Malam harinya di kota Trinketshore, mereka bertiga sudah berada di seberang jalan menuju Howlett's untuk melihat apakah ada seseorang di sekitar blok. Jalanan kota cukup sepi, sepertinya tidak ada pelindung sipil ataupun gelandangan yang berkerumunan di tempat tersebut. Mereka bertiga sudah mengenakan kupluk dan penutup mulut untuk menutupi wajah mereka. Hanya Alicia dan Nadine yang menggunakan google. Gilmore merasa mukanya mungkin sudah terlalu pasaran, sehingga penutup mulut sudah cukup untuk menyembunyikan parasnya. Mereka juga menggunakan jaket dan celana panjang agar terlihat seperti sekelompok tunawisma yang mencari api untuk berdiang dan menghantarkan gosip rutin mereka yang memecah kesunyian malam.
Ketiga serangkai mulai menyeberang jalan. Tibalah kaki mereka menapakk trotoar konkrit di seberang, dengan sepetak perkarangan abu di depan mereka.
Gilmore menatap sisa tempat itu sekali lagi dengan berat hati. Dirinya akan harus segera beralih dari restoran protein favoritnya. "Oh tidak โฆ Howlett's. Howlett's โฆ. Terkutuk siapapun yang membumihanguskan Howlett's!"
Halaman bekas restoran tersebut sudah di batasi oleh garis pembatas bertanda pelindung sipil. Tidak ada apapun di halaman tersebut selain abu dan arang, serta sedikit reruntuh rapuh, yang bisa rembas kapan saja menjadi tebaran abu dibawa angin. Ini memang tidak terlihat seperti kebakaran biasa. Tidak mungkin kebakaran dengan durasi kurang lebih enam jam, tanpa ada seorang pun yang tau, terlihat sangat bersih dan hampir tak mewariskan apapun. Kebakaran elegan bergaya "minimalis" kalau kata orang.
"Ini sama sekali bukan kebakaran yang normal. Terlalu bersih. Ini sudah pasti perbuatan sihir," tutur Alicia yakin, lalu menerobos garis polisi tersebut. Nadine dan Gilmore melihat kiri kanan sebelum menyusul Alicia memasuki area bekas kebakaran lebih dekat.
"Aku tidak bisa setuju lagi," kata Nadine. "Tapi sihir apa dan siapa yang mengakibatkan inisiden ini?" Nadine kemudian menatap Alicia dari balik google-nya.
"Hanya satu cara untuk mengetahuinya."
Alicia mungkin yang paling mencolok di anatra mereka karena menopang sebuah ransel di punggungnya. Dia menghayati peran gelandangan yang baru saja diusir dari rumah dengan baik. Alicia mulai mengendalikan bola tersebut keluar dari mulut ransel, dan voila! Orb sudah melayang di antara dua tangannya. Alicia kemudian melontarkan pertanyaan, "Baiklah, Orb, kamu sudah melihatnya, sekarang tolong jawab, apakah ini perbuatanmu saat kamu melayang di langit kemarin malam?"
Orb mengeluarkan alunan nada sedih yang sama seperti saat ditanya di rumah, hanya saja lebih panjang dari sebelumnya. Dari air wajah Alicia, sepertinya dirinya tidak mendapatkan jawaban yang sesuai dengan keinginannya.
"Tidak ada, Orb sama sekali tidak mengingat apapun." Alicia yang berbalik menghadap kedua sahabatnya. "Dia bilang, kekuatan yang dipancarkan untuk menarik perhatian kita malam itu tidak mungkin membuat sebuah gedung acak ludes begitu saja."
Sekali lagi, jalan buntu. Namun tidak butuh waktu lama sampai Alicia kembali muncul dengan pemikiran cemerlang lainnya.
"Orb, aku benar-benar bisa melakukan apapun dengan kekuatanmu, 'kan?"
Orb hanya memberikan sinyal persetujuan, ๐ ๐ข ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช ๐ช๐ต๐ถ๐ญ๐ข๐ฉ, kira-kira artinya. ๐๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ช๐ฏ๐บ๐ข, ๐ค๐ฐ๐ฃ๐ข ๐ด๐ข๐ซ๐ข ๐ญ๐ข๐ฌ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ฏ๐ฌ๐ณ๐ฐ๐ฏ๐ช๐ด๐ข๐ด๐ช ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ญ๐ข๐ฌ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฑ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ฎ๐ข๐ถ.
"Selama aku tetap fokus untuk bersatu denganmu, seharusnya bisa dicoba. Baiklah, aku punya satu pemikiran ini, mari kita coba saja." Alicia menegakkan dirinya, membuat kedua tangannya setengah melipat seperti sedang berdoa, meninggalkan celah untuk Orb tetap mengapung di udara.
