Marsha mengerutkan kening memperhatikan adegan setiap adegan yang tersaji namun tiba-tiba kedua bola matanya terbelalak ketika melihat di balik layar ponsel sang Nenek ternyata mampu membuat tubuh panas dingin. Pelan-pelan Marsha memperhatikan wajah Nenek dan Danish yang terlihat begitu tenang tanpa menunjukkan ekspresi karena bagi mereka dua melihat adegan seperti itu sudah hal biasa tapi di luar negeri. Perasaan Marsha semakin tidak karuan bahkan napasnya naik turun sampai pasokan oksigen pada paru-parunya menipis.
"Kau coba lakukan seperti ini menantu pasti benda tegak bengkok milik Danish jadi lurus," ucap Nenek tanpa merasa bersalah. Marsha geleng-gelengkan kepala karena tidak sanggup melakukan itu di hadapan pria yang bukan ia cintai. Pernikahan mereka ini hanya didasari hukuman, penebus hutang dan bonus. Marsha telan ludah rasanya tidak mungkin melakukan itu sekarang.
"Nenek, saya tidak bisa." Namun Nenek langsung menarik Marsha menuju tempat tidur dan mendudukkan di sana.
"Jangan membantah kalau kau mengenakan gaun ini pasti cocok karena tubuhmu kecil dan pendek marah," potong Nenek.
"Marsha Nenek bukan marah," lirih Marsha pelan. Wajahnya terlihat cemberut karena Nenek terus melupakan namanya.
"Oh ia astaga kenapa Nenek selalu lupa namamu? Makanya menantu harus mengenakan ini biar kau tidak terlihat anak kecil, ia bukan Danish?" tambah Nenek sambil melirik Danish yang sedari tadi tidak berhenti.
"Apa hubungannya gaun dan nama?" gerutu Marsha. Danish mendekat sambil tersenyum kecil melihat gelagat Marsha yang gugup.
"Nenek, gaun apapun yang dikenakan Marsha tidak akan pernah dipertunjukkan kepada siapapun tapi hanya di hadapan Danish seorang," balas Danish lembut.
"Kenapa? Apa Nenek tidak berhak melihatnya?" tanya Nenek kesal.
"Nenek duduklah di sini dan perhatikan Marsha. Seandainya ia memakai gaun merah menyala ini lalu bergoyang indah istriku akan malu sweetie. Tapi bedalah jika hanya kami dua pasti Marsha akan bergoyang lebih dari vidio itu Nenekku yang cantik," terang Danish lalu mengedipkan kedua bola matanya kepada Nenek mengisyaratkan malam ini akan malam yang panjang untuknya dan Marsha.
"Ya Tuhan apa-apaan mereka? Aku merasa tidak dihargai sebagai menantu di sini," rutuk Marsha dalam hati.
"Oh ia benar yang kau katakan itu Danish. Kau menantu jangan lupa berikan service naik turun tapi yang lembut kepada Danish karena benda tegak bengkoknya butuh sentuhan lembut. Kau mengerti kan?" tanya Nenek antusias.
"I-iya Nenek," jawab Marsha gugup.
"Kalau begitu Nenek istirahat dulu. Selamat bersenang-senang," tambah Nenek sambil menguap.
"Terima kasih hadiahnya sweetie," ucap Danish sambil tersenyum penuh kemenangan melihat gaun kurang bahan itu sudah di tangannya.
"Jangan lupa abadikan cucu karatan," sahut Nenek lalu hilang di balik pintu.
"Nenek selalu yang terbaik," kekeh Danish.
Nenek Danish menuju pintu lalu mengunci agar tidak ada yang mengganggu lagi malam pertamanya dengan Marsha lalu, Danish mulai mendekati Marsha sambil menanggalkan pakaiannya. Marsha wanita kalem dan polos mulai bergidik ngeri melihat Danish hanya mengenakan celana pendek sempit yang berwarna kuning kontras.
Kedua bola mata Marsha terbelalak melihat benda tegak bengkok di sana tidur nyenyak namun sekilas dilihat gemuk. Marsha telan ludah dan langsung menunduk tidak berani menatap semua pemandangan di hadapannya ini.
"Apa yang kau lihat?" tanya Danish sambil menghilangkan keheningan dalam ruangan tersebut.
