Chereads / THE CEO Is MY ROMEO / Chapter 45 - BEBE

Chapter 45 - BEBE

"Mba Aira, saya periksa lagi ya. Gimana perkembangannya. Bisa luang kapan? Minggu?" Dokter Alan menghubunginya lewat telepon. Pagi itu, Sabtu cerah yang agak sedikit berangin.

"Oke Dok, pagi aja ya!"balas Aira.

"Oke, siap. Saya tunggu Mba." Tutup sang Dokter. Call end.

Aira bernafas dalam. 'Semoga sakitku tak berkembang parah'harapnya sungguh sungguh. Ia tak minum vitamin tadi malam, Raave menghubunginya malam malam. Mengajaknya bicara apa saja. Hingga cukup larut.

Pagi ini, sang lelaki kembali menghubunginya pagi sekali, menanyakan apa saja kegiatannya hari ini, dan segala macamnya. Membuatnya tak sempat minum vitamin lagi.

'Pintar sekali akalmu Raave. Kamu membuatku sibuk bicara denganmu, kan?'batinnya.

Aira siap berangkat ke BookShop. Mobil sudah siap. Sarapannya sudah aman di dalam perutnya. Tinggal memakai sepatu lalu berangkat.

"Mba, saya punya bakso crispy pedes , mau dibawa? Buat cemilan kalo ngantuk?" Bu Wina tergopoh keluar dari dapur. Menghampirinya di ruangTv, sambil membawa lunch box ukuran kecil, berisi bakso crispi. Dari warnanya, Aira bisa merasakan bahwa pedasnya pasti membuat pusing. Namun ia bawa juga akhirnya.

"Terima kasih, Bu Wina sayang, saya berangkat ya!"ujarnya. Memasukkan si bakso ke dalam tas. Lalu melangkah keluar dengan cepat.

"Ati ati, iya..!!"teriak Bu Wina.

Aira mulai melaju. Sedikit kencang. Musik favoritnya bergema di dalam mobil. Menemani perjalanan. Di tengah perjalanan, Ia sedikit kaget. Mobilnya terasa nyaman. Remnya seperti habis diganti baru.

Sebelumnya, mobilnya pun memang nyaman, tapi ada beberapa bagian yang agak bunyi berisik. Tidak terlalu mengganggu. Namun lumayan kencang bunyinya, saat ia sedikit ngebut. Remnya juga sudah tak terlalu ampuh.

Sekarang, bunyi itu lenyap. Begitu mulus saat dikendarai. Meluncur dengan nyaman. Seperti saat ia membelinya pertama kali, dua tahun lalu. Ia mencari-cari petunjuk. Biasanya beberapa bengkel akan menempelkan stiker atau apa saja. Untuk memberi tanda, si mobil telah melakukan perawatan di bengkel tersebut. Sekaligus media promosi juga.

Namun tak ada sama sekali. Tak berjejak. Ia belum lihat yang di luar mobil.

Begitu tiba di BookShop. Aira segera menelusuri seluruh body mobil. Menemukan satu stiker kotak berwarna abu metalik. Di dekat lampu belakang. Bertuliskan, "The Mechanics". Gadis itu tersenyum.

Ia Melock mobil, usai mengelus bagian depannya, kemudian masuk ke BookShop. Melangkah santai dan senang. Menyapa Sia yang termenung di pagi hari.

Sampai di ruangan, Ia hubungi Nomor ponsel yang tertera di stiker tadi.

"The Mechanics. Ada yang bisa dibantu?" sapa seorang perempuan. Suaranya sedikit lantang. Staff Bengkel.

"Iya. Saya mau bertanya, kak. Mobil saya habis perawatan di The Mechanics?"

"Baik, bisa dibantu untuk nomor polisinya, kak?"

"L 4112 A"

"Baik, ini dengan kak Siapa?"

"Saya Aira."

"Baik kak Aira, mohon ditunggu ya"

Hening. Terdengar suara orang mengetik, di atas keyboard komputer. Juga Mouse yang diklik berulang kali.

"Halo, kak Aira. Iya, Mobil Tipe SUV, atas nama Aira Harsena Lou. BMW X1 warna hitam ya?"

"Benar"

"Dua hari lalu, kak. Perawatan lengkap, keseluruhan. Oli, ganti kampas rem, perbaikan umum, ada bunyi berisik saat berjalan."

"Oke kak, yang bawa kesitu laki-laki ya kak? Namanya siapa kalau boleh tahu?" Aira bertanya secara detail.

"Oh, iya lelaki. Agak sedikit lupa kak, maaf. Banyak sekali customer yang datang. Tapi, ini pembayarannya menggunakan kartu Debit, atas nama Mr Raave Pranaja."jelas sang petugas. Berusaha sopan.

Aira cukup terkesan. "Baik, kak, terima kasih banyak infonya."

"Baik, kak Aira. Terima kasih."

Call end.

