--Aku akan selalu hadir di setiap momen penting dalam hidupmu.--
Demi mendapatkan makan gratis dari Naira, gue harus mengikuti kemauan dia, kemana pun dia pergi. Tapi kalau dipikir-pikir, ini lebih seperti, gue jadi bodyguard nya Naira. Pertama-tama gue terpaksa menemani dia ke salon. Hampir dua jam gue nungguin dia. Lo bayangin, gue harus duduk diam, enggak ngapa-ngapain selama kurang lebih dua jam. Itu kalau gue tidur, mungkin sudah mimpi indah dua segmen sekaligus. Gue enggak tahu si Naira ngapain saja di salon selama itu. Yang jelas aktivitas gue hanya main ponsel, buka tutup majalah, setelah itu gue mencoba untuk tidur. Meskipun nggak bisa.
Setelah dari salon, dia bilang mau belanja sebentar.
"Ka, temenin gue beli sepatu ya. Gue kemarin lihat ada sepatu bagus. Kebetulan sepatu gue juga udah jelek," pintanya seperti orang yang tak berdosa sama sekali.
Oke. Mungkin ini adalah cara Tuhan nguji kesabaran gue dalam menghadapi perempuan. Terlebih perempuan unik seperti Naira. Iya, hitung-hitung latihan kalau sewaktu-waktu pacar gue tiba-tiba ngajak jalan, padahal gue lagi capek, dan cuma mau tidur.
Sampai di toko sepatu yang dia maksud. Perut gue sebenarnya sudah mulai lapar. Tapi masih bisa ditahan. Yang nggak bisa ditahan itu rasa bosan saat harus menemani perempuan belanja. Beli satu sepatu saja lama banget. Padahal, di awal dia bilang ada sepatu yang sudah menjadi incarannya. Begitu sampai toko, kenapa harus lihat-lihat sepatu lain, yang malah membuatnya menjadi bingung. Aneh.
"Ka, menurut lo bagusan yang mana?"
Dia menyodorkan dua jenis sepatu yang berbeda. Tangan kanan memegang sepatu yang katanya menjadi incarannya sejak lama. Sedangkan tangan kirinya sepatu merk ternama yang memang bagus menurut gue.
"Ya elo lebih suka yang mana?" Jawab gue acuh. Hanya melihat sekilas, setelah itu kembali main ponsel.
"Arka, yang mana?"
"Beli dua-duanya aja."
Kalimat terakhir gue rupanya membuat dia jadi semakin bingung. Karena tidak mungkin untuk membeli keduanya dalam waktu yang bersamaan. Iya, meskipun dia dari keluarga berada, tapi sebisa mungkin dia tidak membeli sesuatu untuk hal-hal yang nggak begitu penting. Selain itu, dia juga bekerja. Katanya dia mau belajar mandiri. Nggak mau bergantung sama kedua orang tuanya. Meskipun sampai saat ini gue juga enggak tahu pekerjaan apa yang dia lakukan. Dia hanya bilang ke gue waktu itu, kalau pekerjaannya ini halal. Sangat halal malahan. Ini adalah salah satu sisi positif dari Naira, dibalik sikapnya yang nyeleneh itu. Dan gue bisa mengambil kesimpulan bahwa, membeli sesuatu itu harus sesuai dengan kebutuhan. Bukan mengikuti nafsu semata.
"Nai, udah?"
"Bentar, ka..." jawabnya sambil mengamati sepatu-sepatunya.
"Lama banget." ucap gue setengah berteriak. Sementara waktu terus berjalan. Perut gue mulai nggak bisa dikondisikan. Semakin lama intensitas bunyi keroncong di perut semakin sering terdengar.
Karena sudah berjam-jam duduk, pantat gue rasanya panas banget. Capek juga. Untuk memastikan dan mengatasi rasa bosan itu, gue memutuskan untuk menghampiri Naira. Karena kalau dibiarkan, bisa-bisa matanya melirik ke arah lain, yang berakibat dia kepincut barang lain. Dan jadi tambah bingung lagi. Tambah lama lagi.
