Pagi-pagi sekali Derbvaro telah siap untuk berangkat ke sekolah. Ada tugas yang harus dia jalankan di sekolahan hari ini dan dua pekan ke depan, sehingga harus berangkat lebih awal dari biasanya.
"Derbvaro, jangan lupa sarapan di sekolah!"
"Iya, Ma. Derbvaro berangkat dulu."
Derbvaro beranjak dari rumahnya, duduk di mobil bagian jok tengah sembari asyik membaca buku bergenre fiksi koleksi terbarunya. Matanya tak bisa lepas dengan setiap untaian kata yang tersusun dari butiran abjad yang terangkai indah pada selembar kertas yang disatukan menjadi buku yang indah. Derbvaro suka semua jenis buku bacaan. Buku fiksi sebagai penghibur dirinya dikala sedang bosan. Tapi, dia tetap mengutamakan buku yang mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
"Ke toko buku, Tuan?" tanya sopir yang telah hapal dengan keseharian Derbvaro sebelum berangkat ke sekolah.
"Hari ini aku nggak ke sana, Pak. Langsung ke sekolahan aja!" jawab Derbvaro datar.
'Tumben?' ucap sopir dalam hati.
"Siap, Tuan."
Derbvaro kembali fokus pada buku bacaannya. Jarak toko buku dengan mobil Derbvaro telah terlampau dekat, Derbvaro dengan cepat menutup kaca mobilnya yang tadinya dia biarkan terbuka. Sopir memerhatikan Derbvaro dari kaca spion tengahnya, memerhatikan gerak-gerik Derbvaro yang nampak ambigu itu cukup mengocok perutnya.
Saat mobil tepat lewat di depan toko buku, Guezel sudah berada di depan tokonya, siap untuk berangkat pula ke sekolahan. Derbvaro mendengkus kasar karna Guezel tidak sedang sendirian namun bersama dengan Albert. Rasa cemburunya yang kemarin saja belumlah padam, ditambah lagi dengan sekarang.
"Tambah kecepatan!" titah Derbvaro pada sopir.
Sopir mengangguk cepat dan langsung menambah kecepatan laju mobil sesuai perintah Tuannya.
Derbvaro tidak langsung pergi ke kelasnya, dia lebih dulu pergi ke perpustakaan. Menjalankan list tugas yang sudah tersusun untuk dilakukannya hari ini. Setelah selesai, dia pun melangkahkan kakinya untuk ke luar dari perpus. Tapi tiba-tiba saja suara buku jatuh mencegat langkahnya.
Bruk...
Derbvaro membalikkan badannya kembali. Melangkah menuju sumber suara. Sebuah buku usang yang kemarin sempat menarik perhatiannya telah tergeletak di lantai. Derbvaro mengitarkan pandangannya ke seantero ruangan yang saat ini menjadi tempatnya berada. Tidak ada siapa-siapa. "Apa iya ada tikus di perpustakaan?" gerutunya lalu berjongkok untuk mengambil buku usang tersebut.
Derbvaro menatap lekat buku usang itu tiap sudutnya, berselimut debu. Pertanda buku itu sudah cukup terbilang lama tidak dijemah oleh tangan para pembaca.
Suara dera kaki melangkah, Derbvaro berlindung agar tidak terlihat, dikiranya itu adalah suara langkah kaki Guezel dengan Albert yang baru saja sampai ke sekolah. Dia tidak menebak yang lainnya karna saat ini memang masih sangat pagi, tidak mungkin para murid sudah berangkat ke sekolah sekarang ini.
Saat pemilik suara langkah kaki itu melewati perpustakaan yang mana bagian depan dari pintu perpustakaan terbuat dari kaca sehingga dapat memantulkan bayangan dari benda yang berpapasan dengannya. Derbvaro kaget bukan main karna pemilik suara langkah kaki itu bukanlah Guezel dengan Albert melainkan Mr. Eyudru.
"Apa, Mr. Eyudru?" ucapnya sangat pelan.
"Bukannya seharusnya Mr. Eyudru ga ada di sekolah hari ini?" Derbvaro berusaha menerka. Buku usang yang masih berada di tangannya itu pun diletakkannya kembali pada rak buku lalu perlahan pergi untuk mengecek ke luar perpustakaan.
Derbvaro berusaha mempertajam penglihatannya, tidak ada siapa-siapa di luar.
"Enggak. Aku nggak mungkin salah lihat!"
Derbvaro berlari menuju arah yang mungkin menjadi jalur jejak dari Mr. Eyudru yang baru saja dilihatnya itu.
Tetap saja, sekolah benar-benar masih kosong. Tidak ada siapa pun. Napas Derbvaro tersengal karna berlari ke sana ke mari untuk mencari Mr. Eyudru namun pencariannya tiada hasil selain daripada lelah dan kucuran peluh yang membasahi badannya
Derbvaro seketika terdiam mematung karna ada yang memegang pundaknya dari arah belakangnya. "Mr." Derbvaro langsung menebak. Dia membalikkan badannya.