'Baiklah, Raave. Aku sudah tahu'gumamnya dalam hati. Gadis itu tersenyum. Segera Menghubungi sang lelaki. Ia harus berterima kasih.

"Ya, Ai"

"Terima kasih sudah membuat Bebe nyaman."

"Bebe?"

"My car"

"Oh GOD. Your car?? Has a name?"

"Absolutely yes. I love him so much. Itu hasil jerih payahku, yang menemani kemanapun aku pergi, Raave"

"Him? A man?"

"Yes. Hehehe.. Dia kan SUV. Hanya berandai andai saja."

"Imajinasimu sungguh setinggi langit. You love him?"

"Yes.!!" Aira menjawAb dengan semangat

"Apa aku boleh cemburu?"

"Heii!! It's just a car!"

"But it's a man, you said. Kamu menaikinya setiap kamu pergi, selalu bersamanya. Menangis di dalamnya, tertawa. Kamu memilih mengendarainya seorang diri, saat ke rumah PapaMama, daripada diantar Luke." Raave emosi. Cemburu pada sebuah mobil?? Yang benar saja, Raave Pranaja.

"Kamu iri dengannya?? Ehm... Ingin kukendarai juga???" Aira menggoda Raave. Kata-katanya meluncur begitu saja. Ia menutup mulut sesaat. Seolah itu ajakan untuk Raave. Lalu ia tepuk kasar mulutnya. Mengumpat lirih.

"Aira... "

"Hm. Maaf yang tadi itu hanya bercanda saja. Hehe.." Aira meralatnya. Kembali menepuk mulut.

"Tidak bercandapun tak masalah, Ai. Hehe..." Suara sang lelaki terdengar dalam dan berat.

"Aku bercanda, Raave, kamu baik saja?" Aira mencoba membayangkan, wajah sang lelaki di seberang sana. Memerahkah? Tersipukah? Tertawa geli? Atau justru malah... yang lainnya..?

'Oh apa yang kulakukan??' rutuknya gusar.

"Hm, Aku baik saja. Hanya sedikit panas di sini. Jadi kubuka kemejaku." Nampaknya Raave menggoda Aira. Membalasnya.

Aira terkekeh. Ia ingat lagi, saat melirik dada Raave di mobil siang itu. Menggeleng kasar. Gadis itu menyudahi pembicaraan mereka yang sudah di luar konteks. Call end.

Ia minum air mineralnya. "Dasar bodoh. Apa yang kukatakan tadi???!!" gerutunya pelan. Malu.

Aira mengatur nafas yang mendadak cepat, usai menghubungi Raave. Ia duduk Diam, di kursinya yang nyaman. Menyandarkan tubuh dan kepala.

'Apakah Raave berpikir hal seperti itu, saat menciumku?'batinnya menebak nebak. 'Mungkin saja, dia seorang lelaki dewasa dan normal. Dan aku seorang gadis. Mustahil, dia tak memikirkannya. Tak mungkin juga dia tak menginginkannya. Namun dia bisa menahannya dengan sangat baik' lanjutnya. Berbicara sendiri di dalam hati.

'Lalu bagaimana dengan gadis gadis itu? Sebelum bertemu denganku. Ah pastinya sudah satu paket lengkap. Berciuman dan tidur bersama. Menghabiskan malam.' Aira terkikik geli. 'Apakah nasibku juga akan seperti mereka?' Ia bertanya -tanya dalam hati.

Raave calling...

"Halo"

"Hai, kenapa tadi kamu matikan?"

"Maaf, hehe. Aku sungkan padamu. Hanya bercanda tadi.." 'Malu setengah mati tepatnya!'tambahnya dalam hati.

"Santai, saja. Aku tak masalah. Apa kamu tahu, Ai?"

"Ya, apa?"

"Cuma kamu satu-satunya gadis yang masuk ke kamarku, tidur di ranjangku dan... Berani menggodaku seperti itu" suara sang lelaki berubah lebih berat.

"Benarkah?? Maaf jika itu mengganggumu dan membuatmu tak nyaman, mungkin. Aku tak akan melakukannya lagi"balas Aira. Hati-hati.

"Tidak.. Tidak.. Tak menggangguku sama sekali. Aku senang, Ai"ujar Raave, terdengar riang.

"Benarkah??"

"Kamu tak percaya padaku?"

"Percaya."

"Terima kasih. Kamu sibuk?"

"Sedikit. Tutup saja jika kamu sibuk." Aira menekuri notebooknya. Mengecek beberapa stok buku.

"Kututup ya."

"Ya, jaga kesehatan, Raave. Jangan sampai ambruk lagi." Aira mengingatkan. Terkikik geli, sebenarnya. Lelaki seangkuh itu bisa juga sakit.

"Hm, kamu juga". Call end.

Aira meletakkan ponsel. Fokusnya pada stok buku yang habis, yang masih perlu pemeriksaan darinya, sebelum diupload ke form pemesanan.

