"Star, lo ngapain di sana?" teriak Air saat melihat Star berdiri sambil memeluk tiang, menatap iri teman-teman sejenisnya sedang melompat-lompat, berteriak dan bergerak mengikuti irama musik dengan gerakan yang luwes.
"Meluk tiang," jawab Star dengan polos.
Air meminta izin ke luar lapangan pada teman-teman satu timnya dan berjalan mendekati Star. Pemuda yang badannya sudah berkeringat itu memilih untuk duduk di lantai sambil meminum air mineral dalam genggamannya.
"Ngapain lo di sini? Bukannya lo gak ikut ekskul? Ke mana Water?" tanya Air seolah sedang menginterograsi Star.
Gadis itu mendengkus mendengar rentetan pertanyaan Air. "Lo kayak tukang sensus, banyak tanya," sindir Star dan Air hanya terkekeh mendengarnya.
Star mengeratkan pelukannya pada tiang sambil kembali menatap ke depan. "Gue di sini meluk tiang sambil ngeliatin cheerleaders. Gue lagi mikir mau ikut ekskul apaan yang cocok buat gue. Water pergi kencan sama gebetannya. Pertanyaan lo udah gue jawab semuanya. Apa ada pertanyaan lain?"
Air kembali terkekeh mendengar perkataan Star. Pemuda itu menepuk lantai di sampingnya dan mengisyaratkan Star untuk duduk di sana. Star menggeleng, "ogah! Lo bau, keringetan, iyuuuh banget deh." Star berekspresi seolah sedang jijik pada sesuatu, tetapi itu hanya candaannya saja.
"Lo 'kan jago basket, Star. Kenapa gak apply ekskul basket aja? Biar bisa bareng gue terus." Star menendang pelan paha Air yang sedang duduk bersila.
"Dikira kita berdua nanti kembar dempet kalo bareng mulu." Star mencebikkan bibirnya.
"Gue pengen bisa dance," gumam Star yang terdengar jelas di telinga Air.
Pemuda itu memicing tajam, tingkat kepekaan Air sudah berada di level dewa, sehingga dirinya dengan cepat memahami ucapan Star.
"Demi deket sama si Kuda dingin, lo mau beralih ke dance. Badan lo kayak besi begitu, sok sok-an mau dance. Gak cocok! Gue gak setuju." Nada suara Air terdengar begitu kesal.
Star mengerutkan dahi dan berjongkok untuk melihat wajah Air lebih dekat. "Ih-ih, kok ngamuk! Santuy aja sih." Star menyenggol lengan Air.
"Gue 'kan cuma berusaha. Kenapa lo sewot gini sih. Manyun lagi!" Star menatap wajah Air yang terlihat kesal. Gadis itu menunjuk-nunjuk pipi Air dengan telunjuknya.
"Lo gak asyik kalo ngambek mulu." Star menyindir Air secara terang-terangan. Air sendiri masih memilih diam, mencebikkan bibir.
Star memutar bola matanya dan melempar jaketnya ke pangkuan Air. "Tunggu gue di sini. Jangan pergi ke mana-mana!" Setelah memberikan peringatan pada Air, Star buru-buru lari dengan membawa serta tasnya, meninggalkan Air yang menatap jaket Star dengan senyum terkulum.
'Gue gak mau lo deket-deket si Kuda dingin itu, Star!' batin Air sambil menggenggam erat jaket Star.
Sepuluh menit kemudian, Star kembali dengan memakai T-shirt hitam yang ia sengaja simpan di dalam loker. Gadis itu juga sudah mengganti sepatunya.
"Ayo! Main basket!" Star menepuk punggung Air cukup keras.
Air menengadah, menatap penampilan Star dari bawah ke atas. Sahabat cantiknya itu sudah mengubah pakaiannya. Ekspresi kesal Air mendadak hilang, berganti dengan ekspresi semringah. Pemuda itu dengan cepat berdiri dan menarik Star untuk berjalan bersamanya ke lapangan basket.
"Pelan-pelan, woi. Bisa lepas nih, lengan gue!" rutuk Star.
Beberapa pemain basket, yang juga teman Air, menatap bingung dan aneh dengan kehadiran Star bersama Air di pinggir lapangan.
"Star mau gabung main sama kita, guys!" Air berkata sambil tersenyum melirik Star yang berdiri di sebelahnya.
Beberapa teman Air masih sibuk mencerna ucapan Air, tetapi yang sudah menyadari, langsung shock mendengarnya.
