Chereads / THE CEO Is MY ROMEO / Chapter 50 - LELAKIKU vs LELAKIMU

Chapter 50 - LELAKIKU vs LELAKIMU

Pandangan sang lelaki, sekilas tertuju ke mobil Aira.

Gadis itu segera menghidupkan mesin, karena Raave mendekat. Setengah Berlari.

Aira tancap gas. Jantungnya berdetak kencang. Tentu lelaki itu sangat hafal dengan mobilnya. Dari spion dilihatnya Raave berdiri, memandangi mobilnya yang menjauh, dengan wajah sendu.

Gadis itu mengemudi dengan perasaan tak tenang.

Raave calling...

"Ya.."jawabnya gemetar. Lidahnya kelu.

"Ai.. Kamu lihat aku dengan Anne tadi?"tanya lelaki itu to the point.

"Ya, sedikit. Kenapa?" Ia masih gemetar.

"Ai, Kamu baik saja? Suaramu.. Gemetaran.. Aira!" Raave bertanya khawatir.

"I'm okay. Hanya sedikit.. Trauma."

"Oh, DAMN..!! Lei, ikuti Aira..!! Ai, kamu tenang, okay. Lei dan Staffku yang lain akan menjagamu." Raave berujar dengan serius. Suaranya penuh penekanan.

"Ya..."jawab Aira singkat. Fokus mengemudi. Di belakangnya ada satu sedan hitam berjalan perlahan. Pastilah Lei.

"Kamu dimana?"

"Aku di jalan, mau balik ke BookShop kan.." Aira berusaha tenang.

"Hm. Oke."tutup Raave. Call end.

"Huuhh!!. Bilang hati hati gitu kek, atau apa. Jaga diri atau gimana. "Hm. Oke" gitu doang andalannya..!!" Aira menggerutu sendiri. Menirukan gaya Raave saat bicara tak lebih dari dua kata, memonyongkan bibir. Ia sudah tenang. Tapi masih berdebar.

Aira menengok ke belakang. Mobil sedan masih di belakangnya. Malah bertambah lagi satu. Ketika Ia berhenti untuk membeli minuman, kedua mobil juga berhenti.

Juga saat mampir di minimarket. Membeli beberapa kebutuhan dapur untuk Bu Wina.

Dua mobil sedan hitam, mengikutinya hingga ke BookShop. Berhenti di pinggir jalan. Aira keluar dari mobil dengan santai. Memberikan se-cup kopi susu dingin pada Pak Satpam yang berulang kali berterima kasih.

Aira melangkah ke ruangan. Lalu melihat dari jendela, usai ia letakkan tasnya. Kedua mobil itu masih ada. Tenang. Dilihatnya lagi, sang Petugas Keamanan mendekati salah satu mobil. Karena tampak sedikit mncurigakan. Berbicara beberapa kata. Kemudian sang Petugas kembali ke Posnya.

Aira mencoba menghubungi Pak Yana, Petugas Keamanannya.

"Ya, Mba Aira..?"

"Mobil itu tadi siapa Pak?"tanya Aira.

"Oh, katanya utusan Mr Raave Pranaja. Menjaga Mba Aira."jawab Pak Yana.

"Oke. Makasih, Pak."

"Sama-sama, Mba" call end.

Aira tersenyum. Satu mobil sedan pergi. Menyisakan mobil lainnya yang bertahan. Ia duduk di sofa. Menghubungi sang Tuan besar pemilik Kedua mobil sedan.

"Ya,"

"Kamu mengutus orang menjagaku hingga dua mobil?"

"Hm. Aku ga mau kejadian Anne terulang lagi. Dia tadi kumaki habis habisan. Mereka akan menjagamu 24jam."

"Mereka??"

"Hm. Kenapa?"

"Ada berapa memangnya? Tadi dua mobil kulihat, terus satu pergi. Tinggal satu. Satu orang di dalam kan?"

"Satu orang katamu?? Satu mobil itu ada 4orang Ai. Yang satu mobil kuminta kembali padaku." Raave menjawab gemas.

"Oh, 4orang??! Apa ini tak terlalu berlebihan, Raave?? aku bisa menjaga diriku sendiri. Mereka bisa lebih membantumu, daripada hanya sekedar diam menjagaku."

"Tidak berlebihan sama sekali!! Aira, dengarkan aku.. Aku.. Benar benar akan menghabisi perempuan itu jika dia nekat lagi padamu.. Apa kamu mengerti..?"ujar lelaki itu, setengah menggeram.

"Biarkan mereka menjagamu. Kamu tenang saja. Jika butuh apapun, bilang saja pada mereka. Mereka semua Staff andalanku. Baiklah, kututup teleponnya. Aku masih ada meeting." call end.

"Memangnya aku butuh apa?"gumamnya lirih. Mendengus. Ia terpikir Rumah 50 tiba-tiba. Rumah itu, kata Altan masih milik Raave. Hanya seminggu sekali dibersihkan oleh Staffnya. Ditinggali hanya tiga hari dalam seminggu, selebihnya kosong.

