Meskipun Raya merasa perasaan tidak enak di mulutnya saat mengucapkan kalimat dingin itu, tapi dia tetap mengatakannya dengan tegas. Dia tidak bisa memiliki hati yang lemah, jika dia ingin tetap berada di ATS.
"Apa yang kau katakan memang benar... kau tidak bisa melunakan hatimu, hanya karena mereka memiliki penampilan yang mirip dengan manusia, jika kau sampai melonggarkan penjagaanmu, kau akan kehilangan hal yang berharga bagimu!"
"Ya, Aku paham!"
Arah pandangan Jagt kemudian mengarah pada Arany yang berada di sampingnya. Putrinya itu masih nampak tidak percaya dengan apa yang dia dengar tadi.
"Kau pasti berpikir bahwa pria ini memiliki hati yang sangat dingin saat mengatakan hal itu, bukan?"
Jagt bertanya dengan nada santai saat berbicara dengan putrinya. Lelaki tua itu seakan-akan sudah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh putrinya.
"Tidak, kurasa perkataannya memang sudah cocok sebagai seorang prajurit, jadi kurasa tidak ada yang perlu kukomentari."
"Jangan bohong! Aku tahu kalau kau selama ini tidak setuju dengan kami, Aku hanya perlu melihat wajahmu untuk mengetahui apakah kau berbohong atau tidak, setuju atau tidak, bahkan Aku bisa menebak beberapa hal yang sedang kau pikirkan saat ini!"
Jika kau mengetahui apa yang kupikirkan, kenapa kau terus menganggap bahwa Aku setuju dengan cara berpikirmu yang sangat dingin dan tak berperasaan itu? Pikir Arany sambil melihat wajah Ayahnya yang saat ini menunjukan senyum santai.
"Kau pasti berpikir kenapa Aku selalu saja mengasumsikan bahwa kau setuju denganku saat kau diam, kan?"
Arany tidak bisa menutupi ekspresi terkejutnya. Dia tidak menyangka bahwa Ayahnya benar-benar bisa membaca pikirannya hanya dari ekspresinya.
"Itu karena kau tidak berani mengatakan apa yang ada dipikiranmu, makanya orang lain bisa memutuskan apa yang kau lakukan atau pikirkan... kau tadi mengatakan bahwa Arya payah, kan? Tapi sebetulnya kau juga sama payahnya dengan dirinya, tidak, kau bahkan lebih payah dari dirinya!"
Kata-kata kejam keluar dengan sangat lancar dari pria tua itu, meski begitu Arany tetap tidak mengatakan apapun. Seperti yang Ayahnya katakan, dia memang tidak berani mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, jika hal itu bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh Ayahnya.
"Aku harus akui bahwa kau memang benar... dia memang masih payah!"
Raya tidak mengatakan apapun atas kritik yang dikatakan oleh gurunya, bukannya dia tidak merasa kecewa dengan kritik tersebut, tapi dia bisa menerimanya, jika hal itu dikatakan oleh gurunya.
"Meski begitu, dia telah menerima pendidikan selama 5 tahun dariku dan menurutku dia adalah murid terbaik dari semua murid yang kumiliki... kenapa bisa begitu, itu karena semua muridku yang lain telah mati terbunuh, karena melanggar perintah dariku!"
Arany nampak terkejut dengan kabar yang baru pertama kalinya dia dengar itu, sementara Raya yang sudah lama mengetahui hal tersebut hanya diam sambil mendengarkan gurunya berbicara.
"Mereka semua bersih keras untuk tidak membunuh mahluk menjijikan itu atau ragu-ragu untuk melakukannya, hanya karena mereka memiliki wujud seperti manusia... karena kesalahan itu, mereka semua harus kehilangan nyawa mereka!"
Itu memang benar, kebanyakan murid dari Jagt adalah anak muda yang masih pemula, jadi saat mereka dihadapkan dengan situasi harus membunuh seseorang, mereka akan ragu untuk melakukannya. Bahkan polisi tidak akan langsung membunuh targetnya begitu saja. Masalahnya di sini adalah mahluk yang menjadi target mereka sangatlah berbahaya dan kuat, sedikit saja kau menunjukan celah, maka kau bisa kehilangan nyawamu. Ini sangat berbeda dengan polisi yang hanya mengejar buronan biasa.
"Raya memang belum pernah terjun langsung ke medan untuk memburu mereka, tapi dia dapat menunjukan potensi untuk menjadi pemburu terbaik yang pernah ada!"
"Pemburu?"
"Ya, pemburu... tadi kau berkata bahwa dia cocok jadi prajurit, tapi kau sebetulnya salah paham akan hal itu... kami memang mirip dengan prajurit, tapi kami bukanlah prajurit, karena prajurit adalah orang yang melawan prajurit lainnya, tapi kami berbeda... kami tidak sedang berhadapan dengan prajurit lainnya, tapi hewan buas yang sangat menjijikan dan hina!"
Kebencian lagi-lagi dapat terasa dari tubuh Jagt. Arany tanpa sadar menjauhkan dirinya sedikit dari Ayahnya. Aura memang menakutkan dan pantas disebut sebagai seorang pemburu. Arany meneguk air liurnya, sebelum membuka mulutnya.
"Tapi... Ayah.. kenapa dia bisa cocok menjadi pembunuh?"
Meskipun Ayahnya menyebut bahwa diri mereka adalah pemburu, tapi Arany masih tidak bisa mengerti kenapa Ayahnya bisa menyebut lelaki yang terlihat membosankan dan kaku seperti Raya bisa menjadi pemburu. Hanya ototnya yang masih dapat samar-samar dilihat dari balik setelan jasnya yang membuatnya seperti pemburu, sisanya dia hanya seperti pria kantoran biasa.
