Chereads / Putri Sandera Dan Raja Serigala / Chapter 35 - Belajar Surat-Menyurat Bersama Ronan

Chapter 35 - Belajar Surat-Menyurat Bersama Ronan

"Kalau begitu kau tak perlu khawatir. Kau bisa belajar di sini bersama kelinci-kelincimu," kata Ronan dengan serius.

"Tapi itu hanya akan mengganggu kerja Anda."

"Tidak, aku justru lebih terganggu jika tidak melihatmu belajar secara langsung." Ronan meraih beberapa kertas dan mengulurkan sebuah pena beserta tintanya kepada Arielle.

"Konsep belajar kita hari ini adalah tentang surat-menyurat," ujar sang raja dengan bangga.

"Surat menyurat? Tapi aku belum terlalu lancar mengeja."

Ronan menggeleng. Ia meraih secarik kertas untuknya dan menuliskan sebuah kalimat kemudian diberikan kepada Arielle.

"Bacakan ini untukku."

Arielle mengangguk dan mencoba mengeja satu suku kata per suku kata. Saat ada ejaan yang salah, Ronan mencoba menjelaskan kembali dan Arielle sekali lagi mengangguk tanda ia sudah mengerti sekarang.

"Jadi, keseluruhannya berbunyi?" tanya Ronan.

"Selamat Pagi, Tuan Putri," jawab Arielle lebih percaya diri.

"Sempurna. Sekarang tuliskan jawabanmu di bawah kalimat yang sudah kutulis."

Arielle mengerti apa yang harus dilakukannya saat ini. Ronan membantu gadis itu untuk turun dari mejanya. Arielle tak ingin duduk di sampingnya kali ini melainkan duduk di atas karpet di dekat perapian.

Kelinci-kelinci itu melompat cepat ke arah Arielle. Ada yang bermain dengan kain pakaian gadis itu juga dan ada juga yang beristirahat di pangkuannya. Melihat itu membuat Ronan menggerutu iri. Terlebih saat Arielle mengambil jeda menulis untuk mengelus kepala kelinci itu.

Ronan mencebik kesal dan kembali menyelesaikan tugas kerajaannya.

Arielle kembali bangkit untuk memberikan surat balasan.

Good morning, Your Mayestj.

Ronan tersenyum dibuatnya dan meminta gadis itu mendekat. Ia menunjukkan bagian yang salah kepada gadis itu. "Kau selalu terbalik mengenali dua huruf ini."

Arielle hanya mengangguk-angguk setiap mendengarkan penjelasan dari sang raja. Ronan pun menulis kembali surat balasannya.

How are you today, Princess?

Ronan meminta Arielle mnegeja kalimat itu dengan keras dan ia mengangguk puas saat Arielle berhasil mengeja tulisan tangannya meskipun masih terbata-bata. Arielle kembali ke tempatnya semula dan mulai menulis.

Butuh waktu lebih lama untuk Arielle menulis karena gadis itu masih perlu meniru tulisan dari buku. Arielle belum bisa hafal sepenuhnya seluruh huruf yang ada. Setelah selesai ia bangkit dan kembali meminta Ronan untuk memeriksanya.

I'm good. And how are you too, Your Majesty?

Ronan tak banyak berkomentar dan langsung menuliskan jawabannya.

I'm good. You look very lovely today, Princess.

Setelah membaca itu Arielle menjadi merona. "Terima kasih, Yang Mulia," jawabnya.

Ronan mengangkat tangannya kemudian menggeleng. "Aku tidak menerima jawaban langsung."

"Ah, baiklah."

Arielle pun bergegas kembali ke dekat perpaian dan menuliskan jawabannya. Setelah mengeja ulang dan memastikan tidak ada kesalahan ia memberikan kertasnya kepada sang raja.

Thank you, Your Majesty. You look dashing as usual.

Ronan tertawa kecil membaca jawaban tersebut dan melirik Arielle yang terlihat malu. Pria itu mengambil penanya kembali dan menuliskan jawaban.

Thank you, Princess. You really just made my day. Then how about we go on a date to repay your kindness?

"Sebuah kencan? Kencan apa, Yang Mulia?" tanya Arielle sedikit bingung.

Ronan melipat kedua tangannya di atas meja. Pria itu sedikit mencondongkan tubuhnya untuk berbisik pada gadis itu.

