Chereads / Putri Sandera Dan Raja Serigala / Chapter 29 - Menangkap Kelinci!

Chapter 29 - Menangkap Kelinci!

Arielle pernah menyalurkan mananya tanpa ia sadari kepada Pendeta Elis. Namun Pendeta Elis sama sekali tak bisa merasakan adanya aliran mana yang artinya kemungkinan aliran mana gadis itu sama sekali belum terbuka. Lalu bagaimana caranya Arielle berbagi?

Sejak kepergian Pendeta Elis dan William, Ronan terus berpikir panjang. Ia memperhatikan figur yang tertidur lelap itu lekat-lekat.

Lalu siapa pria yang ditemukan kakeknya dan kemudian menghilang begitu tiba-tiba? Ah, Ia teringat tentang cerita gadis itu bahwa ia tak pernah mengetahui siapa ibunya. Ronan mencoba menghubungkan titik-titik informasi tersebut tetapi tak ada hasil yang memuaskan.

Jenis mana yang berada di dalam tubuh manusia tidak tergantung oleh garis keturunan. Jadi mencari tahu siapa ibu gadis itu juga tak begitu berpengaruh karena mana yang keluar dari tubuh hanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Ronan menggerakkan tangannya dan muncul bulu lebat berwarna hitam legam dan jemarinya berubah mejadi sebuah cakar serigala. Ronan menggerakkan jarinya dan tangannya kembali menjadi tagan manusia normal.

"Bahkan keberadaan monster di dalam diriku belum bisa diungkap misterinya dan sekarang sebuah anomali baru kembali muncul," gumamnya.

Arielle bergerak dalam tidurnya membuat pria itu menepuk lembut pundak gadis itu agar kembali tertidur. Sang raja tersenyum simpul melihat kerutan tipis yang terbentuk di antara dua alis indah itu.

Ronan meletakkan telunjuknya di kerutan tersebut.

"Apa yang sedang kau mimpikan?" tanya Ronan dengan suara lembut.

Ekspresi wajah gadis itu kembali santai membuat Ronan tertawa kecil. Ah, ini terlalu menggemaskan baginya.

***

Arielle pun bangun setelah tertidur cukup lama. Ronan sudah tak berada di sofa bersamanya. Saat Arielle mendongak, ia mendapati ternyata pria itu tengah bekerja di meja kerjanya. Disentuhnya jas milik Ronan yang tersampir di tubuhnya.

"Apakah aku tertidur cukup lama?" tanya Arielle dengan suara serak.

Ronan mengangkat wajahnya dari kertas dan melihat Arielle yang sedang melihat sekeliling dengan tatapan bingung. Pria itu bangkit dan menuangkan segelas susu hangat untuk gadis itu. Lagi-lagi Ronan telah menelantarkan pekerjaannya demi menikmati wajah Arielle yang masih sedikit mengantuk.

"Terima kasih," balas Arielle saat menerima segelas air hangat dari pria itu.

"Berbaringlah jika masih mengantuk."

Arielle menggeleng. "Aku ingin kembali ke istana Whitethorn saja."

"Kenapa? Kau tak suka di sini?"

Gadis itu tertawa kecil. Pertanyaan macam itu? Bagaimana ia tidak menyukai tempat ini? Ruangan ini sudah menjadi tempatnya belajarnya, tetapi ia ingin kembali ke ruangannya untuk kembali melukis. Belajar mengeja sangat menguras tenaganya dan setelah tertidur seperti ini tahap relaksasi selanjutnya adalah melukis.

"Aku hanya ingin melukis," jawabnya.

Ronan mengerti mungkin gadis itu merasa bosan. Ia mengangguk, mengizinkan gadis itu untuk meninggalkan ruangannya.

Arielle menunduk hormat membuat Ronan terkekeh kecil. Ia pun meninggalkan ruangan kerja sang raja. Ia bertemu Lucas yang kebetulan juga ingin menuju istana Whitethorn untuk memeriksa kondisi perpustakaan di sana.

Keduanya berjalan bersama melewati taman istana yang penuh akan tumpukan salju. Dari kejauhan Arielle melihat seekor kelinci salju yang bulunya begitu putih. Gadis itu pun menghentikan langkahnya untuk mengagumi hewan kecil itu.

"Oh, mereka sudah mulai keluar dari sarang," gumam Lucas menarik perhatian Arielle.

"Mereka tinggal di sini?"

Pria itu mengangguk.

"Beberapa hari yang lalu aku lihat sarang mereka di taman. Sepertinya kelinci betinanya baru selesai melahirkan dan sekarang si jantan mencari makan untuk keluarga kecilnya."

"Bukankah katamu di Utara tak ada tanaman hijau?" tanya Arielle penasaran.

"Benar, saa pernah melihat mereka memakan daun pinus yang berwarna putih."

Arielle melihat kelinci kecil itu melihat sekeliling seakan-akan mencari makan. Ia merasa iba karena ia juga pernah merasakan hal yang sama.

"Bolehkah mereka tinggal bersamaku di istana?" tanya Arielle pada Lucas.

Pria itu mengerjap bingung. "Maaf?"

"Aku ingin merawat mereka," pinta Arielle dengan nada memohon.

