Chereads / ARKANA : Imperfect Love / Chapter 6 - Tunas Kebaikan

Chapter 6 - Tunas Kebaikan

--Menularkan kebaikan akan menelurkan kebahagiaan untuk kita dan orang sekitar.--

Dalam satu minggu ke depan, gue dan Naira, bersama dengan anggota osis senior dan junior akan sangat sibuk sekali. Iya, gini-gini, gue dan Naira adalah anggota Osis. Dan hari Sabtu nanti, sekolah akan mengadakan dies natalis yang ke 45.

Sebagai panitia, gue terlibat di hampir semua acara. Apalagi, Pandu si ketua panitia, sejak awal sudah minta agar gue jadi wakil dia. Maksudnya tangan kanannya dia kalau tiba-tiba dia nggak bisa hadir. Jadi, ketika dia sedang ada kesibukan lain, dia menyerahkan keputusan ke gue. Akhirnya gue merasa benar-benar jadi orang penting di sekolah. Hahaha.

Tertulis di jadwal, mulai minggu depan, selama satu minggu penuh akan ada berbagai macam perlombaan. Baik antar kelas atau pun antar sekolah. Mulai dari bulu tangkis, basket, volly, tenis meja, futsal, cerdas cermat, dan masih banyak lagi. Dan puncaknya terjadi di hari minggu. Akan ada juga beberapa anak alumni yang akan unjuk gigi.

"Ka, makan yuk. Gue laper banget nih," ajak seorang perempuan yang suaranya sudah enggak asing lagi di telinga gue.

Gue melirik sekilas, setelah itu kembali fokus ke laptop yang ada di depan gue.

Enggak dapat jawaban, dia masuk dan duduk di sebelah gue. Oh ya guys, Perpus selalu menjadi tempat yang paling gue suka untuk berpikir dan menyendiri.

"Arka makan yuk...." Teriaknya ditelinga gue.

"Apaan sih. Astaga. Elo enggak lihat gue lagi sibuk?!"

"Iya, tahu..."

"Nah, yaudah."

"Ya tapi, kan, ini udah jam istirahat, Ka. Waktunya makan. Kan bisa dilanjut lagi ntar."

Sambil wajahnya memelas, dia terus berusaha membujuk gue buat makan bareng.

"Ini nanggung, Naira. Bentar lagi kelar. Lo makan duluan deh. Ntar gue nyusul."

"Enggak mau. Gue maunya barengan sama lo."

"Katanya Lo laper. Disuruh makan nggak mau. Gimana sih." Sambil gue terus fokus ke laptop.

"Ya iya, mangkanya lo cepetan selesaiin."

"Lo lupa jalan ke kantin?"

Dia menggeleng pelan. Sementara gue masih terus berkutik dengan laptop.

"Nah yaudah, berarti lo nggak perlu gue, buat anterin lo makan. Sekarang lo makan, gue mau beresin ini. Oke?"

"Enggak mau."

"Dih.. lo kenapa sih? Sakit? Apa lagi ngigau? Aneh banget."

Dia malah menidurkan kepalanya di bangku, sambil membolak-balik handphone nya.

Memang dasar ini cewek aneh. Paling bisa bikin gue kesal, tapi selalu gagal bisa marah.

"Yaudah oke. Ayo makan."

"Yeeee. ..yuk," ajaknya kegirangan.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

"Kenapa lagi? Tadi ngeyel ngajak makan, sekarang malah nggak mau makan. Kenapa sih nyebelin banget. Astaga..."

Kali ini biarkan gue yang ngomel. Sebel banget gue. Ya, kalian bayangin saja. Tadi ngajak makan, sampai di kantin, gue sudah pesan, dia bilang malas makan. Apa coba itu?

"Arka, lo bisa diem enggak!"

"Dih, malah dia yang sewot."

"Eh, harusnya itu gue yang marah sama elo." Seperti ada yang aneh, gue mencoba mengingat sesuatu. "Ooo gue tahu. Lo lagi PMS ya. Ya kan??"

Naira mengangguk pelan disertai nyengir kuda.

"Emang dasar lu ya. Bikin orang sebel melulu kerjaannya."

"Sssttt.. Nyeri banget nih, Ka. Aduuhhh."

Kedua tangannya terus meremas perut. Sesekali kepalanya disandarkan ke meja. Agak lucu sih, tapi kasihan juga.

