Sudut Pandang Theo
Langkah gadis itu semakin menjauh. Bahkan tidak terdengar sama sekali. Digantikan dengan suara hening dan senyap. Burung-burung masih saling bersahutan di luar, terdengar sayup di sini.
Theo masih dengan pandangan mengarah ke jendela kaca. Akan tetapi, instingnya yang kuat dapat merasakan kehadiran Eireen yang menghilang. Tatapannya pun melirik ke arah lorong gedung lantai dasar di sampingnya.
Setelah dirasa tidak ada siapapun, ia berbalik badan dan melangkah ke arah lorong gedung, dengan maksud menuju ruang kantornya untuk duduk sambil menunggu waktu susulan materi si sepasang kembar berambut merah.
Ketika kaki kanannya melangkah terlebih dahulu, ia merasa telah menginjak suatu benda. Dengan refleks, ia menjauhkan kaki kanannya dan melihat suatu benda tergeletak di sana.
"Eh?" Dahinya mengernyit heran sebab tidak ada satupun benda di sana sebelumnya.
Pandangannya mengarah ke arah Eireen melangkah. Ia merasa bahwa benda ini adalah milik Eireen.
"Dia meninggalkan benda miliknya," batinnya.
Diambilah suatu benda berupa foto cetak yang terbalik itu. Tak lupa ia kibaskan benda itu agar tidak satupun kotoran menempel. Dengan penuh perasaan penasarannya, diputar-balikkan benda itu lalu mendapati sepasang pria dan wanita berpakaian ala masyarakat pedesaan. Wajah datar mereka tertangkap oleh kamera.
Seketika kedua mata Theo membulat. Ingatannya seakan-akan menggali sesuatu. Ia merasa objek dalam benda ini tidak asing.
"Ayah ... Ibu?" Air mata mulai mengalir di wajahnya. Sekujur tubuhnya gemetar hebat. Dirinya terdiam mematung sambil mengenggam secarik foto itu.