"Apa yang akan kau lakukan, Liz?" tanya Gilmore.
"Entahlah, kalian lihat saja."
Dia merapatkan kakinya, menundukan kepala dan menutup matanya untuk mulai mendalami sinkronisasi dengan Orb secara penuh. Energi plasma dari Orb mengalir ke seluruh aliran saraf Alicia, tubuhnya ikut bercahaya dengan sang bola. Kemudian dari kedua telapak kakinya, energi plasma kebiruan muncul berbentuk lingkaran yang semakin besar dan menyebar luas mencakup area sekitar. Gilmore dan Nadine yang tidak tahu apa yang sahabatnya sedang lakukan mengambil beberapa langkah ke belakang, namun lingkaran tersebut sudah menjangkau dan melewati mereka terlebih dulu. Sekian milidetik setelah lingkaran tersebut keluar, muncul lagi lingkaran lainnya, dan lingkaran lainnya, dan terus demikian sampai membuat pola riak air.
Lingkaran-lingkaran itu mulai meninggalkan jejak pada sudut-sudut halaman tertentu, yang kemudian berubah menjadi gelembung plasma dengan suatu substansi asing terkurung di dalamnya, dan naik ke udara. Gelembung-gelembung ini tidak terbang terlalu tinggi, mereka hanya berhenti tepat di ketinggian wajah Alicia. Riak magis itu kemudian berhenti secara sendirinya, dan tubuh Alicia kembali seperti semula. Alica yang baru membuka matanya, terhuyung-huyung dan hampir jatuh. Dia mengumpulkan udara untuk napasnya yang terengah-engah. Keringat dingin mulai bercucuran, dan jantungnya berpacu tidak stabil, padahal Alicia sedang tidak berlomba lari marathon.
Kedua sahabatnya serentak memanggilnya, "Alicia!" lalu segera membantunya untuk berdiri. "Kau tidak apa-apa?"
"Aku ...." Alicia masih mencoba menarik lalu mengeluarkan napas dari mulutnya. "Aku tidak apa-apa. Aku mencoba mencari cara untuk memindai reruntuhan ini dengan kekuatan Orb untuk mencari petunjuk, dan itu cukup menguras tenagaku." Sang gadis menolak keempat tangan yang menjadi pilarnya untuk mencoba berdiri sendiri. "Tapi, hei! Aku tidak langsung pingsan. Itu sebuah kemajuan!"
Nadine menasehati Alicia, katanya "Kamu! Hanya karena kamu tidak pingsan bukan berarti saatnya kamu bisa bersikap remeh seperti itu!"
"Sungguh Nadine, aku tidak apa-apa!" Keseimbangan Alicia kembali pulih. ritme napasnya pun sudah teratur. "Aku hanya perlu terbiasa dengan kekuatan baru ini. Ngomong-ngomong, apakah membuahkan hasil?"
Gilmore menepuk badan Alicia sambil melihat sekitar, katanya "Kalau kau sedang membuat sebuah pesta gelembung, ya, kau sukses berat." Alicia melihat sejumlah gelembung berukuran sedang terhampar di perkarangan abu.
"Sepertinya berhasil!" Alicia bersemangat. Ia mendekati salah satu gelembung di belakangnya untuk menganalisa lebih dekat. Nadine dan Gilmore hanya mematung saja, karena mereka tidak berani macam-macam dengan gerombolan gelembung tersebut. Alicia mencoba mengarahkan gelembung tersebut mendekat ke arah kacamata bulatnya. Air wajah yang awalnya semangat berubah tercengang saat melihat isi dari gelembung tersebut secara jelas.
"Oh tidak โฆ."
"Ada apa?" tanya Nadine.
Di dalam gelembung tersebut terdapat residu energi sihir yang bergerak tidak stabil. Residu tersebut berwarna ungu terang, berbentuk bola-bola yang meninggalkan jejak yang panjang saat bergerak menyerupai ekor berudu. Teman-temannya yang terlahap oleh rasa penasaran ikut mendekati gelembung tersebut. Mereka mungkin tidak memiliki pengetahuan sihir yang mumpuni layaknya si kutu buku Crimsonmane, tapi mereka tahu betul apa yang sedang mereka tatap.
"Ini โฆ," jawab Alicia perlahan.
"Sihir hitam ๐ด๐ช๐ข๐ญ๐ข๐ฏ," sambung Gilmore.
Mereka mundur perlahan. Ketiganya bergidik. Memang kejadian sihir di Trinketshore bukanlah hal yang luar biasa. Tapi tidak adaโbahkan para penjahat atau perampok praktisi sihir yang pernah direkam dalam basis data kriminal Trinketshore, menggunakan ilmu hitam dalam melancarkan aksi kriminalnya.
