Esther Star menggerutu kesal saat sebelah lengannya tiba-tiba digeret oleh seorang gadis berpipi chubby dan telinganya dijewer oleh seorang pemuda bertubuh tinggi semampai. Mereka berdua adalah sahabat baik dari Esther Star, yaitu Water Milly dan Airlangga. Entahlah, nama unik mereka seolah berjodoh satu sama lain.
"Sakit, woi! Ih, lepas!" rutuk Esther Star yang biasa dipanggil Star oleh teman-temannya.
Water dan Air berkacak pinggang berdiri di depan Star yang sedang mengelus telinga dan juga lengannya bergantian.
"Gue udah gak habis pikir dengan apa yang elo lakuin." Water menunjuk wajah Star dengan telunjuknya dan mata melotot, marah.
"Lo ngapain kurang kerjaan nembak orang di depan publik gitu? Urat malu lo udah putus, hah?!" Air bergantian memarahi Star.
Star menatap kedua sahabatnya bergantian dengan berani, tanpa rasa bersalah apalagi takut. Gadis itu mengacungkan telunjuknya, menunjuk satu per satu wajah sahabatnya.
"Elo berdua kenapa sih? Emangnya salah gue di mana?" tanya Star santai dan serempak Water dan Air memutar bola mata mereka.
"Gue tuh lagi nyari kerjaan," kata Star mencoba memberikan penjelasan.
"Kerjaan apaan yang lo dapetin dengan cara nembak kuda kaku gitu?" tanya Air terlihat begitu kesal.
Dengan memegangi kedua sisi wajahnya, Star tersenyum merekah menatap Water dan Air bergantian. "Kerjaan mencurahkan kasih sayang yang gue punya buat si Kuda Dingin itu. Kali aja, setelah gue kasih perhatian, dia jadi lumer." Air mendengkus mendengarnya.
"Geli banget sih, omongan lo, Star!" Water menggosok lengannya yang mendadak merinding.
"Apa sih yang lo suka dari kuda kaku itu? Nilainya minus semua begitu." Air mencoba menginterograsi Star.
"Minus lo bilang?! Mata lo yang minus, iya," ketus Star tidak terima.
"Kuda dingin itu ganteng, pinter matematika, pinter dance, penampilannya keren, pokoknya nyaris mendekati sempurna. Cowok idaman gue banget." Star mengungkapkan pujiannya untuk Pegasus dengan mata berbinar-binar dan Air kembali mendengkus tidak suka mendengarnya.
"Cih! Gue juga gak kalah ganteng, pinter akademis, bisa juga joget-joget gitu. Lo liat nih, penampilan gue udah kece badai halilintar malahan. Gue sama Kuda kaku itu 11-12. Jadi, ngapain lo nyari cowok jauh-jauh terus mempermalukan diri lo sendiri." Air seolah sedang mempromosikan dirinya sendiri. Star tidak segan untuk memukul bokong Air dengan telapak tangannya.
"Berisik lo! 11-12 lo sama dia, tetap aja dia jauh lebih unggul dibanding lo. Lagian, gue gak mau pacaran sama temen sendiri, apalagi kayak lo gini bentukannya. Ogah!" Water tertawa terbahak mendengar penolakan mentah-mentah yang diberikan Star pada Air. Air mendelik kesal ke arah Water dan memberinya cubitan pada lengan gadis itu.
"Udah, ayo masuk kelas! Gak usah dipikirin permasalahan gue. Lagian, bukannya bagus kalo gue jadi viral. Kali aja nanti ada yang mau endorse gue." Star melangkah riang dan ringan meninggalkan kedua sahabatnya yang menatap gadis itu dengan tatapan pasrah.
"Suka-suka dia aja deh," kata Water sambil mengekor Star. Air menggeretakkan giginya menatap punggung Star yang kian menjauhinya.