"Kau bisa mengatakan itu, karena kau belum pernah melihatnya saat latihan... saat dia latihan, dia akan selalu melaksanakan perintah dengan baik dan akan selalu mengincar target yang dipilih untuknya!"
"Kalau begitu, bukankah dia tidak akan berguna, jika dia tidak mendapatkan perintah?"
Raya sedikit tersinggung dengan ucapan Arany, tapi dia tetap mempertahankan ekspresi wajahnya. Dia tidak bisa terus-terusan menunjukan perubahan ekspresi hanya karena percakapan kecil, jika dia benar-benar ingin menjadi seorang pemburu ATS yang baik.
"Sekarang dia saja terlihat seperti memaksakan wajahnya untuk tetap terlihat kaku.... apa kau yakin bahwa dia bisa menjadi pemburu yang baik?"
"Itulah salah satu alasan kenapa Aku setuju denganmu saat mengatakan bahwa dia payah, setidaknya untuk saat ini!"
Karena Raya tidak bisa melihat wajahnya saat ini, jadi dia tidak tahu kenapa mereka melihat wajahnya dengan pandangan yang sedikit meragukan, meski gurunya hanya tersenyum, tapi dia tahu bahwa gurunya itu memang sedikit kecewa dengan ekspresi wajah Raya saat ini.
"Apa yang paling dibutuhkan oleh seorang pemburu adalah ketenangan dan tidak memiliki keraguan saat menyerang lawannya!"
Jagt kemudian mengangkat tangannya dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Raya berada.
"Dan dia memiliki kedua hal tersebut!"
Arany menatap Raya dengan pandangan yang masih meragukan. Dia tidak yakin lelaki itu memiliki kedua hal yang telah dikatakan oleh Ayahnya, karena bagaimanapun Raya memang hanya terlihat seperti orang kantoran yang kaku.
"Meskipun kemampuannya masih belum diuji pada pertarungan sungguhan... tapi saat latihan, dia berhasil mengikuti semua instruksiku dengan benar tanpa kesalahan sedikitpun, dia bahkan tidak ragu-ragu saat menjatuhkan target yang kuperintahkan untuk diserang olehnya! Dia bahkan mematahkan tulang dari beberapa teman latihannya... kurasa tidak ada muridku yang bisa mencapai apa yang telah dia lakukan saat latihan!"
Arany semakin menatap Raya dengan pandangan tidak percaya. Dia benar-benar tidak percaya bahwa lelaki yang tidak nampak berbahaya itu bisa menjadi lelaki yang brutal. Mematahkan tulang temannya sendiri jelas bukanlah hal yang kau lakukan saat latihan.
"Sifatnya yang tanpa ampun saat berburu adalah potensinya yang membuatku berpikir bahwa dirinya bisa menjadi pemburu terbaik yang pernah ada.... mungkin satu-satunya hal yang kurang darinya saat ini adalah pengalaman, tapi hal tersebut bisa dia cari mulai sekarang, karena sebentar lagi dia siap untuk terjun ke medan perburuan yang sesungguhnya!"
"Meskipun Ayah mengatakan bahwa dia sudah siap, tapi apa yang membuatnya sudah layak untuk terjun langsung ke lapangan?"
"Ini hanya pendapat pribadi, tapi menurutku dia sudah memiliki tekad yang cukup kuat untuk merebut nyawa mahluk menjijikan itu..... tentu saja Aku tidak akan menyuruhnya langsung melawan mahluk menjijikan itu, tapi hanya mengawasi pertarunganku dari dekat dan memberikan beberapa bantuan, jika Aku dalam bahaya!"
"Jika hanya pendapat Ayah, itu berarti dia masih diragukan apakah dia memang sudah siap atau belum, kan?"
"Sampai kita benar-benar turun ke medan pemburuan, maka kita tidak akan benar-benar tahu, tapi Aku menaruh harapan besar padanya!"
Jagt tersenyum ke arah Raya. Raya tidak membalas senyum Jagt, dia hanya menjaga ekspresinya untuk kaku. Arany dapat menyadari bahwa Raya sebenarnya sangat senang dengan harapan Ayahnya yang ditaruh pada dirinya, bahwa sudut bibirnya hampir membentuk senyuman.
"Aku masih punya sedikit pertanyaan, apakah Aku boleh menanyakannya?"
"Ya, tentu saja?"
"Kenapa organisasi ini dinamakan ATS? Aku tahu jika ATS itu sebenarnya bermakna Anti-Terror Squad, tapi kenapa nama yang diambil adalah Squad, bukan Team atau Unit?"
"Jawabannya sederhana, itu karena kami adalah Hunter Squad... kurasa kata Squad lebih cocok untuk menemani kata Hunter dari pada Team atau Unit, meski sebenarnya Aku juga tidak tahu penyebab kenapa nama Squad dipilih, Aku juga tidak peduli dengan hal itu... kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"
"Tidak ada alasan khusus, hanya penasaran."
Hunter Squad, sepertinya itu memang adalah kata yang cocok untuk mereka. Mereka bukanlah sebuah tim penyelamat ataupun pelindung. Mereka hanyalah kumpulan orang-orang yang ingin memburu sesuatu. Mengetahui hal tersebut membuat Arany meragukan keputusannya untuk bergabung dengan mereka sebagai pilihan yang tepat atau bukan.