"Derbvaro ini aku, Albert."
"Albert? Kamu ngapain di sini? Mana Guezel?"
"Gueze di laboratorium, aku ke depan disuruh sama Guezel buat nyariin kamu."
"Apa? Sejak kapan kalian sampai?"
"Baru saja, tadi kami lihat mobil kamu lewat depan toko Guezel. Jadi, kami buru-buru ke sini."
"Oh. Yaudah, kita ke laboratorium sekarang, kasian Guezel sendirian di sana."
Albert mengangguk lalu mereka berdua pergi ke laburaturioum.
"Derbvaro, kamu sudah ke perpustakaan?" tanya Guezel.
"Sudah."
"Berarti sudah selsai yang di perpustakaan?"
"Hemm."
Derbvaro mencuri pandangan pada Guezel yang mana tangan Guezel sibuk dengan benda-benda laboratorium dan buku catatannya.
"Guezel, Mr. Eyudru kapan berangkat buat ngerjain penelitiannya?" tanya Derbvaro.
"Sudah dari kemarin, Der. Katanya pas pulang dari sekolahan langsung berangkat. Kenapa?"
"Bukannya kemarin. Mr. Eyudru pulangnya agak cepetan?"
"Ya. Terus?"
"Aku tadi ngeliat Mr. Eyudru di sini."
Seketika tangan Guezel terhenti dari kesibukannya. "Kamu jangan ngaco deh, Der. Mana mungkin Mr. Eyudru hari ini ada di sekolahan." Guezel menggeleng-gelengkan kepalanya dibumbui dengan tertawa kecil.
"Bener, Guezel. Tadi aku lihat Mr. Eyudru."
"Terus? Tadi Mr. Eyudru ngomong apa sama kamu? Apa dia bilang kalau keberangkatannya di cancle, gitu?"
Derbvaro menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ga sempat sih. Pas aku mau nyamperin dia, Mr. Eyudrunya udah keburu ngilang."
"Kamu kira Mr. Eyudru punya kekuatan menghilang? Derbvaro, kalau mau bercanda cari candaan yang lucu dong. Ini garing banget tau."
"Aku ga bercanda, Guezel." Derbvaro masih bersikeras.
"Terserah kamu saja, Der. Sebaiknya sekarang kita selain tugas kita lebih cepat, biar nanti kita nggak telat masuk kelas!"
Derbvaro terdiam. Guezel kembali sibuk dengan pekerjaannya. Derbvaro berpikir lagi, rasanya dia tadi dalam keadaan sadarkan diri, tidak mungkin salah lihat dan lebih anehnya lagi kemarin Derbvaro melihat Mr. Eyudru juga saat sepulang sekolah, sedangkan Mr. Eyudru pulang waktu istirahat belum berakhir dan Mr. Eyudru juga bilang kalau dia harus buru-buru dan langsung berangkat ke tempat penelitiannya yang letaknya jauh dari kota.
Sekolahan sudah riuh dengan maraknya para murid yang berdatangan. Kelas-kelas sudah terisi dengan para murid jenius yang masing-masing sibuk dengan buku mereka sembari menunggu bel pembelajaran pertama dimulai. Derbvaro dengan Guezel dan Albert juga sudah berada di kelas mereka. Derbvaro yang menjadi ketua kelas itu pun sibuk menertibkan semua keperluan kelasnya. Sebelum bel berbunyi, diwajibkan untuk para murid membaca buku pelajaran yang akan mereka pelajari. Semua murid yang ada di sekolahan ini punya hobi yang kurang lebih sama, yakni hobi membaca dan belajar. Tidak salah jikalau sekolahan ini dijuluki sekolahan tempat orang jenius dan berbobot.
Derbvaro tidak bisa fokus dengan bacaannya saat ini, karna otaknya masih mengerjap apa yang belum terpecahkan oleh akalnya. Ada apa sebenarnya dengan Mr. Eyudru. Ataukah memang hanya Derbvaro saja yang berpikir terlalu jauh? Otak yang biasa diasah untuk memecahkan setiap teka-teki pertanyaan itu pun mulai menyusun teka-tekinya sendiri yang juga harus dijawab oleh dirinya sendiri pula. Mr. Eyudru yang menjadi tajuk utama dalam teka-tekinya ini. Derbvaro juga teringat tentang perbincangan Mr. Eyudru dengan temannya itu waktu di perpus tentang misi rahasia mereka. Kira-kira sebuah misi apakah yang mereka sedang laksanakan? Mungkinkah hanya sebuah misi penelitian? Ataukah hal yang lainnya. Sebesar apa misi mereka sehingga mereka juga mengatakan jikalau tiada ada yang boleh mengetahui misi mereka tersebut.