapi, yang nampaknya bernama Bennett karena merespon pertanyaan langsung dari sang paman paruh baya itu.

"Ada korban?" tanyanya lagi.

"Tuan Taylor, sang pelaku menawan seorang lansia di dalam kedai yang terbakar!"

"Apa? Seorang lansia?"

"Tepat, Tuan! Tapi ada hal lainnya yang lebih genting!"

"Hal lain apa yang lebih genting dari seorang sandera tua tidak berdaya yang terjebak di gedung yang terbakar?" pria yang bernama Taylor tersebut menaikan suaranya satu oktaf.

"Ledakan gedung tadi sebelumnya berwarna ungu. Saksi mata juga mengatakan pelaku tidak merapalkan mantra dan berhasil mengeluarkan energi mentah dengan cahaya ungu pekat."

"Jangan bilang ...."

"Pelaku tidak terdaftar sebagai penyihir. Bisa dipastikan pelaku adalah korban konsumsi partikel Protos."

Taylor hanya bisa mengernyitkan dahinya. Fakta bahwa pengedaran partikel Protos sudah mulai menjangkit Trinketshore membuatnya gentar, namun juga geram di saat bersamaan. Tidak lama, sepasang siluet menampakkan diri, semakin dekat pintu masuk kedai yang dilalap lidah api, semakin jelas perawakan mereka.

"Pasukan! Siap Siaga!" perintah Taylor. Para pelindung sipil mulai memperbaiki postur mereka lebih siaga dan kaku, senjata api yang dipegang sudah siap menembak apapun yang keluar dari kobaran sang jago merah. Para penyihir bersetelan jas juga sudah membidik tongkat sihir mereka, ujung tongkatnya sudah mulai memancarkan titik cahaya putih.

Kedua sosok mulai terlihat. Seseorang dengan kulit menghitam tidak normal, sekujur tubuhnya seperti ada retakan cahaya unguโ€”urat sarafnya yang terkontaminasi oleh sihir hitam. Matanya sudah bulat membesar, bercahaya ungu pula. Mulutnya terbuka dan tersenyum lebar, melihat sekumpulan pelindung sipil dan ๐˜ธ๐˜ช๐˜ป๐˜ข๐˜ณ๐˜ฅ menyambut kehadirannya. Dia adalah Caleb Duneโ€”si pecandu yang sebelumnya meledakkan Howlett's.

Seorang lainnya adalah seorang nenek, yang berada di depan sang pecandu. Lehernya tercekik karena ditahan oleh tangan Caleb seperti akan mencabut pita suara dari tenggorokannya. Mulutnya juga terbuka lebar, dengan suatu gas mengalir ke dalam mulutnya. Sempulan gas itu berasal dari tangan pecandu lainnya, yang sepertinya menyaring udara agar jangan sampai nenek yang malang tewas sesak napas dalam lalapan lidah api. Tangan sang nenek hanya bisa mememegang tangan Caleb yang memegang tenggorokannya, berharap si pecandu tidak serta merta mencabut pita suaranya. Wanita tua renta tersebut sama sekali tidak berdaya dan tak mampu melawan.

"Kau yang disana!" teriak Taylor yang cukup keras tanpa pengeras suara. "Kami mohon untuk melepaskan ibu itu! Bukankah kurang ajar untuk memperlakukan orang tua demikian?"

Caleb hanya menggeram, liurnya merembes dari celah-celah giginya. Kemudian si pecandu merespon balik, "Yang aku inginkan โ€ฆ hanya seporsi makanan yang layak! Dan kalian malah mengusirku karena menganggapku seorang pecandu murahan menyedihkan, bukannya seorang penyihir pelindung Trinketshore! Beginikah kalian memperlakukan jawara sihir Trinketshore!"

"Orang itu benar-benar berdelusi," kata Taylor terhadap koleganya pelan. "Apakah hanya kita saja yang tersedia? Dimana Tuan Donar?"

"Donar mengerjakan tugasnya sebagai parlemen di ibukota seperti biasa." jawab koleganya yang lain.

"Sialan! Malah aku yang harus bernegoisasi dengan dia? Orang itu kenapa sih repot-repot bolak-balik Trinketshore-Eidyn?"

Taylor kemudian melangkahi kereta pelindung sipil, mengambil posisi garis depan. Caleb sepertinya tidak merasa terancam walaupun seorang penyihir bergerak satu meter ke hadapannya.

"Dengarkan aku, Tuan Caleb! Caleb namamu, benar? Aku tidak tahu kau dapat aturan darimana, tapi tidak peduli kau adalah penyihir gadungan, ataupun Ratu Camelot. Kalau kau mau makan di restoran, kau harus membayar!"

