Hari ini Marsha akan mendapatkan hukuman langsung dari CEO grup Archuleta tidak segan-segan Danish membawa Marsha menuju gedung miliknya yang menjulang begitu tinggi. Setibanya, Danish membawa Marsha masuk ke dalam dan kedatangan mereka dua langsung menarik perhatian karena Marsha sama sekali belum pernah mereka kenal.
"Tuan, saya minta maaf kumohon," pinta Marsha pelan.
Namun sepertinya Danish tidak mendengar ucapan maaf ya dan terus membawa Marsha menuju lantai tiga puluh. Pintu lift terbuka dan Danish kembali menarik Marsha hingga mereka kembali menjadi pusat perhatian karena para karyawan kaget melihat Marsha yang polos dan berbeda dengan mereka.
Danish tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menatap satu-persatu karyawan yang sepertinya membutuhkan penjelasan kehadiran Marsha di perusahaannya ini. Danish lalu menaikkannya dagunya dan genggaman tangannya semakin erat hingga Marsha seperti terlihat kesakitan namun Danish sama sekali tidak memperdulikan itu.
"Sekretaris Tevan umumkan di situs resmi grup Archuleta wanita ini akan aku nikahi sekarang dengan alasan jodoh tidak akan tahu kapan datang!" tegas Danish lalu kembali menarik Marsha menuju ruang kebesarannya.
"Baik Tuan Muda," jawab sekretaris Tevan bahagia.
"Sekretaris Tevan, bisa kau jelaskan barusan?" tanya salah satu karyawan wanita di sana dengan heboh
"Seperti yang kalian dengar Tuan Muda akan menikah. Sana kembali bekerja!" ucap sekretaris Tevan datar.
Namun berbeda dengan Marsha syok menjadi ucapan Danish barusan. Menikah? Hal ini tidak pernah ia pikirkan dalam rencana hidupnya yang keras ini namun seorang pangeran tampan tiba-tiba datang menghampiri ya dan menjadikannya sebagai ratu hanya hitungan detik. Tanpa Marsha sadari mereka sudah tiba di ruang kebesaran Danish yang luas dan wangi. Kedua bola mata Marsha membulat pertama kali ia melihat ruangan seperti ini yang luasnya bahkan melebihi rumah kontrakan ia huni.
"Kalian dandani wanita ini secantik mungkin!" ucap Danish kepada para perias.
"Untuk apa Tuan?" potong Marsha takut.
"Kita menikah sekarang!" ucap Danish datar.
"Apa?!" pekik Marsha.
"Hukumanmu ya ini menikah denganku. Kau tidak mau menikah dengan pria tampan sepertiku? Seharusnya kau beruntung karena masih ada pria yang mau menikah dengan wanita sepertimu," tambah Danish sambil menatap layar ponselnya melihat kerja sekretaris Tevan dan senyuman manisnya terlihat.
"Pria ini kenapa arogan sekali? Tampan sih ia tapi sifatnya itu menjengkelkan," decih Marsha.
"Kau pergilah berdandan secantik mungkin jangan buat aku malu nanti di hadapan kolega dan keluargaku!" tambah Danish.
"Tuan, saya tidak mau menikah dengan anda karena kita tidak ada hubungan dan hanya sebatas pelayan dan pelanggan,'' tolak Marsha halus sambil menolak ajakan perias hendak membawanya keluar dari ruangan tersebut.
Danish tertegun mendengar ucapan Marsha barusan seketika tangannya berhenti berkutat dan raut wajahnya langsung berubah menjadi dingin. Danish memberikan intruksi agara semua keluar setelah semuanya keluar, Danish mendekati Marsha yang masih berdiri di tempatnya dengan perasaan yang was-was.
"Kau masih mau menolak ajakanku menikahi wanita sepertimu yang bukan kriteriaku tapi kali ini aku berbaik hati karena tahu kau lagi membutuhkan biaya untuk membayar hutang keluargamu yang ada di kampung. Dengar, kau bisa bekerja karena restoran itu adalah milikku jadi jika aku pecat kau mau makan apa kau di sini lalu, bagaimana kau akan membayar hutang keluargamu yang sudah menumpuk?" terang Danish penuh penekanan dan kedua bola mata elangnya tidak hentinya menatap manik mata cokelat Marsha yang sudah menganak.
