Chereads / Putri Sandera Dan Raja Serigala / Chapter 27 - Teh Dan Kudapan

Chapter 27 - Teh Dan Kudapan

Ronan kembali ke ruang kerjanya setelah pagi menjelang. Dari jendela kaca tempatnya berdiri ia bisa melihat Arielle bersama Lucas dan pelayannya menuju istana Blackthorn. Ini bukanlah jam sarapan atau waktu belajarnya namun gadis itu sudah bangun?

Kira-kira Ronan tahu apa yang akan Arielle lakukan. Ia sudah bilang untuk gadis itu berhenti ke dapur istana untuk menyiapkan sarapannya. Namun, mengingat Arielle cukup keras kepala, permintaan sang raja kemarin hanya dianggap angin lalu saja.

Ronan tak terlalu mempermasalahkannya. Selama gadis itu bisa menikmati waktunya di Utara, itu sudah sangat cukup bagi Ronan. Ia hanya berharap Arielle tidak menyiapkan susu lagi pagi ini.

Ronan meraih kursinya untuk diseret ke arah jendela agar bisa menikmati pemandangan istana pagi itu. Meskipun tak banyak yang bisa dilihat, hanya tumpukan putih dan langit abu-abu, bagi Ronan itu tetaplah rumahnya. Beberapa surat yang sudah William sortir diletakkannya di atas pangkuannya, lalu ia pun mulai membaca surat-surat tersebut satu-per satu.

Sebuah amplop dengan lambang Kerajaan Nieverdell membuat tubuh Ronan menegang. Ia membukanya perlahan dan membaca isi surat tersebut. Ronan menggertakkan giginya menahan kesal.

Raja Nieverdell telah memberikan kabar bahwa mereka sudah menemukan sepasang serigala. Di akhir surat Raja Nieverdelle berharap Ronan membalas suratnya untuk memberikan kabar tentang kondisi Arielle.

"Menyusahkan saja," gerutu Ronan.

Pria itu bangkit ke arah perapian. Ia lalu menyobek pesan kerajaan tersebut dan membuangnya pada lahapan api. Ronan menatap kertas putih juga lilin segel yang perlahan meleleh dengan tatapan tajam. Topeng hitamnya memantulkan cahaya jingga dari perapian.

Pintu kantornya diketuk dan hal selanjutnya adalah kepala Arielle yang mengintip ke dalam. Tatapan tajam milik Ronan seketika melembut saat melihat kemunculan sosok gadis itu. Senyumnya terukir melihat wajah polos gadis itu.

Arielle mendapati sang raja tengah berdiri di dekat perapian. Ia melambaikan tangannya membuat Ronan merasa gemas.

"Selamat pagi, Yang Mulia. Sarapan Anda telah datang," ujar Arielle sopan.

Ronan masih berada di tempatnya menunggu apa pun yang akan gadis itu lakukan. Ia lebih memilih untuk memperhatikan saja.

Arielle mendorong troli mendekati meja yang sama seperti tempat mereka sarapan kemarin. Ia meletakkan beberapa nampan ke atas meja. Ronan bisa mencium aroma bacon.

Benar saja, saat Arielle membuka penutup nampan, Ronan melihat hari ini ia disajikan hidangan berupa sepiring bacon dan dua telur mata sapi. Itu adalah sarapan yang biasa ia makan. Tak ada yang spesial.

"Kata Chef Michael, Anda menyukai bacon dan telur di pagi hari. Jadi, aku membuatkan ini," ujar Arielle bangga.

Ronan seketika berubah pikiran. Ah, mungkin sarapannya kali ini lebih istimewa karena Arielle sendiri yang membuatnya. Namun, belum sempat ia memuji, Ronan harus menggeram saat gadis itu membuka nampan lain berisikan segelas susu.

"Ada apa? Anda tak menyukai makanan buatanku?"

Ronan tak tahu harus menjawab seperti apa. Pria itu pun memilih berbohong. "Tidak. Aku sangat-sangat-sangat menyukainya. Hanya saja bukannya kemarin aku bilang untuk tidak perlu kembali ke dapur?"

"Aku tidak bisa… Aku ingin membuatkan sarapan untuk Anda, Yang Mulia."

Ronan melipat kedua tangannya di depan dada kemudian mendesah panjang. "Jika hari ini aku melarangmu lagi, apakah kau akan berhenti?"

Arielle tertawa kecil dan menggeleng. "Aku hanya akan berhenti jika Anda bilang bahwa makanan yang kubuat tidak enak."