"Lihat aku! kau menganggapku penyihir palsu? Aku satu-satunya penyihir di Trinketshoreโ€”"

"Tuan Caleb, seperti yang kau lihat, kau bukanlah satu-satunya penyihir disini," Taylor mengarahkan tangannya ke belakang, ke kolega penyihir yang masih menatap tajam Caleb. "Dan kau bukan penyihir sungguhan. Kau mengkonsumsi suatu substansi berbahaya, membuatmu bersikap delusional, dan bisa membunuhmu kalau kau menggunakannya secara berlebihan. Kau punya pilihan untuk mengendalikan diri, melepaskan orang tua malang itu, dan menyerahkan dirimu. Atau kami tidak segan-segan menyambarmu dengan peluru dan sihir. Magisterium Tanah Sihir menghukum berat penyalahgunaan sihir!"

***

Alicia sampai di lokasi perkara. Dirinya bersembunyi balik gang di seberang taman alun-alun kota, dengan lokasi kejadian perkara berada di seberang sisinya yang lain.

Dari kejauhan, Alicia dapat melihat proses penangkapan yang sepertinya masih di dalam kendali, namun entah untuk berapa lama. Para petugas kelihatannya datang tepat waktu, sehingga para warga sudah menjauh. Pemandangan hanya menyisakan sekumpulan petugas, pelaku, dan secuil pengelana malam yang tidak punya hiburan apapun selain menonton peristiwa tersebut, bodoh amat jika sampai terlibat dalam konflik dan tewas dalam prosesnya. Teriakan konversasi antara Taylor, pemimpin unit penyihir dan Caleb si pecandu dapat dia dengar secara jelas. Pemandangan penuh dengan suasana konflik membuat Alicia semakin merinding dibuatnya. Hawa negatif mengalir di sekujur tubuhnya. Tapi dia malah tidak bisa berbalik karena dibendung oleh rasa penasaran.

๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต? ๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ? ๐˜‰๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ช? ๐˜‰๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ต ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฑ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข? Demikianlah kira-kira bayangan pertanyaan yang berada di benak Alicia, beserta puluhan pertanyaan lainnya hasil pemikiran yang berlebihan.

"Alicia!" Seseorang meneriaki namanya dari belakang. Alicia menengok ke arah suara hanya untuk melihat Nadine dan Gilmore mendapati dia. Keduanya kehabisan napas.

"Alicia! Apa kau sudah gila! Asal lari saja ke tempat pembantaian?" gusar Gilmore melihat Alicia yang bertindak tanpa berpikir.

"Aku โ€ฆ. maafkan aku. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa tetap menghindar begitu saja, terutama saat banyak orang menjerit membutuhkan pertolongan!"

"Apa kau tidak bisa menyerahkannya ke pihak berwajib saja? Lihat, area tersebut kurang lebih kosong, para warga mungkin sudah berhasil dievakuasi," ujar Nadine.

Alicia kembali menatap proses penangkapan. Kelihatannya mereka masih berdebat tentang siapa yang akan mengalah ke siapa. "Kita belum tahu jika itu sepenuhnya benar. Kelihatannya penyihir hitam itu sedang menawan seseorang, siapa tahu ada orang lainnya di dalam gedung itu. Aku harus melihat sedikit lebih lama."

Nadine merespon jawaban Alicia, "Kalau begitu, tolong, demi Kesunyian Ilahi, diam saja disini. Biarkan mereka mengatasi masalah tersebut. Jangan sembarangan ikut campur!"

Alicia yang masih cemas apakah ini saatnya untuk memanfaatkan kekuatan barunya atau tidak berkata, "Akupun berharap aku tidak melakukannya."

Sementara itu, di lokasi pengepungan, Taylor dan Caleb masih dalam proses negosiasi yang lumayan alot.

"Aku mohon, Tuan Caleb, lepaskan orang tua tersebut. Beliau sudah tidak berdaya. Lepaskan dia, dan aku berjanji, kita akan melanjutkan pembicaraan secara damai untuk mencari tahu kebutuhanmu. Kolegaku tidak akan menyerangmu, itu janjiku. Semakin kau mengulur waktu dan menyebabkan kerusakanโ€”"

"BACOT!" teriak Caleb memotong perkataan Taylor. "Kau mengharapkan aku mendengarmu, dan setelah kulepas si tua bangka ini kau akan membunuhku di tempat? Tidak, tidak, Kau yang mendengarkanku, Bangsat! Aku sudah lelah dituntut ini itu tanpa imbalan apapun, sekarang kalian yang harus mendengarkanku! Aku lebih kuat dari kau, kau, kau, semua dari kalian! Aku adalah penyihir agung, sang jawara Trinketshore. Aku akan menguasai kota ini! Kalian akan menjadi antek-antekku. Menolak, maka kalian akan bernasib sama seperti si jalang tua menyedihkan ini!" Caleb mulai menuruni anak tangga bersama sang nenek tua itu. Sang nenek hanya bisa mengerang kesakitan akibat cekikan tangannya. Oksigen yang dilarikan ke mulutnya merupakan satu-satunya jaminan dia bisa hidup.

"Tuan Caleb, apa yang kau lakukan? Dengar! Semakin kau mempersulit keadaan, semakin berat hukumanmu!"