"Dua hari lagi aku akan pergi ke daerah perbatasan barat. Di sana ada sebuah desa yang memiliki hutan Forstberry. Dan karena sekarang adalah musim panen kemungkinan akan ada banyak Frostberry."

Mendengar nama Frostberry, mulut Arielle terbuka lebar. Matanya sangat berbinar membuat Ronan terkekeh geli. Gadis itu mengangkat telunjuknya meminta Ronan untuk menunggu beberapa saat. Arielle meraih kertas di tangan pria itu kemudian berbalik cepat menuju tempat belajarnya.

Ronan menanti dengan sabar, senyumnya merekah kala gadis itu kembali memberikan kertas.

You are the best!

Ronan tak bisa berkata-kata lagi. "Boleh kah aku mendapatkan sebuah pelukan sebagai rasa terima kasih?" tanyanya sedikit berharap.

Tubuh Arielle menagang. Ia teringat bagaimana Tania memeluk temannya yang sudah membantu Arielle belajar melukis. Mungkin berpelukan antara sesama teman tidaklah secanggung itu?

Arielle mengitari meja kerja pria itu dan Ronan menepuk pangkuannya agar gadis itu duduk di sana sambil merentangkan tangan. "Kemarilah," ajaknya.

Gadis itu hanya berdiri di samping kursi sang raja dan memeluk pria itu dari samping. Ronan yang merasa kurang, melingkarkan kedua pada tubuh gadis itu kemudian perlahan membawa Arielle untuk duduk di atas pangkaunnya.

Keduanya bertahan dalam posisi itu untuk beberapa waktu. Arielle yang merasa cukup, melepaskan lingkaran tangannya pada leher Ronan namun pria itu tak kunjung ingin melepas. Ia terus mengetatkan pelukannya.

"Arielle, apa hanya aku yang merasakan ketertarikan ini?"

Ronan pun melonggarkan kaitan tangannya untuk memberikan kesempatan Arielle bangun. Namun gadis itu tak kunjung turun dari pangkuannya. Arielle justru meraih tali pengikat topeng pria itu.

"Aku hampir lupa untuk melepaskan topeng Anda tadi. Dengan begini kita bisa berbicara sebagai seorang teman, bukan?"

Ronan menegak air liurnya dengan susah payah. Kini Arielle bisa melihat wajah pria itu seutuhnya. Gadis itu tersenyum lembut membuat Ronan ikut tersenyum.

"Apa kau selalu sebaik ini?" tanya sang raja. Ia merasa aneh mendapatkan kebaikan hati seseorang seperti ini.

"Hm? Sebaik apa?"

"Mengkhawatirkan seorang pelayan, merasa tak enak merepotkan orang lain, merawat hewan-hewan kecil dan memberi perhatian seseorang yang baru kau kenal?"

Arielle tak tahu arah pembicaraan mereka.

"Aku rasa aku hanya melakukan apa yang seorang manusia pada umumnya lakukan. Mengikuti kata hati mereka. Tania bukan sekadar pelayan bagiku, dia sudah menjagaku sedari aku dibawa ke istana hingga saat ini, ia adalah keluargaku dan sudah sewajarnya aku mengkhawatirkannya, bukan?" tanya Arielle.

Ia melanjutkan, "Dan juga tentu saja aku tidak ingin merepotkan orang lain. Bagaimana jika orang itu telah melewati hari yang buruk dan melelahkan? Dan aku menambah bebannya padahal aku bisa melakukannya sendiri. Itu namanya aku egois. Dan itu juga menjadi alasanku selalu berbagi kebaikan kepada orang asing. Setidaknya dengan aku menjadi baik dan memberi mereka perhatian, aku ingin bisa meringankan hari buruk mereka."

Ronan cukup kagum akan jawaban itu. Benar kata Arielle, gadis itu hanya melakukan segala sesuatu selayaknya manusia pada umumnya.

Ronan ingin tertawa bagaimana sikapnya bertolak belakang dengan gadis itu. Ia tidak peduli seburuk apa hari yang William lalui, selagi pria itu masih bisa bernafas dan berjalan ia tetap menyuruhnya bekerja.

Mungkin… mungkin suatu saat ini, entah Ronan sendiri tak tahu kapan, ia akan berterima kasih pada pria itu atas kerja kerasnya. Ia harap William atau siapa pun di istana ini tidak pernah menceritakan kepada Arielle tentang keburukan yang pernah Ronan lakukan.