Holla, update lagi nih wkwkwk
Mumpung lagi kesambet, sebisanya Shin update cerita ini.
Seperti biasa yah, jadwal update selalu random wkwkwk
Jangan lupa vote dan jejak komentar kalian. Kasih tanggapan sama cerita ini yah ^^
Happy reading :)
******
Pegasus kembali ke kelas dengan tatapan tajam dan wajah dingin tanpa ekspresi. Bukan hal aneh, tetapi bagi siapa pun yang cukup dekat dan mengenal pemuda itu, tentu tahu, aura apa yang sedang dipancarkannya.
"Kudanya kesiram es batu kayaknya, serem amat!" bisik Christoper.
"Jangan-jangan karena kejadian viral itu, mangkanya dia serem?" celetuk Samuel membuat Chris menoleh dengan alis bertaut.
"Apaan? Joget pargoy yang lagi viral?" tebak Chris sembarangan. Sam berdecak kesal mendengarnya, lantas mengeluarkan ponselnya dan memutar sebuah video.
"Eh, lo gak ngajakin gue nonton video porno di sini, 'kan? Bisa bahaya kalo ketahuan sama guru." Sam memutar bola matanya, jengkel. Pemuda itu mengarahkan kepala Chris agar fokus dengan isi video yang diputarnya di layar ponsel.
"What?!" pekik Chris, terbelalak kaget. Hampir semua mata di dalam kelas memandangnya mencari tahu ada apa, kecuali Pegasus. Pemuda itu hanya diam terpaku pada buku di tangannya.
Chris terkekeh salah tingkah menatap balik teman-temannya dan kembali berbisik pada Sam, mendiskusikan mengenai isi video yang barusan ditontonnya.
"Pegasus ditembak sama cewek? Udah gak aneh, 'kan? Kenapa jadi viral?" bisik Chris, sambil mencuri lirik ke arah Pegasus.
"Ck! Lemot!" ejek Sam sambil menyimpan kembali ponsel ke dalam saku celananya.
Chris menggaruk kepalanya yang tidak gatal, seolah sedang berpikir keras mengenai letak viral video itu. Sudah jadi rahasia umum, jika Pegasus sering kali ditembak oleh perempuan lebih dahulu. Pemuda sedingin kutub es itu selalu mengabaikan pernyataan cinta para gadis itu tanpa basa-basi. Setahu Chris, bagi Pegasus yang terpenting adalah buku pelajaran dan juga dance. Selain itu, temannya sama sekali tidak tertarik. Chris juga bisa memastikan jika Pegasus tidak pernah dekat dengan gadis mana pun.
Sam menyenggol lengan Chris sambil bertanya, "sudah ketemu jawabannya?" Hanya gelengan pelan yang bisa diberikan oleh Chris dan hal itu sudah bisa ditebak oleh Sam.
Sam menyuruh Chris merapat padanya, agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh Pegasus yang duduk tepat di belakang mereka. "Banyak cewek yang nebak dia, tapi gak ada cewek yang nembak se-bar bar cewek di video itu. Apalagi nembaknya di depan semua orang, bukan sembunyi-sembunyi kayak biasanya." Pada akhirnya, Chris mengangguk mengerti.
Benar! Apa yang dikatakan Sam seratus persen kebenarannya. Chris jadi ingin tahu, cewek mana yang punya kenekatan luar biasa itu. Sepertinya, mereka jarang sekali melihat gadis itu berkeliaran di sekitar kelasnya.
"Lo udah tau, siapa cewek dalam video ini?" bisik Chris bertanya pada Sam. Sam seolah detektif serta kantong doraemon yang serba tahu dan ada, lantas mengangguk dengan senyum miring di wajah tampannya.
"Esther Star, kelas XI," ucap Sam memberitahu.
Chris menepuk pundak Sam kuat, membuat pemuda itu mendelik kesal serta Pegasus ikut menoleh melihat tingkah kedua sahabatnya. "Sakit, sialan!" hardik Sam dan Chris terkekeh sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengah bersamaan.