"Kalau bingung, beli dua-duanya aja Nai. Udah. Masalah beres."
"Gila lo beli dua-duanya. Lo pikir gue crazy rich apa, beli sepatu kayak beli kacang goreng," jawabnya agak kesal.
"Yaa, dari pada lo bingung kan?"
"Ka, kalau lo nggak bisa kasih saran atau nggak mau bantuin gue, mending diem."
"Lamaa banget Naira..."
"Iyaa, sabar dulu ini bentar lagi."
Melihat ekspresi kesal gue, Naira mencari pembenaran, " Kan perjanjiannya lo harus nemenin gue belanja. Ya nggak boleh kesel dong. Harus happy. Senyum dong."
Ya, memang benar apa yang dikatakan Naira. Gue cuma bisa mengangguk pasrah, meskipun sebenarnya sudah sangat bosan. Dan juga lapar. Saat gue memperhatikan gerak-geriknya, sepertinya masih lama. Akhirnya gue memutuskan untuk beranjak dari tempat membosankan itu. Gue berpikiran kalau pergi ke pameran mobil dilantai dasar lebih asik dari pada cuma duduk, diem, bengong, kayak patung. Biarkanlah Naira sibuk dengan pikirannya sendiri. Gue juga akan refreshing dengan cara gue sendiri.
Kali ini pandangan gue mengarah ke deretan mobil-mobil Sport. Ada salah satu yang mencuri perhatian gue, yaitu Tesla. Mereka berhasil mencuri perhatian gue sejak masuk mall. Sebenarnya gue juga nggak begitu paham soal mobil. Soal otomotif. Tapi saat berpenghasilan sendiri, gue mulai berpikir kalau gue harus bisa punya sesuatu yang juga bisa jadi investasi. Dan pilihan jatuh ke mobil. Bismillah, pelan-pelan, semoga nanti terkabul. Gue percaya dengan pepatah, tidak ada yang tidak mungkin, kalau kita mau berusaha. Tuhan pasti menyertai setiap usaha yang kita lakukan.
๐๐๐
Sementara itu di tempat lain, empat orang sedang sibuk mempersiapkan kejutan. Bahkan sengaja menyewa sebuah tempat demi melancarkan aksi mereka. Niat sekali. Empat jempol.
Ruangan itu diubah menjadi seperti tempat yang begitu private. Di bagian depan sengaja di desain panggung kecil lengkap dengan piano dan gitar.
Semua mendapat tugas masing-masing. Ada yang bertugas untuk membuat birthday cake, membeli kado, mendesain tempat acara, dan yang paling penting adalah membuat sibuk tersangka utama biar nggak curiga.
Mereka semua berusaha sedemikian rupa agar kejutan ini nggak gagal, seperti tahun lalu. Dimana semua rencana yang sudah tersusun dengan rapi, harus gagal total, karena si tersangka utama sudah mengetahui tak-tiknya.
Orang-orang yang mulanya sangat excited berubah ekspresi menjadi kesal, sebal dan marah-marah karena merasa semua yang dilakukan sia-sia.
Shaga adalah orang yang paling terlihat biasa saja mimik mukanya, saat yang lain terlihat nggak sabar. Mungkin karena dia laki-laki yang nggak terlalu suka kejutan. Oleh karena itu dia memutuskan untuk menunggu dan berjaga-jaga diluar, bersama dengan seorang karyawati di restoran itu. Dia mencoba bertanya apa pun yang bisa ditanyakan, agar nggak terlihat canggung mungkin.
Satu lagi yang memegang kendali penting adalah Halil. Dia bertugas mengabadikan momen yang akan terjadi malam ini. Untuk itu, dia sengaja memasang empat buah kamera di setiap sudut ruangan. Halil sengaja menyembunyikannya di tempat yang sekiranya susah untuk dijangkau orang, tetapi tetap bisa memantau gerak-gerik setiap orang. Sebenarnya ini atas inisiatifnya sendiri. Nggak ada dalam agenda kejutan yang sudah dirancang. Dia ingin memberikan kejutan sendiri. Good job Halil.