Alex sontak langsung tertawa terbahak-bahak mengerti ucapan Danish sungguh malam ini hari paling bahagia untuknya bisa melihat Danish menderita karena tidak bisa mantap-mantap. Walaupun dia tidak jadi menetas dengan wanita yang disewa namun Alex merasa impas atas kelakuan Danish terhadapnya semena-mena.
"Itu lebih baik daripada kau melakukannya malam ini Danish," ucap Alex masih tertawa.
"Diamlah aku tidak butuh wanita itu lagi," kesal Danish.
"Jangan katakan seperti itu Danish karena kakak ipar masih butuh menyesuaikan lingkungan barunya apalagi dengan napas kehidupanmu yang lemah dan lemas," ledek Alex tidak hentinya dia selalu menggoda Danish.
"Kau minum dulu biar otakmu terbuka membayangkan mantap-mantap!" ucap Danish kesal.
"Dan kau tidak minum? Ini adalah obat stress karena tidak bisa mantap-mantap Danish," lanjut Alex lalu dia meneguk wine sampai habis.
Danish tidak menjawab karena jika dia menyahuti Alex sampai pagi tidak akan habis kain lap. Danish kembali meneguk wine tersebut tanpa memperdulikan Alex terus mengoceh tidak jelas. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, Alex tersenyum lalu berjalan.
"Halo Tuan Muda butuh service malam ini?" goda wanita malam tersebut sebanyak empat orang.
"Bukan aku tapi dia," tunjuk Alex ke arah Danish yang sudah berbaring di tempat tidur Alex.
"Oh si tampan." Keempat wanita malam itu langsung berhambur kepada Danish.
"Stop! Kalian bersih tidak?" tanya Danish menahan mereka semuanya.
"Danish aku dokter tentu mereka steril," jawab Alex.
"Tapi mereka terlalu banyak," kesal Danish.
"Sampai pagi," balas Alex tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Danish mau tidak mau akhirnya terjerumus ke dalam permainan Alex bermain api dengan wanita malam di ruang tengah terbuka. Karena hanya Alex sendiri tinggal dia bebas melakukan apapun termaksud melakukan hubungan terlarang dan baginya tidak akan menjadi masalah karena ini adalah kesenangannya di masa muda.
Empat wanita malam masing-masing mengambil peran atas Danish dan Alex sampai setiap sentuhan itu membuat Danish ingin melayang. Alex tersenyum puas karena Danish ternyata menerimanya walau tidak sepenuhnya.
"Danish enak bukan? Ini namanya adalah surga kenikmatan kapan lagi kita menikmatinya jika bukan sekarang. Lihatlah kau ternyata diam-diam menikmati tanpa mengeluarkan suara," erang Alex setelah selesai mengeluarkan gejolaknya pada tubuhnya.
"Tidak ada rasanya," balas Danish datar namun wajahnya tidak bisa dibohongi karena Danish memejamkan kedua bola matanya karena wanita malam itu terlalu dalam menggigit permen lollipop ya. Danish tidak mau menyatukan dirinya dengan wanita sembarang karena dia masih sayang dengan napas kehidupannya.
"Seperti ini lebih baik enak Danish." Alex langsung membalikkan wanita malam itu dan duduk di hadapannya mereka dua tertawa puas karena berhasil menyelesaikan permainan yang menguras tenaga. Danish tidak menanggapi ucapan Alex karena terlalu menikmati permainan wanita malam tersebut apalagi setiap jarinya yang halus menambah geli.
"Oh cepatlah lakukan kau lambat sekali mengeluarkannya," pekik Danish. Wajah putihnya bahkan memerah menahan gejolaknya ingin keluar.
"Kau sepertinya butuh bantuan istrimu, Danish?" kekeh Alex setelah selesai melakukan mantap-mantap.
"Dia tidak akan pernah berguna jadi jangan sebut namanya Alex," ucap Danish penuh penekanan.
"Tidak berguna tapi akan berguna jika kau menginginkannya jika lagi ingin seperti ini," tambah Alex.
"Dia hanya wanita penebus hutang tidak ada hubungannya dengan main mantap-mantap," balas Danish lalu menyadarkan tubuhnya ke sofa setelah selesai mengeluarkan calon bibit unggulnya.