Chris nekat berpindah tempat duduk. Kini bokongnya sudah menempel erat di kursi samping Pegasus. Pemuda tampan itu menyanggah kepalanya dengan sebelah tangan, menatap lurus Pegasus yang sibuk mencorat coret bukunya dengan berbagai rumus.
"Nama lo naik daun lagi, P." P adalah nama panggilan singkat yang dibuat khusus oleh Chris dan juga Sam.
"Lo gak niat kasih klarifikasi sama kita berdua?" Pegasus menatap Chris dan Sam bergantian lalu memutar bola mata, malas.
"Lo gak kasihan apa, P? Tuh anak, lo tolak mentah-mentah di depan orang banyak." Chris menatap lurus ke depan seolah sedang memikirkan perasaan Esther yang sudah pasti sangat malu karena ditolak oleh sahabatnya itu.
"Gak ada yang nyuruh dia nembak gue." Pegasus selalu saja memberikan jawaban singkat, padat untuk setiap pertanyaan.
Chris menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. "Tapi, P, apa yang lo lakuin sama tuh cewek tadi, lumayan jahat loh." Pegasus menatap Chris dengan tatapan tidak suka dan tidak setuju.
"Maksud lo, gue harus nerima dia gitu? Pura-pura? Biar dia gak malu?" Pegasus mulai mengeluarkan skill debatnya membuat Chris menelan saliva susah payah. Chris mengirimkan sinyal pada Sam, meminta bantuan. Dirinya sudah pasti akan terpojok jika Pegasus telah mengeluarkan rentetan pertanyaan dalam satu kalimat.
"Bukan gitu maksudnya, Chris, P. Kata-kata lo lumayan kurang enak didengar, pas lo ngatain cewek itu gila." Sam menengahi dan memberi penjelasan dengan bahasa yang cukup baik membuat Chris mengembuskan napas lega.
"Emang dia gila." Pegasus menutup bukunya dan menatap kedua wajah sahabatnya. Chris dan Sam sudah menyiapkan sepasang telinga mereka untuk mendengar cerita versi Pegasus tentang kejadian beberapa menit yang lalu.
"Gue gak tau, dia makhluk hidup muncul dari mana. Tiba-tiba, kejar gue, ngehalangi jalan gue dan bilang kalo dia suka sama gue. Sakit jiwa!" rutuk Pegasus sembari menceritakan ulang kronologi kejadian tadi.
Tanpa sadar, Chris menceletuk, "gue juga kalo jadi cewek, pasti bakal ngelakuin hal yang sama kayak cewek itu. Nekat, nembak cowok ganteng." Pegasus dan Sam menatap horor Chris.
"Cewek itu namanya Esther Star, anak kelas XI. Dia gak populer, tapi cukup terkenal. Berdasarkan informasi yang gue dapetin, dia suka jadi pesuruh orang lain terus dibayar gitu." Penjelasan Sam membuat Chris mengeluarkan ekspresi shocknya, dan Pegasus sendiri tampak tak acuh.
"Maksud lo? Dia mau gitu disuruh apa aja? Asal dibayar?" tanya Chris begitu penasaran. Sam mengangguk.
Pegasus diam, Sam juga memilih bungkam, tetapi Chris tetap saja membahasnya dan mengeluarkan dugaan-dugaan baru hasil pemikirannya. "Apa yang dilakuinnya sama P itu karena disuruh orang? Semacam taruhan gitu?" Sam mengangkat kedua bahunya.
"Berisik. Bubar!" Pegasus mengusir kedua sahabatnya dengan tegas. Seketika Chris lari terbirit-birit, kembali ke tempat duduk asalnya.
Pegasus mengepalkan telapak tangannya kuat sehingga urat tangannya terlihat jelas. 'Gue gak akan masuk dalam perangkap taruhan elo, cewek gila!' batin Pegasus.