Marsha pelan-pelan tarik napas lalu ia menghembuskan kuat dengan ini perasaanya yang sakit bisa terobati apalagi mendengar ucapan Danish barusan. Andaikan aja ia bisa kabur dari situasinya ini menolak menikahi kakek-kakek serta Danish. Suasana seketika hening hanya semilir angin yang berhembus cukup kencang mengenai dua wajah beda jenis itu. Namun, tiba-tiba suasana mulai riuh karena beberapa karyawan grup Archuleta berkerumun tidak jauh dari belakang Danish untuk menyaksikan drama kisah percintaan sang CEO idaman mereka dan calon istrinya.
"Pergilah jika itu yang kau mau dan menikahlah dengan si kakek. Bukankah kau menginginkan pria seperti itu? Karena kakek yang semakin di depan dan pria tampan sepertiku mundur alun-alun," tambah Danish sambil tersenyum smirk.
"Menikah dengan kakek-kakek?" ucap para karyawan Archuleta kaget. Suasana semakin menjadi riuh mendengar berita baru ini. Marsha langsung berbalik karena sudah tidak tahan mendengar gosip miring ini, setelah berbalik terlihat tatapan Marsha sendu dan kelopak bola matanya sudah menganak.
"Tu-tuan saya." Marsha tidak bisa melanjutkan ucapannya ia tertegun karena pandangan tertuju kepada para karyawan Danish melihat mereka antusias.
"Saya apa? Bicara jangan tanggung-tanggung karena aku tidak suka tanggung. Tapi kalau kau bilang tanggungjawab aku adalah pria nomor satu," ucap Danish begitu arogannya. Marsha semakin terhenyak mendengar ucapan Danish barusan. Ia belum pernah bertemu dengan pria seperti ini cara bicaranya sungguh arogan sekali.
"Itu saya mau mengatakan kalau." Danish kesal Marsha terlalu bertele-tele bicara sementara dia sudah tidak sabar lagi ingin melangsungkan pernikahannya. Danish kembali menggendong Marsha dan memasukkan ke dalam mobil.
"Tuan anda mau apa?!" jerit Marsha karena posisinya saat ini berada di pangkuan Danish sambil memeluk pinggangnya.
"Kita dua akan menikah," jawabnya singkat.
"Saya tidak mau menikah Tuan!" teriak Marsha. Namun, Danish seperti ya tidak peduli lagi dan langsung memerintahkan kepada supir menuju gedung pemberkatan mereka dua. Para karyawan grup Archuleta terlebih wanita tercengang melihat kepergian Danish dan Marsha tidak menyangka sang CEO akan menikahi wanita kurus, polos, pendek sementara mereka cantik dan hampir sempurna di mata para kaum adam.
"Apa yang kalian lihat? Awas itu mata kelilipan karena melihat kepergian Tuan Muda," ucap sekretaris Tevan santai.
"Calon suamiku menikah sekretaris Tevan," ceplos salah satu diantara mereka tanpa sadar.
"Tuan Muda mau menikah dengan wanita pilihannya dan kalian semuanya yang masih single tapi sudah tua ada baiknya menikah juga," ucap sekretaris Tevan lalu pergi meninggalkan lobby tanpa bersalah sedikitpun sambil tertawa melihat raut wajah para bawahannya itu.
"Tidak sadar dia juga pria tua mengatai kita segera menikah," ucap mereka serempak dan tidak terima yang diucapkan sekretaris Tevan.
Berteriak pun tidak ada artinya karena Danish tetap membawa Marsha menuju sebuah gedung arsitektur Eropa. Kedatangan mereka langsung mendapatkan sambutan dari pastor dan suster, Marsha seketika tercengang ternyata persiapan pernikahannya sudah rampung hanya hitungan jam. Marsha berharap Danish menerangkan semua ini jika tidak ia pasti akan pingsan di tempat karena dekorasi pernikahannya ini sungguh mewah.
"Jangan melihatku seperti itu kau sungguh norak ya. Belum pernah melihat hal seperti ini? Oh ia aku baru sadar kau kan wanita desa sukamaju calon mantan si kakek-kakek," cibir Danish.
"Aku sungguh tidak sanggup menghadapi pria arogan ini," lirihnya.