Alicia mondari-mandir memeriksa isi gelembung lainnya satu per satu. Jumlah gelembung yang muncul di area tersebut tidak banyak, tidak sampai dua puluh jumlahnya. Semuanya sama-sama menunjukkan sisa-sisa energi sihir hitam terperangkap di dalamnya.
Gelembung-gelembung sihir itu menaikkan intesitas cahayanya tak lama kemudian. Mereka bertiga seolah dikelilingi bohlam melayang. Alicia melindungi kedua mata dengan telapak tangannya secara refleks, tapi dia masih berniat mengintip di balik celah tangan. Di dalam gelembung tersebut, tampak residu sihir hitam itu seperti digerogoti oleh aliran plasma yang menaunginya. Sekejap semua gelembung itu, bersama sihir hitam didalamnya menghilang, disusul dengan suara melengking yang tidak memekakkan telinga. Semuanya sirna. Apa yang terjadi barusan? Alicia memberanikan diri untuk membuang tangannya dari pandangan matanya. Suasana kembali gelita.
"Berarti ini memang bukan perbuatan Orb." Air wajah Nadine masih menampilkan perasaan merinding. "Ada seorang ahli sihir lain yang berkeliaran menciptakan kekacauan ini! Alicia, aku pikir tidak aman untuk berada disini, bukankah lebih baik untuk kembali ke rumahmu saja?"
Gilmore menyuarakan persetujuannya dengan Nadine. "Mungkin Nadine benar, kita tidak bisa disini terlalu lama. Bagaimana jika penyihirnya ada di sekitar sini dan melihatmu memegang bola ajaib itu?"
"Tapi, kita bisa melawannya bukan? Maksudku, kita punya Orb yang membantu kita."
Gilmore menyanggahnya. "Alicia, kupikir kita sudah bahas ini, kita tidak bolehโ"
"Aku tahu. hanya saja, apa kalian benar-benar akan membiarkan penyihir jahat berkeliaran di kota?"
"Alicia, kau hampir tidak pernah bertarung secara fisik, apalagi melakukan pertarungan sihir! Kau tidak akan pernah bisa mengalahkannya, tidak jika keadaanmu seperti ini!"
Ini memang bukan pertama kalinya Gilmore ataupun Nadine memperingati Alicia akan ketidakmampuannya. Tapi ini adalah kali pertama Alicia menunjukkan perasan tersinggung kepada dua karibnya. Alicia menatap mereka seperti menatap anggota keluarga besar Crimsonmane. ๐๐ฌ๐ถ ๐ด๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฉ๐ถ๐ฃ๐ถ๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐๐ณ๐ฃ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฑ๐ถ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ฉ๐ช๐ณ ๐ด๐ฆ๐ด๐ถ๐ข๐ช ๐ฎ๐ช๐ฎ๐ฑ๐ช๐ฌ๐ถ. ๐๐ฆ๐ฏ๐ข๐ฑ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฌ๐ข ๐ฎ๐ข๐ด๐ช๐ฉ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ๐จ๐จ๐ข๐ฑ๐ฌ๐ถ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ถ?
"Alicia, kita hanya kesini untuk memeriksa tempat ini, kau ingat? Kita sudah melakukannya. Perjalanan sudah selesai!" ujar Gilmore.
"Kalian bisa pulang duluan, aku dan Orb akan mencari lebih banyak petunjuk sendiri."
"Aliciaโ"
"Penyihir ini." Alicia mengernyitkan dahinya. "Penyihir ini punya sihir hitam. Kalau dia ada disini, tidak hanya kedai daging ini saja yang hancur. Seluruh Trinketshore bisa dalam bahaya! Kita tak tahu alasan mereka sampai repot-repot mendatangi kota kecil ini, tapi apapun itu, itu tidak baik!"
"Kau baru saja mengatakannya! Mereka mungkin disini agar mereka bisa bebas mengadakan ritual terlarang di kota terpencil, atau ...." Gilmore mengiblatkan matanya ke bola terang yang sedang dalam keadaan tenang, gemerlap seperti debu bintang dengan pusaran kosmos di pusatnya, terpangku di tangan Alicia.
"โฆ Mereka mengincar itu."
"Aku dan Orb sudah terhubung. Mereka tidak akan bisa memisahkan kami begitu mudahnya." Alicia mencoba menggertak.
"Kau mungkin lebih tahu kemampuan sihir hitam lebih banyak daripada kami berdua. Tapi kau tidak tahu sepenuhnya kemampuan Orb yang kau miliki. Kau tidak jauh lebih kuat daripada seorang penyihir berpengalaman, Alicia. Bahkan tidak dengan kekuatan Orb."