"Oh, mungkin mereka akan menginap di sana. Yang benar saja, semalaman didalam mobil hanya untuk menjagaku. Apakah tidak lelah dan bosan!"gumamnya lagi. Geleng geleng kepala.

Aira kembali ke notebooknya. Menyibukkan diri. Walau sebenarnya semua sudah beres di tangan Mr Suri. Ia berpikir untuk memberikan bonus bulanan pada Head Managernya itu. Karena telah sangat banyak membantunya memajukan BookShop.

Gadis itu bersandar di kursi. Perutnya sesekali masih berdenyut nyeri. Ia minum obat. Mengambil nafas sedalam-dalamnya. Teringat lagi kala Raave mengecupnya di dalam toilet. Gadis itu mengulas senyum geli. 'Belum pernah aku melakukan itu dengan lelaki manapun, kecuali Raave'batinnya.

Mr Lou calling...

"Ya, Mr Lou.."

"Hai Aira. Kamu di BookShop?"

"Iya, Sir. Ada apa?"

"Oh baiklah. Aku kesana saja, Aira"

"Silahkan" call end.

Entah bagaimana caranya sang Presdir Lou Technology melakukan perjalanan. Ia datang secepat kilat. Hitungan menit sudah di depan pintu ruangan Aira. Seolah hanya dengan menjentikkan jari, dimanapun kamu berniat pergi, maka seketika kamu langsung tiba di sana.

Tok..tok..

Aira menarik pintu perlahan, mempersilahkan sang lelaki masuk. "Wow. Cepat sekali sampai, Sir!" Aira sedikit kaget.

Louise tersenyum manis. Berdiri di belakang Aira. Lalu mengikuti sang gadis duduk di sofa.

Ia menatap Aira dalam. "Dimana kamu, beberapa hari ini, Ai? Rumahmu kosong. Ponselmu tak bisa kuhubungi." ujarnya gundah. Langsung pada pokok permasalahan. Tepatnya, alasannya datang.

"Maaf, Mr Lou. Saya di Rumah sakit. Sedikit masalah di lambung."jawab Aira.

Louise terlihat kaget. "Kamu di rumah sakit? Tak mengabariku?"tukasnya lagi.

"Saya tak ingin merepotkan siapa siapa, Sir."

"Paling tidak aku bisa menemanimu di sana, Ai!"

"Sudah ada yang menemani saya Mr Lou. Anda tak perlu repot. Terima kasih."

"Kamu dengan siapa?"

"Ada Bu Wina asisten saya. Sahabat sahabat saya selalu ada."

Louise bernafas dalam. Bersandar di sofa. "Apa kamu tahu, betapa aku bingung mencarimu. Saat aku menghubungi BookShop, Staff mu selalu sibuk. Aku kelimpungan sendiri!!"tukasnya, sedikit emosi.

"Maaf jika membuat Anda khawatir, Mr Lou. Bukan bermaksud begitu." Aira mencoba membuat Louise tenang.

"Lain kali, jangan begitu lagi, Aira!!" ujar Louise, matanya tergenang. Menatap lekat gadis di hadapannya.

"I-iya Sir." Aira sedikit tergagap. "Anda darimana?"

"Meeting bersama Partner di kantornya. Dia sangat sibuk, makanya kuputuskan tidak berlama lama di sana. Kudengar juga, dia sedang ada sedikit masalah. Namun dia begitu profesional, ketika memimpin meeting singkat tadi." Puji Lou, takjub. Menceritakan sang partner dengan penuh kekaguman.

Aira tersenyum simpul. Mengangguk.

**

"Ai, kamu dimana?" Zii menghubungi Aira sore itu.

"Aku di rumah. Baru pulang juga nih. Gimana?" Aira duduk, melepas sepatu dan bersandar nyaman di sofa.

"Oke, kesana!"tutup Zii. Call end.

Aira naik ke kamarnya. Mandi dan berendam sebentar. Kemudian membersihkan kamar. Sedikit berdebu, karena hampir 5hari Ia di rumah sakit, bersama Bu Wina. Mana sempat membersihkan rumah.

Setelah kamarnya rapi dan bersih, Ia duduk di tepi jendela yang terbuka.

Kamarnya tak begitu luas, namun nyaman. 9meter persegi. Bentuk kamar yang memanjang, Membuat Aira menempatkan bednya agak di ujung, dekat dengan jendela yang besar, juga sofa empuk kesayangannya. Tempat paling cozy selain tempat tidur. Bersantai di tepi jendela, sambil menikmati pemandangan. Dengan tirai yang berkibar tertiup angin.

Kliikk..

Pintu kamarnya terbuka. Zii muncul, berdiri di ambang pintu dengan wajah sumringahnya. Membawa beberapa minuman cup yang sepertinya kekikinian.

"Hai, Dear.."sapanya ramah.

"Hai, Zii."balas Aira. Ia menghadap sahabatnya, yang dengan cerianya menyerahkan cup brown sugar coffee favoritnya.