Karena emosi yang susah dikontrol, rambut keriting yang tadinya terkuncir rapi, perlahan mulai berantakan. Tapi menurut gue, malah makin berantakan makin lucu, dia.

"Lo tuh aneh. Udah tau sakit perut, kenapa malah ngajak makan? Kenapa lo enggak tiduran aja di UKS? Ribet banget sih ya Allah nih orang."

"Yaudah, anterin gue ke UKS yuk."

"Lah, ini makanan gimana? Gue udah pesen."

"Gue udah enggak kuat. Sakit banget ini," rengeknya sekali lagi.

"Ini bakso dua porsi, Nai. Ya makan dulu kek, abis itu baru ke UKS."

"Elo enggak kasihan sama gue, Ka?!"

Gue menarik napas dalam-dalam sampai paru-paru gue terisi penuh, dan menghembuskan perlahan.

"Oke. Kita ke UKS sekarang. Biarin aja ini makanan mubadzir." Gue beranjak dari tempat duduk.

"Tapi nggak boleh kan buang-buang makanan? Yaudah, kita makan dulu deh. Abis itu gue ke UKS. Gue sendiri aja deh. Nggak usah di anter. Lo lagi sibuk kan?"

Tanpa rasa bersalah sama sekali, dia kembali duduk dan menikmati bakso yang tadi gue pesan. Seketika sikapnya kembali normal. Ini seperti acara hipnotis yang ada di tv. Bisa berubah-ubah begitu moodnya.

Berhadapan dengan cewek yang lagi PMS itu memang menguji kesabaran. Kita harus menjadi seperti air. Yang memberi kesejukan. Yang mendinginkan. Yang menenangkan. Karena yang kita hadapi itu, bukan hanya singa yang bersiap mengamuk, tapi juga api yang sewaktu-waktu bisa membakar.

Sebisa mungkin hindari perdebatan dengan perempuan yang lagi PMS. Atau jika sudah terlanjur, cosplay menjadi Pak Mario Teguh adalah pilihan yang tepat.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Senin, 25 Januari 2020. Hari pertama diadakan perlombaan di SMA Tunas Bangsa. Lomba dimulai dari pukul 09.00 sampai selesai. Jadwal lomba hari ini futsal. Selasa waktunya volly. Rabu, bulu tangkis. Kamis basket, Jumat acara random. Dan Sabtu waktunya cerdas-cermat antar sekolah. Bukan hanya tingkat SMA saja. Tapi mulai dari SD, SMP dan SMA sederajat, bisa mendaftarkan diri untuk memeriahkan acara.

Hadiah yang diperebutkan untuk lomba cerdas cermat ini tidak main-main. Selain mendapatkan piala dan piagam, mereka yang mendapatkan juara 1-3 akan mendapatkan beasiswa. Karena di SMA Tunas Bangsa, bukan hanya fokus di sekolah menengah atas saja, tetapi lengkap. Mulai dari SD sampai SMA. Jadi siapa pun yang menang nantinya bisa sekolah secara gratis tanpa harus membayar sepeser pun. Menarik bukan?

Dan mata pelajaran yang diperlombakan diantaranya; Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

Pendaftaran tidak dipungut biaya apa pun. Hanya menyerahkan fotokopi kartu pelajar sebagai identitas siswa. Pihak sekolah tidak ingin memberatkan anak-anak yang memang niat ingin belajar dan meraih cita-cita.

Kepala sekolah, Ibu Hera Sulistyorini, pernah berkata saat apel upacara, bahwa kita tidak boleh membisu atau pura-pura tuli, melihat kebodohan masal. Kita seharusnya menjadi pelopor kecerdasan anak bangsa. Tidak perlu menunggu menjadi orang besar untuk membantu sesama. Mulai dari sekarang, lihat sekitar, tularkan kebaikan. Tunas Bangsa siap membantu siapa pun yang memiliki potensi dan punya keinginan kuat untuk belajar.

Seandainya semua orang-orang besar negeri ini mau mendengarkan jeritan orang bawah, pastilah tidak akan lagi kita temui anak-anak yang tidak bisa membaca dan menulis. Akan berkurang, anak-anak yang luntang-lantung hidup di jalanan tanpa masa depan yang jelas. Pergerakan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Mari saling peduli. Setiap anak bangsa, berhak memiliki dan meraih impian mereka.

Dengan semangat berapi-api dan suara bergetar, beliau mengajak untuk saling peduli. Jangan bangga menjadi orang yang 'bisu dan tuli' terhadap sekitar.