Ronan tak akan pernah melakukan itu. Bagaimana bisa ia bilang masakan Arielle tidak enak. Sandwich kemarin saja ia akui lebih enak dari pada buatan kepala dapur istana yang notabene sudah bekerja lebih lama di sini.

"Kau tahu aku tak akan pernah mengatakan itu."

"Aku tahu," balas Arielle. Ia merasa bangga karena sekarang tak ada alasan lagi bagi Ronan menyuruhnya berhenti menyiapkan sarapan pagi pria itu.

Untuk hari kedua, mereka sarapan bersama tanpa Arielle menyuapi Ronan karena gadis itu membawa makanannya sendiri. Keduanya lalu makan dengan tenang tanpa saling berbicara. Ronan telah lama melepas topengnya sehingga Arielle bisa melihat ekspresi pria itu. Ronan mengangguk mengapresiasi sarapan pagi itu.

Setelah keduanya mengisi perut, Arielle duduk di kursi di samping kursi kerja Ronan. Pria itu memulai pelajaran dengan meminta Arielle melafalkan huruf-huruf yang sempat ia hafalkan kemarin. Ronan tak mampu melepaskan tatapannya dari kerutan di dahi gadis itu ketika Arielle mencoba membedakan dua huruf yang terlihat mirip.

"Ini… Y?" tanya Arielle ragu.

Ronan mengangguk dan tersenyum manis.

"Sempurna," jawabnya. Ia merapikan sedikit rambut putih Arielle yang terjatuh saat gadis itu menunduk untuk melihat buku di depannya. "Kurasa kita sudah bisa mulai untuk mengeja. Karena kau pandai melukis, aku yakin Tuan Putri bisa dengan mudah belajar menulis."

Ronan menarik sebuah buku yang disimpannya pada tumpukan kertas. Itu adalah salah satu buku yang ia gunakan untuk mulai belajar di usia dini dulu. Ia meminta William untuk mencarikannya di arsip perpustakaan istana.

Arielle menyimak dengan fokus setiap ejaan yang diajarkan oleh Ronan. Sedikit semi sedikit Arielle mulai bisa mengeja kata-kata sederhana. Keduanya begitu larut dalam proses belajar sampai tak sadar waktu telah berlalu dengan cepat.

Pintu kerja Ronan dibuka dari luar. Seorang pelayan pria hadir membawa troli baru.

"Selamat siang, Yang Mulia. Saya membawakan kudapan dan teh untuk siang ini."

Ronan memberi gestur pada pelayan itu untuk segera keluar meninggalkan troli teh di dekat mejanya. Tak lupa pelayan itu juga membawa kembali troli sisa sarapan milik Arielle. Ronan mengetuk buku di depan Arielle agar gadis itu kembali fokus belajar mengeja.

Arielle mulai lelah. Meskipun Ronan mengajarkannya dengan sabar dan menjawab pertanyaan Arielle atau membenarkan ejaannya, tetapi Arielle belum pernah belajar berjam-jam seperti ini. Ia mengerjap-kerjapkan matanya agar tidak menguap. Ia merasa tak enak untuk minta istirahat. Karena itu Arielle memilih untuk memaksakan dirinya.

Ronan terus mengajarkannya ejaan baru gabungan beberapa huruf. Perlahan Arielle sendiri mulai kehilangan konsentrasi. Tubuh tegaknya mulai membungkuk dan ia tak lagi bisa menahan diri untuk tidak menguap.

Ronan melihat kelopak mata gadis itu perlahan menutup pelan dan saat ia sengaja berdeham, Arielle Segera mengerjapkan matanya agar tidak ketahuan mengantuk. Ronan sangat ingin tertawa melihat tingkah menggemaskan itu.

"Ingin minum teh?" tawar Ronan. Arielle pun menegakkan tubuhnya dan mengangguk cepat.

Akhirnya….. istirahat yang ia nanti-nantikan datang juga!

Arielle mengambil nampan berisikan teko, cangkir porselen dan sepiring kudapan berupa kue jahe. Arielle menuangkan teh hangat ke dalam cangkir dan memberikannya kepada Ronan terlebih dahulu. Ia juga menuangkan teh untuk dirinya sendiri.

"Kau belajar dengan sangat baik hari ini," puji Ronan membuat wajah gadis itu merona.

"Terima kasih, Yang Mulia. Ini semua berkat bantuan Anda."