"Tapi kakak ipar masih murni Danish. Aku tahu dia belum pernah kena sentuh pria manapun dan kau adalah pria yang beruntung jika berhasil masuk ke dalam dirinya," goda Alex terus agar Danish tidak menyia-nyiakan Marsha yang masih labil.
"Itu tidak benar dia pasti sudah dipakai pria di luar sana. Mana ada lagi wanita baik-baik di jaman sekarang ini," celutuk Danish.
"Kau pasti salah menilai kakak ipar karena gagal dalam hubungan asmara selama ini," bela Alex.
"Terserah kau aja aku tidak peduli." Danish beranjak dari sana dengan keadaan yang lusuh dan kusut. Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari ternyata dia dan Alex melakukan mantap-mantap kurang lebih empat jam tanpa jeda.
"Bagaimana kekasihmu saat ini apa dia tahu kau sudah menikah dengan wanita yang dia pilih melayani kalian tadi siang?" tanya Alex. Mereka dua kini minum di bar mini Alex begitu banyak jenis minuman impor yang nilainya tinggi.
"Belle?" ucap Danish datar.
"Dia kekasihmu Danish," tambah Alex lagi.
"Dia hanya wanita terobsesi aku tidak tertarik dengan wanita seperti itu," kesal Danish jika membahas nama Belle.
"Semua wanita kau tidak tertarik kapan ada junior Maxwell sementara kau sudah tua Danish?" balas Alex lalu meneguk wine-nya sampai habis.
"Lalu apa bedanya kau Alex?" tanya balik Danish.
"Oh Danish kau sudah menikah tinggal cetak. Jangan kau samakan kau dan aku kita dua beda," rutuk Alex karena temannya ini lambat.
"Aku pulang," ucap Danish datar lalu beranjak dari sana.
"Kau tidak menginap?" tanya Alex ikut juga beranjak dari sana.
"Marsha pasti menungguku." Danish menuju parkiran tanpa peduli Alex lalu langsung melajukan kendaraannya membelah jalan raya yang lengang.
"Dasar pria karatan," decih Alex lalu masuk ke dalam karena suhu udara dingin di luar.
Sepanjang perjalanan Danish menatap kosong jalan raya bayang-bayang tubuh kurus Marsha menghantui pikirannya apalagi setiap perkataan Alex membuat pikirannya kacau. Setelah banyak mengeluarkan calon bibit unggulnya sama sekali tidak membuat isi kepalanya plong justru semakin sakit. Danish yang terkenal pria dingin serta pria penakluk wanita membuat namanya semakin terkenal dikalangan para wanita sampai mereka menyerah setiap sentuhan yang diberikan Danish.
Suasana mansion Danish yang sepi Marsha menggeliat karena merasa tubuhnya sakit dan pegal apalagi ia saat ini sedang kedatangan tamu semakin menambah ngilu pada pinggangnya. Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari Marsha bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tamunya, ia belum menyadari Danish tidak ada di sampingnya. Danish yang baru tiba masuk ke dalam kamar langsung merebahkan tubuhnya namun, hanya beberapa detik memejamkan kedua matanya Danish sadar Marsha tidak ada di sebelahnya.
"Di mana wanita itu?" tanya Danish pelan lalu duduk.
Pintu kamar mandi terbuka pelan Marsha menguap karena masih mengantuk.
"Oh astaga Tuan Muda sejak kapan anda di sana?!" pekik Marsha melihat Danish sedang duduk tepi tempat tidur menatapnya datar.
"Ayo tidur karena masih terlalu cepat bangun," ucap Danish datar.
"Ta-tapi Tuan saya." Marsha langsung diam karena melihat tatapan Danish tajam. Terpaksa ia mengiyakan perkataan Danish daripada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Subuh itu suasana terasa canggung karena perdana bagi Marsha tidur bersama pria beda dengan Danish para wanita adalah obat untuk dirinya.
"Kau sudah tidur?" tanya Danish pelan.
"Belum Tuan Muda," balas Marsha pelan nyaris tidak terdengar.