"Lo lagi ngelawak, Ai? Emang Star bisa main basket? Ntar bukan main malah ngacauin ritme permainan aja," kata salah satu teman Air bernama Boris, dengan nada sedikit merendahkan.
Ekspresi semringah Air segera berubah. Star yang menyadari perubahan ekspresi Air segera menyela agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Air mudah sekali terpancing emosi.
"Gue gak akan ngacauin permainan kok. Gue malah mau minta ajarin kalian semua yang ada di sini. Kali aja, nanti gue bisa diterima di ekskul basket." Ucapan Star membuat Air meliriknya tajam. Namun, Star segera melotot membalas tatapan Air, seolah mengisyaratkan agar Air tidak membantah atau membuka suaranya.
"Ya udah sih, sekali-sekali kita main sama cewek. Lagian kita gak lagi latihan serius juga hari ini. Gabung aja, Star." Seorang bernama Ari memperbolehkan Star untuk bermain bersama mereka.
Beberapa orang di lapangan itu memasang tampang terpaksa dan seolah malas, tetapi sebagian lagi terlihat santai dan welcome dengan kehadiran Star menjadi bagian dari permainan mereka. Star menggelung rambutnya, gadis itu tampak tidak begitu memedulikan penampilannya. Star juga menjepit poninya sehingga dahinya terlihat jelas.
Peluit ditiup keras, tanda permainan sudah dimulai. Star terlihat hanya berdiri dan sedikit berlari mengikuti ke mana bola didrible. Suara decakan kesal selalu diberikan oleh sebagian pemain yang tidak suka kehadiran Star di dalam lapangan.
"Lo minggir deh. Lari doang, ngerebut bola aja gak becus!" usir salah seorang bernama Adit. Star mengulum senyum mendengar sindiran itu.
Gadis itu tersenyum miring, lantas berlari cepat mendekati Adit yang sedang mendribel bola bersiap untuk melempar ke dalam keranjang, tetapi dengan cepat dan tidak terduga, Star merebutnya sambil tersenyum dan melakukan teknik chest pass ke arah Air yang berdiri tidak jauh darinya. Air kemudian mengembalikan bola dari tangannya kepada Star dengan teknik Bounce Pass membuat pemain lain di lapangan terkejut, karena Star mampu menerimanya dengan baik dan juga mengeksekusinya dengan tepat sasaran. Star melakukan quick shoot dan berhasil mencetak angka untuk timnya.
Star tersenyum penuh percaya diri dan berjalan mendekati Aris lantas berbisik, "apa gue masih gak becus?" Aris menatap Star lekat dan penuh kekaguman melihat apa yang dilakukan oleh gadis itu.
Mereka semua melanjutkan permainan dengan riang gembira. Keadaan yang dimulai dengan cukup awkward, kini beralih menjadi cukup bersahabat dan menyenangkan. Star tampak begitu akrab dengan semua pemain di lapangan, padahal dirinya baru mengenal mereka semua karena mereka berasal dari kelas yang berbeda-beda.
*****
Di ujung lapangan berdiri lima orang pemuda yang menatap lurus ke arah lapangan basket. Menonton dalam diam permainan basket yang sedang berlangsung. Hampir lima belas menit mereka menonton, tetapi tidak ada yang menyadari jika salah satu anggota pemain di sana ada seorang gadis cantik, sampai seseorang berteriak, "astaga! Star!"
Pegasus melebarkan sedikit bola matanya, ikut terkejut ketika melihat salah satu pemain terjatuh dan mengalami luka lecet di siku lengan kirinya. Akan tetapi, pemuda itu lebih terkejut ketika menyadari jika gadis yang sedang bermain basket dengan gesit itu adalah Star.
"Es teler," gumamnya begitu pelan.
"What?! Star!" pekik Sam dan Micel bersamaan.
"Gila! Keren banget permainannya Star," puji Chris dan Ayin segera mengangguk menyetujui.
Lengan Star berdarah, tetapi gadis itu terlihat begitu santai awalnya. Namun, berselang hitungan detik matanya bersirobok dengan Pegasus, gadis itu berlari mendekati Pegasus tanpa malu.
"Kuda, lihat! Lengan gue luka," ucap Star dengan sedikit nada manja.
Semua orang di sana seketika menatap Pegasus yang memasang tampang dingin, tanpa ekspresi, hanya alisnya bertaut melihat Star berdiri di depannya.
"Dasar lemah!" Setelah mengatakan dua kata itu, Pegasus berbalik dan melangkah meninggalkan semua orang di sana, termasuk Star yang bergeming menatap punggung Pegasus yang mulai menjauh darinya.