"Thanks, dear" Aira menatap Zii tak habis. "Kayaknya ada berita bagus nih!" gadis itu menyunggingkan senyum menyelidik.

"Ah, ga gimana gimana, Ai. Memang aku gini kan, ceria terus. Hahahahh... Kamu sehat kan?" Zii menyeruput Boba Green tea nya dengan suara dramatis.

"Hm, ya. Aku sehat."

"Bener??"

"Hm. Kenapa?"

"4hari di rumah sakit ga beritahu sahabatmu. Tahunya pas kamu udah pulang. Dan kamu udah di BookShop lagi... So, tell me!!"

Aira meringis. "Maaf, kebanyakan makan sambel kata Raave."

"Kata Raave?"

"Iya. Aku tanya dia. Dia yang bicara sama Dokter, Zii. Katanya kebanyakan pedes sama minum vitamin."

"4 days?"

"Yeah. Aku juga agak berpikir. Apa mungkin Raave menyembunyikan sesuatu?" Aira terlihat berpikir.

Zii memandangi sahabatnya heran. "Beneran cuma kepedesan?"

Aira mengangkat bahu. "Aku tetep makan pedes. Tapi ya ga seekstrem kemarin. Kadang perutku masih agak sakit, Zii"

"Kok aneh. Serapuh itukah lambungmu, atau jangan jangan radang atau lambungmu luka!" Zii menebak.

"Kenapa Raave ga bilang?"

Mereka saling pandang. Lalu sama sama mengangkat bahu. Kemudian tersenyum.

"Pusing amat, yang penting Sekarang, aku baik saja" Aira cuek. Membongkar bawaan sahabatnya. "Kamu bawa apa, neng?"

"Oh, kacang goreng. Kamu mau?"

"Boleh."

Zii mengeluarkan kotak berwarna biru muda berisi kacang bawang yang terlihat renyah. "Kiriman Mama. Kacang sama kue ini. Habis aku transferin, eh kiriman pada dateng. Hadeeuuhhh...!" Zii mendesah. Membuka juga toples kaca bulat, berisi kue kering berbentuk bunga. Entah apa.

"Kue apa nih, Zii?"

"Ga tahu! Menurutmu apa? Kalo aku rasain yaa, manis biasa aja. Susu gitu"

"Ehmm.. Kenari Zii." komentar Aira mencecap rasa si kue yang gurih manis.

"Hmm.. Pinter juga kamu. Tapi aku ga terlalu suka, Ai. Kamu makan deh."

"Lho gimana sih.. Dasar Zii. Nih aku barter sama kiriman Papa."lanjut Aira. Menyodorkan Kue sumpia isi abon setoples kecil. Ia tahu, sang sahabat gemar makan sumpia. Lumpia mini yang digoreng dan diisi abon.

Zii berbinar. Memeluk Aira dengan gembira. "Makasih sayaang...!!" Langsung ia buka tutupnya dan mencicipinya satu. "Ehmmmmmm... Sedep banget ini, kayak nostalgia ke Semarang ya Ai. Eh kapan kapan kalo kamu pulang, ajak aku ya!" usulnya.

Aira mengangguk setuju. Mencomot kue Zii yang manis seperti yang membawanya.

Bu Wina mengantarkan seteko besar es jeruk segar, dan setoples bakso goreng pedas. Kedua sahabat itu bertukar cerita. Bercanda dan saling membicarakan lelaki masing-masing, pastinyaaa...

"Adnan, oke kan?"

"Okee.. Kadang aku dicuekin, sibuk banget tuh orang!"komentar Zii cemberut.

"Kurang hiburan kalii...?"bisik Aira lirih, di telinga sahabatnya.

"Maksudmu??" Zii mendelik bingung.

Aira mengerling. "Dicium gitu aja udah seneng kok. Coba deh. Pernah ga kamu cium??"

"Ya Ampuunn.. Aira. Setiap waktu, sampai bibirku keluuu...!"

"Oh My GODNESS...!! Setiap waktuu??"

"He em. Hehehe... Kalo Raave?"

Aira tersenyum misterius. Menggoda Zii. Mengedipkan sebelah matanya.

Sang sahabat menutup mulut, kaget. "Ai... Jangan bilang kalau kamu... Oh NO!! "

"Whatt?"

"Kamu udah...?" Zii mengedip ngedipkan kedua matanya.

"Oh, No!! Ga seperti itu. Zii.. Zii. Kami hanya berciuman. Seperti kamu dan Adnan. Ups.."aku Aira.

"Haaahhh... Lega. Kukira..."

"Aku hanya menggodamu.. Hahahahh..." Aira terkekeh.

"Dia masih cuek?"

"Masih."

"Masih tak banyak bicara?"

"He em"

"Dia...

"Tapi Dia lebih perhatian padaku, Lebih sering menemuiku, Zii. Yaaa.."

Raave calling...

"Just like this." Aira mengangkat ponselnya. Menunjukkannya pada sang sahabat.

"Ya" Aira mengaktifkan loud speaker. Zii ikut mendengarkan dengan seksama.

Stay tune...!