"Ti-tidak ada Tuan," jawab Marsha gugup. Marsha semakin menunduk karena takut melihat tatapan Danish yang terlihat kelaparan. Apalagi jika Danish meminta sesuatu yang tidak bisa ia berikan karena dirinya datang ke sini dalam keadaan mendadak. Bahkan, ia saat ini masih mengenakan pakaian pengantinnya otomatis suasana semakin canggung.
Danish semakin mendekati Marsha dengan tatapan penuh seringainya lalu dia hembuskan napas yang bau mint itu ke wajah Marsha yang pucat.
"Tapi kau pasti tergiur melihat ini tadi," ucap Danish.
"Maaf saya mau membersihkan tubuh dulu Tuan," alasan Marsha lalu beranjak dari sana dengan wajah yang memerah. Berjalan pelan-pelan menuju kamar mandi sambil menyeret baju pengantinnya yang panjang dan berat.
"Stop berhenti di sana!" teriak Danish cepat.
"Ya Tuan? Oh ia anda mau ingin mandi duluan silahkan. Saya akan menunggu di sini sambil membersihkan wajah," ucap Marsha berusaha tenang namun jantungnya lari maraton.
"Aku akan menunggumu selesai mandi tapi habis itu kau akan mempunyai tugas dengan ini," tambah Danish tersenyum penuh arti lalu tangannya sudah meraba napas kehidupannya di bawah sana penuh bangga. Marsha tarik napas sambil memutar kedua bola matanya lalu, tanpa menjawab pertanyaan Danish selalu menggodanya ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
"Dasar pria aneh. Di luar aja galak namun di kandang seperti bayi yang baru menetas," gerutu Marsha. Danish mengusap wajahnya kasar karena ekspresi Marsha biasa aja wanita yang sudah menjadi istri dadakannya sudah menghilang dari balik pintu kamar mandi. Tiba-tiba ponsel Danish berdering raut wajah Danish mengernyit.
"Belle?" ucap Danish pelan tanpa sengaja jarinya mengusap layar tersebut.
"Halo Danish sayang kau ada di mana sekarang?" tanya Belle antusias.
"Ada apa mencariku?" tanya Danish dingin.
"Kenapa kau tadi meninggalkan aku sendirian di restoran? Kau tahu para karyawan membicarakan kita dua karena kau pergi secara tiba-tiba dengan pelayan itu," ucap Belle dengan suara yang terdengar manja.
"Aku sibuk kau tahu aku banyak jadwal apalagi mengurusi pelayan tidak ada waktuku," alasan Danish. Belle tersenyum dengan sendirinya di sana karena dia tahu Danish tidak akan berpaling dengannya.
"Danish aku kangen," rengek Belle tiba-tiba. Danish mengerti ucapan Belle dan langsung mendengus kesal.
"Tuan?" panggil Marsha pelan karena malu keadaanya saat ini dalam keadaan polos di balik pintu kamar mandi.
"Ada apa?" tanya Danish dingin namun kedua bola matanya tidak lepas menatap kaki Marsha yang putih. Marsha sedikit tersipu karena Danish menatapnya tanpa berkedip.
"Danish kau bersama siapa di sana sepertinya aku mendengar suara wanita?" tanya Belle panik di seberapa sana.
"Tuan, saya melupakan bawa pakaian ganti anda tahu kedatanganku ke sini tidak bawa apa-apa kecuali tubuh ini," lirih Marsha pelan. Danish langsung beranjak dari sana tanpa memperdulikan Belle mengoceh tidak jelas. Saat ini Danish begitu berdekatan hingga Marsha semakin gugup apalagi keadaannya saat ini polos tanpa mengenakan apapun.
Danish menyapu Marsha dari atas sampai ke bawah namun pandangannya hanya tertuju ke arah kaki Marsha yang keluar sedikit.
"Marsha, istriku lebih tepatnya penebus hutang keluarga. Apa kau sedang menggoda Danish Maxwell sayangku?" goda Danish dengan senyumannya yang menawan.
"Tu-tuan saya tidak bermaksud menggoda anda." Namun Danish langsung menarik Marsha keluar dari balik pintu kamar mandi hingga Marsha berteriak kencang karena keadaannya yang membuat ia malu.