Tertunduklah Alicia, menatap Orb. Alicia yang mahfum terpaksa menyatakan kekalahan dalam bersilat lidah singkat dengan Gilmore, bukan karena kecerdasannya menurun, justru karena dia cerdas, sang gadis memikirkan dampak dari tindakannya jika dia ceroboh. Alicia masih harus beradaptasi dengan penyatuan dan sikulasi energi bolak-balik antara dirinya dan Orb. Mengeluarkan satu kemampuan saja bisa pailit, apalagi jika mengeksploitasi energi tersebut untuk pertempuran jangka panjang. Masuk ke pertempuran tanpa persiapan hanya membuatnya terjengkang duluan. Kedua temannya pun belum tentu bisa mendukungnya karena lawan yang akan mereka hadapi adalah seseorang yang memiliki energi sihir hitamโsihir negatif yang terlampau kuat dan destruktif terhadap segala sesuatu, termasuk ke sang juru mantra sekalipun.
Nadine menepuk pundak Alicia dan memberikan kata-kata penghiburan kepada Alicia. "Aku tahu maksudmu baik, Alicia. Tapi alangkah lebih baik jika kita serahkan ke otoritas sihir Trinketshore yang mengurus masalah ini."
"Aku โฆ. Aku hanya ingin berguna karena aku sudah memperoleh anugerah ini. Aku tak mau hanya diingat sebagai si Kutu Buku Crimsonmane yang rapuh. Aku sudah muak dilindungi terus. Sekarang seharusnya giliranku untuk memanfaatkan anugerahku untuk menolong orang sebagai penyihir."
"Gilmore tidak dianggap sebagai kesatria hanya karena baru memegang pedang dalam satu hari. Kamu harus mempelajari hubungan Orb dan dirimu sendiri lebih dalam, sebelum kamu bisa perlahan-lahan menjadi penyihir hebat yang kamu dambakan. Dan kamu PASTI akan menjadi orang tersebut suatu saat." Nadine merangkul sahabat berkacamatanya. "Aku sangat percaya dengan kekuatan Orb,kamu akan menjadi penyihir hebat seperti mamamu kelak. Tapi kamu harus bersabar dan mengenali kemampuanmu sendiri."
๐๐ฅ๐ถ๐ฉ, ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ช๐ต ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ญ๐ข๐จ๐ช! ๐๐ข๐ฎ๐ถ ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ข๐ฑ๐ฆ๐ณ ๐ซ๐ช๐ฌ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ณ ๐ด๐ข๐ต๐ถ ๐ฌ๐ข๐ต๐ข ๐ช๐ต๐ถ!
Gilmore mengeluarkan senyumnya. "Asal kau tahu, aku tidak bermaksud meremehkanmu sepertiโ" Matanya menatap ke arah lain, bibirnya berkedut "โsekumpulan orang 'brengsek' yang kau sebut keluarga itu." Alicia hampir tersenyum saat mendengar Gilmore menghina keluarga besarnya. "Hanya saja, semuanya butuh waktu."
Alicia hanya bisa berdiam sambil tersenyum kecil dan mengangguk. Mereka benar, mungkin untuk sementara, biarkan para penyihir dewasa menyelesaikan pekerjaan mereka.
Betapa Ilahi telah mengutuk mereka. Hanya setelah mereka merasa cukup bermuktamar, tiba-tiba ketiganya merasakan getaran hebat. Suara ledakan besar mengguncang jantung mereka, disusul dengan jeritan massa yang panik dari kejauhan. Tidak mudah bagi mereka untuk tidak menyadari dan melihat sebuah ledakan berwarna ungu dengan bentuk hampir mirip jamur.
Sang penyihir ilmu hitam kembali, dan dia beraksi lebih cepat dari yang mereka duga.
Orb menyerukan suara seperti sirene. Ancaman bahaya ada disini. Ledakan tersebut seolah-olah ikut menyapu semua pemikiran bijak yang sebelumnya tertanam di kepala Alicia. Ia kehilangan pikiran rasionalnya lagi. Tanda-tanda panik mulai kelihatan dari bola matanya. Panik karena harus segera menjauh untuk menyelamatkan diri, atau panik karena para penduduk yang terjebak dalam bahaya tiba-tiba menjadi beban moral bagi sang gadis.
Dengan badannya yang bergetar dan terjebak dalam labirin dilema, Alicia Crimsonmane memutuskan untuk mengutamakan keselamatan para penduduk. Kakinya mengayuh lebih cepat menjauh dari kedua sahabatnya yang masih terpana dengan ledakan tersebut, sebelum sadar bahwa teman masa kecilnya malah berjalan menuju sumber api.
"ALICA! KAU MAU KEMANA!"
"Sialan, anak itu!" keluh si cowok berbadan besar.
Pendengaran Alicia hanya terpusat ke jeritan warga yang kalang kabut seperti binatang. []