"Aku akan memberi kalian contoh, apa yang akan terjadi jika kalian membangkang kepadaku," tangan Caleb yang memegang gumpalan gas mulai mengeluarkan percikan energi sihir yang mencurigakan.

"CALEB! ATAS NAMA OTORITAS MAGISTERIUM TANAH SIHIR! INI PERINGATAN TERAKHIR! LEPASKAN DIA DAN SERAHKAN DIRIMU!"

"Oh, aku akan melepaskanya โ€ฆ pe-tu-gas โ€ฆ. Dia sudah menderita cukup lama di dunia busuk ini, sekalian aku lepaskan saja jiwanya ke alam baka!"

Gumpalan gas yang awalnya oksigen berubah menjadi api ungu, menjalar masuk ke mulut sang nenek malang itu. Jeritan sang nenek sangat kuat, namun sangat singkat, karena pita suara yang ikut hancur dimakan api. Semua petugas disana terkejut setengah mati, termasuk Taylor yang paling depan. penyihir tersebut mundur sampai bokongnya menyentuh kereta mesin. Belum lagi ketiga serangkai turut terperanjat mendengar jeritan rasa sakit mendalam itu. Walaupun jaraknya cukup jauh, tidak mengurangi horror yang dirasakan oleh ketiga orang itu. Alicia dan Nadine menutup mulut mereka dengan tangan, matanya terbelalak menunjukkan betapa mengerikan pemandangan yang sedang mereka lihat. Sebuah eksekusi mati untuk sesosok orang tua tak bersalah yang harusnya bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang.

Proses pembakaran tersebut tidak berhenti. Caleb melepaskan tangannya dari si nenek dan gumpalan gas itu. Tubuh sang nenek menggeliat, berpendar ungu hebat karena proses pemanggangan di dalam tubuhnya. Tidak butuh lama jasadnya terkapar ke tanah dengan kulit dan seluruh bagian tubuhnya masih meleleh, apinya tak kunjung padam. Api ungu hasil sihir hitam tersebut membakar tubuh sekaligus menguraikannya. Bau gosong yang disertai dengan bau busuk menyengat seluruh penjuru kota. Inikah kekuatan sihir hitam itu? Trinketshore belum pernah mengalami ini, dan dilihat dari ekspresi para penyihir di sana, mereka belum berpengalaman untuk menghadapi seseorang dengan sihir hitam secara langsung.

Melihat jasad yang mengenaskan itu membuat Taylor hampir muntah. Saat mengarahkan pemandangannya kembali ke Caleb Dune yang tertawa histeris, kemarahannya membara. Ia meluncurkan tongkatnya sambil berteriak.

"๐˜–๐˜”๐˜Œ๐˜• ๐˜“๐˜œ๐˜Š๐˜Œ๐˜”!".

Titik cahaya putih menyilaukan timbul pada ujung tongkat, lalu membesar dan melesat menyerang Caleb Dune, menyebabkannya terhempas ke belakang. Punggungnya menghantam beberapa anak tangga.

"TEMBAK!" Komando yang menggerakan saraf para penyihir dan pelindung sipil bersama-sama untuk menembak Caleb yang masih terbaring. Kumpulan kilatan cahaya putih dan peluru logam dilontarkan bertubi-tubi mengenai seluruh tubuh Caleb. Caleb hanya menggelepar setiap terkena tembakan, tapi satu hal yang pasti; ia masih sepenuhnya sadar. Dan ia akan mengamuk. Ultimatum yang dia lontarkan tidak digubris mereka sama sekali.

Caleb menguatkan dirinya dan bangun. Tembakan sihir dan peluru yang terus menembus tubuhnya menjadi tidak mempan. Yang benar saja. Gelombang cahaya putih? Peluru timbal yang diselimuti baja? Mereka pikir gabungan kekuatan dasar itu bisa menghancurkan sang "penyihir hitam" tanpa sisa? Caleb mengulurkan kedua tangannya ke depan. Gelombang kejut dengan aura ungu keluar dari kedua tangannya, seperti ledakan yang terjadi di kedai sebelumnya, meluluhlantahkan semua pasukan dalam sekali serang! Kereta-kereta pelindung sipil terlempar dan terbalik, sebagian menimpa para petugas. Beberapa bertahan hidup, yang lain, remuk.

Sudah. Begitu saja. Yang masih hidup pingsan tak berdaya. Taylor yang terkapar setengah sadar melihat Caleb secara samar-samar, tapi pendengarannya masih jelas menangkap tawa histeris dan makiannya.

"Serius? Inikah para penyihir Trinketshore?" Caleb tertawa lepas. "Aku berubah pikiran. Aku tidak butuh pengakuan kalian, kalian terlalu menjijikan untuk mengakuiku sebagai jawara sihir Trinketshore. Aku akan melelehkan kalian satu per satu, layaknya si tua bangka itu dan aku akan menjadi satu-satunya penyihir Trinketshore." Caleb menunjuk tangannya ke arah Taylor sambil menyengir. "Di mulai dari kau, Si Mulut Besar." []