Sebenarnya, Ia sudah menyerahkan semua sepenuhnya pada Staff Internal dan Mr Suri. Namun mereka ingin Aira juga tahu. Jadi bisa memberikan masukan atau saran dan kritik jika diperlukan. Gadis itu menghela nafas dalam.

PRANAJA Office

"Sir, saya ingin tanya sesuatu, bolehkah?" Gio memandangi Tuannya yang sedang serius di depan notebook. Membaca satu persatu, review para User, soal Robot Assistant.

"Hm?"jawab sang Tuan, tanpa mengalihkan pandangan.

"Anda jatuh cinta pada Nona Aira??"tanya Gio, sangat hati-hati. Ia paham, dirinya tak berhak bertanya, hal yang dianggap Tuan mudanya sebagai suatu rahasia pribadi.

Raave berhenti menekuri Notebook, seketika. Ekspresinya berubah. Tatapannya dalam pada sang Sekretaris sekaligus Asisten pribadinya itu. Ia diam. Tak berkata-kata.

Gio menunggu. "Baiklah. Maaf sekali, saya lancang bertanya begini. Saya penasaran ,Sir. Setelah semua yang telah anda berdua lewati."

Raave melepas kacamata bacanya. Melipat tangan di dada dan menyilangkan kaki. "Menurutmu aku jatuh cinta, G? Dengan semua perlakuan manisku pada Aira. Perhatianku, begitu?"

"Ya, benar sekali."

"Kamu penasaran?"

"Betul sekali!" Gio terlihat antusias. Sepertinya sang Tuan akan menjawab pertanyaannya. "Jadi...?"

"Aku tidak jatuh cinta pada Aira, G!"jawab Raave lugas. "Kau puas??"

Gio yang semula tersenyum, seketika manyun. Wajahnya muram. Mengangguk. "Ya, saya mengerti, Mr Raave. Baiklah, kita tak usah bahas ini lagi."

"Hm" Raave kembali ke notebooknya. Menyelesaikan pekerjaan. Dengan ekspresi yang sama seperti sebelumnya. Serius.

Gio masih tak habis pikir. Tapi ia tak akan ambil pusing.

Rumah Aira, Sore harinya...

"Hai Zii.. Jadi kan nobarnya?" Aira mempersilahkan sang sahabat masuk. Membawa beberapa kantong plastik, berisi aneka cemilan favorit mereka.

"Iya, dong Ai. Maaf baru ngabari tadi malam. Aku lupa, Adnan juga." Zii meringis sambil garuk garuk kepala, yang dibalas senyum dan anggukan oleh Aira.

Mereka bersiap. Di depan TV. Aira sudah membuat seteko besar lemon tea iced. Juga bakso Crispy pedas, buatan Bu Wina.

Zii yang suka pedas, langsung tahu. "Ini basreng pedes ya ,Ai?"

"He em. Bu Wina yang bikin. Enak banget. Aku aja suka."

"Kamu suka??"

"Iya"

"Biasanya kamu ngindari pedes, Ai."

"Ga sekarang. Aku suka pedes. Tapi kalau seblak masih ga terlalu suka. Hehe.."Aira tersenyum malu.

Adnan menyusul kemudian. Lelaki itu memang sibuk. Jarang berkumpul bersama Aira dan Zii. Namun jika di waktu waktu weekend. Ia memang libur.

"Tumben Nan.."celetuk Aira.

"Iya nih. Ngluangin waktu walau bukan weekend. Aku bawain kamu cake mentega, Ai. Tapi ya cuma beberapa slice. Zii ga terlalu suka. Aku juga." Adnan meletakkan semua bawaannya jadi satu dengan bawaan Zii.

Menyerahkan sekotak kecil cake pada Aira lalu memulai nobar mereka. Zii sudah menata aneka macam cemilan dan minuman botol dingin di depannya. Ia duduk bersila di bawah. Adnan di sampingnya.

Aira bergabung. Mulai menyaksikan Film Horor barat terbaru yang sedang rilis. Sambil mencomot keripik kentang favoritnya. Juga bakso pedas.

"Bagus juga nih, Filmnya..!!"celetuk Aira. Mengulas senyum lebar. Zii dan Adnan sudah melongo, tenggelam dalam fokus mereka masing masing.

Raave calling...

"Ya, Raave?"

"Lagi apa, Ai?"

"Nobar nih ma Zii dan Adnan. Kamu sendiri?"

"Santai aja. Ngobrol dengan Lei dan Gio di kamar."jawab Raave.

"Tumben."

"Ya. Mereka kuminta menemaniku"

"Rumah sepi ya?"

"Hm, orangtuaku kan liburan."

"Kamu ga ikut sekalian?"

"Kemarin udah kan, sekalian bantu Rose."

Aira mengunyah bakso, ngos ngosan. Pedasnya membuatnya bercucuran keringat dan nafasnya cepat. Sedikit terengah.

"Kamu baik saja, Ai?" tanya sang lelaki, bingung. Bertanya-tanya. Ada apa dengan Aira?

Continued.. stay tune!