Setelah berlatih selama dua jam full, Pegasus memilih untuk keluar dari Studio dan pergi ke toilet. Suara bising teriakan para anggota cheerleaders yang sedang berlatih serta para pemain basket bergabung menjadi satu kesatuan yang tidak terelakkan. Setelah menuntaskan hajat kecil, Pegasus kembali ke studio tanpa ingin menoleh bahkan melirik ke arah lapangan basket yang berada tidak jauh darinya.
Sekembalinya ke studio, Pegasus memperhatikan dengan saksama setiap detail gerakan yang sedang dilakukan oleh teman-teman satu timnya, karena dirinya dipercaya menjadi leader tim dance itu.
"Power lo masih kurang banget, Cel."
"Sam, lo masih kurang diekspresi."
"Chris, kurangi ego lo. Kita ini team work, jadi semua harus sama rata, gak perlu menonjol satu sama lain."
"Selebihnya semua sudah oke. Cuma perlu latihan lebih rutin dan intens."
Semua anggota tim dance Pegasus mengangguk, mengerti dan menerima dengan lapang dada hasil evaluasi yang diberikan oleh leader mereka. Tidak perlu diragukan lagi tentang kemampuan tari seorang Pegasus. Pemuda itu berkali-kali sudah memenangkan kejuaraan tingkat kota, bahkan nasional, baik membawa nama pribadi maupun nama sekolah.
"Besok setelah les, kita latihan lagi." Pegasus berkata sambil mengemasi semua barang-barangnya dan mengganti sepatunya, begitu juga teman-temannya yang lain.
Chris yang melangkah lebih dulu ke luar dari studio mendadak heboh dan bertingkah berlebihan dengan memperhatikan detail penampilannya ketika tahu di pinggir lapangan ada anggota cheerleader yang sedang latihan. Bagi Chris, itu adalah saat yang paling tepat untuk tebar pesona dan menjaring mangsanya. Pemuda itu berjalan lebih dekat ke arah lapangan basket, berdiri sambil menebar senyum manisnya.
Ayin melihat Chris berada di sana dengan cepat dan juga heboh menggeret Sam, Micel dan Pegasus untuk ikut mendekati tempat Chris berdiri.
"Anjir! Gak usah diseret-seret, wei! Gue bisa jalan sendiri," rutuk Sam.
"Ayo! Buruan, nanti mereka bubar!" Ayin begitu bersemangat.
Pegasus terlihat paling enggan, langkah kakinya dibuat sepelan mungkin. Pemuda itu sama sekali tidak tertarik untuk menebar pesona pada siapa pun.
"Yang lagi main basket kayaknya seru banget yah," ungkap Sam. Sontak Pegasus, Ayin, Chris dan Micel mengubah arah pandang mereka ke lapangan basket.
Mereka berdiri menonton pertandingan basket yang cukup seru.
"Gila, itu ada cewek yang main? Keren banget dia bisa nyetak tiga angka!" puji Ayin tanpa ragu.
Beberapa anggota cheerleaders yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri, sibuk mengambil kesempatan untuk memotret Pegasus yang berdiri dengan kedua tangan di dalam saku celana, wajahnya tanpa ekspresi sama sekali, menatap lurus permainan di depannya.
Tiba-tiba salah satu pemain menyenggol pemain lainnya saat sedang ingin melakukan shooting bola. Alhasil, pemain itu terjatuh dan mengalami luka lecet pada bagian siku kiri.
"Es teler," gumam Pegasus ketika dirinya menyadari kalau ternyata pemain yang jatuh dan cedera itu Esther Star. Ternyata sejak awal, ia sudah memuji secara tidak sadar cara bermain Star yang cukup baik dalam hatinya.
Keempat teman Pegasus ikut shock, saat mengetahui jika salah satu pemain hebat itu adalah Star.
Pandangan Pegasus bersirobok dengan kedua mata cokelat Star. Senyum lebar terbit di wajah gadis itu membuat Pegasus memutar bola matanya. Tanpa diduga Star berlari meninggalkan teman-teman di lapangan untuk mendekati Pegasus.
"Kuda, lihat! Lengan gue luka," ucap Star dengan sedikit nada manja.
Semua orang di sana seketika menatap Pegasus yang memasang tampang dingin, tanpa ekspresi, hanya alisnya bertaut melihat Star berdiri di depannya.
"Dasar lemah!" Setelah mengatakan dua kata itu, Pegasus berbalik dan melangkah meninggalkan semua orang di sana.
Pegasus tidak memedulikan perasaan Star. Dirinya hanya tidak ingin gadis itu mengganggu, mengejar dan mengemis perasaan padanya. Pegasus sama sekali tidak tertarik dengan gadis seperti Star.