"Kau fokuslah ke depan dan jangan buat masalah karena pernikahan kita akan di saksikan para pengusaha setara denganku!" tambah Danish.
"Tapi aku tidak bisa Tuan," tolak Marsha sambil geleng-geleng kepala.
"Lebih baik kau stand by aku masih ingin menyapa kolegaku. Ingat! Pernikahan ini adalah hukuman sekaligus menebus hutang keluargamu. Anggap aja aku ini adalah malaikat baik yang datang tiba-tiba mau menikahi wanita sepertimu." Danish langsung meninggalkan Marsha setelah mengatakan itu dan memilih menyapa pastor dan suster.
"Aku menikah, hukuman, penebus hutang dan bonus," ucapnya lirih sambil menundukkan wajahnya karena kedua bola matanya sudah penuh bulir-bulir bening yang siap tumpah. Marsha pasrah diberi make up yang sudah profesional, ia tatap wajahnya di balik cermin.
"Kau belum siap? Aku sudah tidak tahan lagi menikah denganmu?" tanya Danish muncul dari balik pintu namun hanya kepalanya aja terlihat.
"Astaga pria ini bikin kaget aja. Tuan, apa kita tidak bisa bicara baik-baik terlebih dahulu?" pinta Marsha berharap pernikahan ini tidak terjadi.
"Kau pikir pernikahan ini bercanda? Ayo mereka semua sudah menunggu tidak sabar melihat siapa calon Nyonya Maxwell." Marsha bingung dengan ucapan Danish barusan.
"Semua menunggu, siapa aja memangnya datang?" tanya Marsha dalam hati.
"Kau wanita yang lambat sekali," ucap Danish lalu dia menggendong Marsha.
"Tuan, apa yang anda lakukan? Turunkan saya ini sungguh memalukan!" pekik Marsha sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Danish.
"Diamlah karena dengan ini para tamu akan percaya bahwa kita dua adalah calon suami istri yang romantis," ucap Danish dan terus melangkah menuju pelaminan.
"Ya Tuhan, pria macam apa dia ini? Dia bahkan melebihi para ibu-ibu pasar yang saling tawar-menawar," batin Marsha dalam hati.
Marsha turun dari gendongan Danish tepat di depan pintu masuk, ia tidak menyangka akan melakukan pernikahan terpaksa dengan pria yang tidak mencintainya. Secara perlahan Marsha tarik napas lalu membuang kuat karena Danish sudah masuk ke dalam lebih dulu. Lalu, tidak lama ia juga di panggil ke dalam oleh protokol acara, Marsha melangkah pelan-pelan sambil menundukkan wajah karena tidak berani menatap para tamu.
Marsha semakin gugup karena ia mulai mendekati Danish yang berdiri tegap di altar dengan cool. Tiba-tiba ia menaikkan wajahnya sedikit kaget melihat senyuman Danish yang lebar.
"Astaga," gumamnya tidak percaya Danish masih tersenyum sela pernikahan aneh mereka ini. Marsha berhenti dan uluran tangan Danish menyambutnya.
"Terima jika tidak kau akan aku kirim ke desa sukamaju." Kira-kira seperti itulah sorot mata Danish menatap Marsha.
"Kuatkan aku ya Tuhan," batin Marsha dalam hati.
"Naikkan dagumu itu kau dengar tidak jangan sampai aku-" Marsha jengah dan langsung cepat memotong ucapan Danish.
"Akan menikahimu dengan kakek-kakek," balas Marsha pelan. Danish terhenyak kali ini dia kalah telak karena Marsha sepertinya mulai peka. Namun, Marsha sama sekali tidak peduli dengan Danish saat ini ia hanya memikirkan pernikahannya ini namun satupun anggota keluarganya tidak ada yang hadir.
"Sekarang mari kita mulai acara sakral ini dengan hati yang bersih, suci dan gembira," ucap pastor lalu acara dimulai dari awal hingga sampai pemberkatan, semua tersentuh mendengar janji suci yang diucapkan Danish bahwa dia akan setia sampai mati, ini bukan hanya janji kau tidak perlu sangsi, cintaku cinta sejati, cuman kamu untukku dan kau untukku.