Lucas melirik ke arah jendela kaca besar istana Blackthorn tempat ruang kerja sang raja berada. Bukannya ia tak ingin mengabulkan permintaan sang putri namun tahun lalu dengan jelas sang raja memintanya mengeluarkan hewan malang itu keluar istana.

"Saya rasa, kita perlu meminta izin kepada Yang Mulia Raja terlebih dahulu," jawab Lucas gugup.

Arielle memajukan bibirnya dan memasang ekspresi memohon kepada Lucas membuat pria itu mengalami konflik batin.

"Kau tak perlu khawatir, biar aku yang meminta izin," ujar Arielle dengan mata berbinar.

Lucas melonggarkan ikatan dasi di lehernya yang tiba-tiba terasa sangat mencekiknya.

"Ji-jika itu yang Tuan Putri inginkan maka saya tidak bisa menolak."

"Yeay! Terima kasih banyak, Lucas!" sorak Arielle begitu bahagia.

Arielle dan Lucas kini menoleh ke ara kelinci yang melompat pergi. Keduanya terdiam sesaat dan Arielle melirik ke arah Lucas yang kebetulan juga melirik ke arah sang putri.

"Jadi… bagaimana kita menangkapnya, Tuan Putri?" tanya Lucas menahan senyum melihat wajah bingung Arielle.

Arielle melepas mantelnya dan dibuangnya ke tumpukkan salju membuat Lucas membelalak kaget. Gadis itu melipat kedua lengan gaunnya hingga mencapai siku.

"Kau tahu, di Nieverdell aku selalu ikut para koki di istana mengejar ayam untuk dimasak. Bagaimana kalau kita bertaruh?"

"Bertaruh, Yang Mulia?"

"Hm-Hm. Jika kau berhasil menangkapnya, aku akan meminta izin kepada Yang Mulia Raja. Tapi! Jika aku yang menangkapnya lebih dulu… maka kau yang meminta izin kepada Yang Mulia Raja agar kelinci-kelinci itu tinggal bersamaku."

"Ta-tapi… tadi Tuan Putri bilang bahwa Anda yang akan meminta izin…"

Kini giliran Lucas yang memasang wajah memelas. Namun Arielle sudah terbiasa memanfaatkan orang dengan wajah memelas sehingga ia tahu kapan saat jurus andalannya itu tengah digunakan orang lain. Arielle pun menggeleng tegas.

"Beraninya kamu menggunakan mantraku sendiri untuk melawanku, Lucas," ujar Arielle begitu bangga.

Ia meninggalkan Lucas yang masih terlihat murung. Ia memperhatikan sepatunya. Sebelum turun ke salju yang lebih tebal, Arielle mengetukkan sepatunya untuk memastikan tak ada celah membuat salju masuk ke sela-sela.

"Siap? Mulai!" teriak Arielle meninggalkan Lucas yang bahkan belum bersiap-siap. Gadis itu melesat menuju taman istana. Begitu juga Lucas yang berlari menyusul di belakang.

Si kelinci yang merasakan bahaya menaikkan telinganya dan melihat sekeliling. Saat mata bulatnya menangkap pergerakan cepat dari dua orang manusia yang berlari ke arahnya, si kelinci pun melompat cepat menuju tumpukkan salju.

Arielle tak mau kalah, ia pun menembus salju-salju itu dengan susah payah. Gaunnya perlahan mulai basah tetapi ia tak peduli.

"Yang mulia… Anda bisa terjatuh!" seru Lucas yang begitu panik melihat Arielle berselancar di tumpukkan salju di depan mereka.

Whoopsie! Ack! Arghh! Sedikit lagi! Aaaahhh!

Berbagai macam suara Arielle keluarkan saat mengejar si kelinci. Lucas juga ingin mengejar kelinci putih itu namun ia terlalu fokus menjaga kondisi sang putri agar tidak terjatuh atau pun terluka.

"Lucas! Kau tahan di depan sana!" perintah Arielle. Pria itu pun segera berlari cepat menyalip si kelinci. Saat ia tiba di depan kelinci, Lucas merentangkan tangannya membuat kelinci itu berhenti melompat.

Dengan tenang Arielle mendekat dari belakang. Namun salah satu kakinya terjebak di tumpukkan salju membuat sepatunya terlepas.

Kelinci yang menyadari adanya pergerakan lain dari belakang melompat ke samping. Namun salju di samping lebih tebal dan menggunung membuat kelinci itu tenggelam dalam tumpukan salju.

Arielle ingin segera menolong kelinci itu, ikut terjun ke dalam tumpukkan salju. Tangannya bisa merasakan bulu lembut si kelinci yang bergerak panik karena diliputi salju di dalam sana. Begitu juga Arielle yang tak bisa merasakan apa-apa selain dingin. Wajahnya terasa ditusuk saking dinginnya salju tersebut.

Tak selang lama, tubuhnya terangkat ke udara, membuat Arielle bisa bernafas kembali. Namun, setelah beberapa lama, tubuhnya tak kunjung diturunkan untuk menapaki tanah.

"Lucas? Uhm, kau bisa menurunkanku saat ini juga."

"Dan membiarkanku kembali berenang di tumpukan salju itu?" tanya Ronan kesal.