''Tu-Tuan tapi saya.'' Danish langsung menggendong Marsha ala bridal dan membawanya keluar.
''Kau wanita yang tidak tahu berterimakasih. Diamlah jika tidak aku akan membuatmu tidak bisa berbicara,'' ucap Danish dingin.
"Tuan mau ngapain, Saya?" tanya Marsha kaget namun, Danish tidak peduli dan terus berjalan melewati beberapa meja karyawannya.
Para karyawan sontak kaget melihat pangeran tampan mereka menggendong wanita yang mereka yakini adalah calon istri Danish yang baru aja diumumkan situs resmi grup Archuleta. Mereka patah hati melihat sang CEO tampan mereka akan sold out dengan wanita yang bukan setara dengan mereka. Marsha malu dengan posisinya saat ini dan langsung menenggelamkan wajahnya dibalik leher Danish sambil mengeratkan pelukannya hingga wajah sang CEO sudah terlihat merah menahan setiap hembusan napas Marsha.
''Kau jangan menggodaku sekarang,'' bisik Danish.
"Apa? Aku tidak menggoda anda Tuan?!" pekik Marsha.
"Kau wanita yang aneh,'' tambahnya dengan raut wajah yang dingin dan datar.
Marsha semakin bingung dan tidak mengerti yang diucapkan Danish namun telinganya kembali sakit mendengar bisik-bisik para karyawan lebih tepatnya saat ini mereka sudah di lobby perusahaan. Semua penasaran dengan sosok calon istri masa depan CEO idaman mereka yang lagi trending topik saat ini.
"Ya Tuhan mereka kenapa mesti ada di sini? Aku malu sekali dengan keadaanku saat ini apalagi Tuan Muda sepertinya tidak peduli,'' jerit Marsha dalam hati.
Kini Danish dan Marsha tepat berada di pintu keluar menunggu mobil pribadi datang. Raut wajah Danish berubah drastis menjadi dingin karena sang sopir tidak kunjung tiba padahal tangannya sudah pegal menggendong Marsha.Akhirnya yang ditunggu tiba sebuah mobil mengkilat berhenti tepat di hadapan Danish serta sekretaris Tevan.
"Maaf Tuan anda menunggu lama,'' ucap sekretaris Tevan lalu membuka pintu.
"Kau tinggal di sini Tevan dan urus perusahaan karena aku akan menikah hari ini!" ucap Danish datar.
"Baik Tuan Muda, selamat bersenang-senang,'' balas sekretaris Tevan bahagia.
"Apa bersenang-senang?" ucap Marsha dalam hati pikirannya melayang hal yang bukan-bukan dengan pria matang di hadapannya ini.
"Kau tidak mau turun? Berat badanmu kenapa berat sekali? Padahal kau itu kurus.'' Marsha tergelak mendengar ucapan Danish barusan yang berat dan penuh penekanan.
"I-iya Tuan.'' Walaupun wajah Danish terlihat menakutkan namun Marsha senang akhirnya bisa turun dari gendongan pria yang tidak ia kenal sama sekali bahkan nekat mau menikah secara mendadak dengannya.
Kedua kaki Marsha akhirnya menyentuh teras lalu mata coklatnya menyapu tidak ada siap-siapa di sekelilingnya. Senyuman smirk terlihat dari bibirnya untuk kabur dari jeratan sang CEO idaman para karyawannya. Namun, setiap gerak-gerik Marsha ternyata sudah diketahui Danish sejak ia diturunkan.
"Selangkah lagi kau melangkah kau akan aku pulangkan kepada kedua orangtuamu yang ada di kampung sukamaju dan tentunya kau akan menikah dengan pria tua yang sudah beranak cucu,'' kekeh Danish tenang yang sudah berada dalam mobil lebih dulu. Marsha seketika mematung mendengar ucapan Danish yang terdengar mengerikan.
Air mata Marsha lolos begitu aja dan oksigen di paru-parunya habis ia tidak tahu harus memilih mana menikahi pria tua atau mengikuti ucapan Danish sementara ia tidak mengenal Danish yang arogan.