"Kenapa lo kabur gitu aja kemarin? Abis ngatain, terus pergi!" Star berdiri sambil menyilangkan kedua lengannya ke depan dada berdiri menghalangi jalan Pegasus.
"Pergi dari hadapan gue! Gue gak ada waktu buat ngeladenin lo." Pegasus berjalan di samping Star dan gadis itu berusaha mengejarnya dengan mensejajarkan langkah kaki mereka.
Star menarik lengan Pegasus dan Pegasus menatap tajam Star seolah ingin menelannya hidup-hidup. Star segera menarik tangannya menjauh dari lengan Pegasus.
"Sorry." Star meminta maaf pada Pegasus.
"Gue udah bilang sama lo, kalo gue gak mau sama lo. Jadi, jangan ganggu gue lagi," tegas Pegasus dengan tatapan tidak suka memandang Star.
Star menganga dan tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan pemuda pujaan hatinya itu. Star menggigit bibirnya kuat dan memberanikan diri bertanya pada Pegasus.
"Kasih alasan ke gue, kenapa lo gak mau sama gue? Kalo alasan lo logis, gue bakal mundur teratur buat ngejauhi lo, tapi kalo enggak? Gue bakal tetap berusaha buat ngedapetin hati lo." Star menatap Pegasus lekat.
Pemuda itu berdiri mengamati Star dari ujung kaki hingga ujung kepala membuat gadis itu menjadi salah tingkah sendiri seolah ada yang salah dengan penampilannya.
"Gue gak akan ngasi tau ke elo alasannya." Pegasus memberikan jawaban tidak terduga oleh Star. Gadis itu kembali menganga dan menautkan kedua alisnya menatap punggung Pegasus yang meninggalkannya begitu saja.
"Gue gak akan nyerah kalo gitu. Gue bakal berusaha terus!" teriak Star.
Pegasus mendesah mendengar teriakan gadis keras kepala yang berada di belakangnya. "Kenapa gue dikelilingi makhluk aneh?" gumam Pegasus.
*****
"Buat kesayangan Moon." Moon menaruh sebuah kotak berukuran cukup besar di hadapan Pegasus.
Pegasus, Chris dan Sam sedang berada di kantin. Pegasus menatap kotak di depannya dengan tatapan malas. Ekspresi wajahnya sangat sulit ditebak.
"Gue gak perlu hadiah dari lo." Pegasus memilih untuk memakan kembali makanannya.
Sam dan Chris yang saling pandang, ingin tahu isi dari kotak tersebut.
"P kesayangan Moon 'kan belum liat isinya. Coba dibuka dulu, Moon yakin kalo P bakal suka sama isinya." Moon berusaha membujuk Pegasus dengan nada begitu lembut, tetapi terdengar dibuat-buat.
Sam dan Chris menatap Pegasus seolah berkata lewat tatapan mereka untuk segera melihat isi kotak itu. Pegasus beralih menatap Moon yang sedang tersenyum manis dan mata berkedip-kedip padanya.
"Bawa balik kotak ini. Gue gak akan nerimanya." Pegasus berdiri dan bergegas meninggalkan teman-temannya tanpa berpamitan.
Moon segera mengambil kotak itu dan berlari mengejar Pegasus. Jalanan sekitar kantin berkerikil tajam. Moon menarik tangan Pegasus, memaksa pemuda itu berhenti sejenak. Semua pandangan murid yang ada di sekitar sana menatap kedua makhluk yang bertolak belakang itu. Sudah jadi rahasia umum jika Moon mengejar Pegasus sejak kelas sepuluh dan selalu ditolak.
"P, lo harus lihat hadiah dari gue ini!" Pegasus menatap tidak suka tangan Moon yang memegangi lengannya.
Gadis itu menyadari tatapan tajam Pegasus dan segera menariknya. Moon membuka kotak hadiah yang ia bawa dan menunjukkan isi hadiahnya dengan wajah semringah.
"Gue sengaja mesen sepatu ini buat lo, P. Lo suka 'kan? Bisa lo pake nanti pas lomba. Lo pasti keren banget." Moon mengangkat sebelah sepatu dari brand ternama yang harganya cukup mahal.
"Gue sudah punya sepatu itu." Jawaban Pegasus membuat Moon kesal.
"Tapi ini dari gue, P. Atau-nanti gue ganti deh, dengan merk lain yang belom lo punya." Moon terus bernegosisasi dengan Pegasus.
"Gue gak berminat. Minggir!" Pegasus mengisyaratkan Moon untuk tidak menghalangi jalannya.
Moon terlihat kesal dan marah. Gadis itu menatap Pegasus penuh emosi. "Lo terlalu jual mahal, P. Lo pikir, di sekolah dan di dunia ini, cuma elo yang paling oke! Sial! Lo sama sekali gak pernah mau nerima hadiah gue, gak pernah mau deket sama cewek. Apa jangan-jangan lo, pecinta sesama." Pegasus memandang Moon tajam.
Moon tersenyum miring dan kembali berkata, "sepertinya tebakan gue bener. Lo ho-mo!" Moon menekan setiap ucapannya membuat Pegasus berang.
Pegasus menendang kotak sampah di dekatnya dengan cukup kuat ke arah Moon berdiri. Pemuda tampan itu menatap Moon seolah ingin menerkam lalu mencabik-cabiknya. Moon mendesah melihat sepatunya kotor akibat terkena isi dari kotak sampah tersebut.
"Sialan! Sepatu gue jadi kotor," keluh Moon dengan wajah masam.
Gadis itu memberanikan diri untuk menatap Pegasus. Moon mengangkat dagunya tinggi dan kembali menyulut api amarah Pegasus. Pemuda pujaan hatinya yang tidak berhasil ia luluhkan.
"Kenapa lo bungkam? Mendadak bisu? Gak berani ngaku di depan semua orang kalo lo itu pecinta sesama jenis? Pacar lo- Chris atau Sam?" Moon mencemooh Pegasus secara terang-terangan.
Sekeliling mereka mendadak hening. Semuanya menutup rapat mulut mereka, tidak ada yang berani membuka suara sama sekali. Arah pandang semua orang bergantian ke Moon dan Pegasus, mencari tahu ekspresi kedua orang itu.
"Pegasus homo?" Suara celetukan Star membuat semua orang menoleh termasuk Pegasus.
Keinginan Pegasus untuk memberi pelajaran pada Moon lenyap. Pemuda itu memilih untuk pergi tanpa berucap sepatah kata pun meninggalkan semua orang di sana yang penuh dengan tanda tanya.
"Dasar pengganggu!" dengkus Moon kesal pada Star.