Dengan kata lain, semua akses sudah dikunci oleh Akram. Tidak ada harapan baginya untuk keluar dari tempat ini. Dan setelah menjalani hari hari yang sama di ruangan tertutup beraroma rumah sakit dengan perawatan intensif yang mereka lakukan terhadapnya, Elina mulai menyerah, kehilangan daya untuk melarikan diri karena tahu bahwa tidak ada harapan sedikitpun baginya.
Tetapi, bukan berarti dia menyerah sepenuhnya. Nanti, ketika dia keluar dari rumah sakit ini, Elina yakin dia bisa menemukan cara untuk melepaskan diri dari Akram. Mungkin untuk saat ini dia akan bersikap patuh dan membuat Akram menjadi lengah, sebelum kemudian melepaskan diri ketika kesempatan itu datang.
Dan hari ini berbeda dari biasanya. Sejak pagi tadi, seorang perawat telah datang untuk memandikan Elina dan memintanya berganti pakaian. Pakaian yang disediakan untuknya bukanlah piyama rumah sakit seperti biasanya, melainkan sebuah gaun musim panas sepanjang betis yang melebar di pinggangnya. Gaun itu berwarna kuning muda, dengan sulaman bunga kecil kecil berwarna senada yang menghiasi bagian bawah gaun itu, membuatnya tampak begitu indah. Ukurannya juga sangat pas di tubuh Elina, seolah olah gaun itu memang khusus dibuatkan untuknya.
Setelah Elina selesai berpakaian, perawat itu pun melepaskan infus dari tangannya, membebaskan jemari Elina sepenuhnya dari selang yang mengikatnya ke tiang infus selama ini.
Ketika Elina ditinggalkan sendirian di ruangannya, dia duduk di tepi ranjang, tidak bisa menahan rasa antisipasi akan dugaan bahwa dia akan keluar dari tempat ini. Matanya menatap menatap perban tebal yang melingkar membungkus pergelangan tangannya. Lukanya sudah nyaris sembuh sempurna dan tidak terasa nyeri lagi seperti ketika dia tersadar pertama kali setelah upaya percobaan bunuh diri yang dilakukannya.
Akram juga tidak pernah datang lagi menemuinya.
Elina menyentuhkan jemari ke perban di pergelangan tangannya.
Untuk saat ini, bolehkah dia berharap bahwa Akram sudah kehilangan minat kepadanya dan berniat untuk melepaskannya? Itu mungkin saja terjadi, bukan?
Bagi Akram, mencari perempuan yang mau mendampingi dan menyembahnya dengan sukarela sangat mudah dilakukan. Sementara itu, seorang seperti Elina mungkin hanyalah sebagai selingan dari kebosanannya dengan wanita wanita kelas atas.
Sungguh Elina benar benar berharap bahwa Akram akan bosan kepadanya dan melepaskannya. Meskipun begitu, hati kecilnya tetap saja berteriak bahwa itu adalah harapan palsu. Saat ini Elina masih dikurung dengan penjagaan ketat di ruang perawatan ini, itu berarti Akram masih memiliki niat menguasai hidupnya.
Elina menghela napasnya panjang, ia tiba-tiba merasa ketakutan menghadapi mimpi buruk yang membentang di masa depannya.
"Tuan Akram."
Elios menggugah pandangan Akram yang fokus tertuju pada layar digital di depannya. Mereka berada di ruang kantor Akram yang eksklusif siang ini dan Akram menggunakan waktu senggangnya di sela berbagai pertemuan penting menyangkut urusan bisnisnya dengan menyalakan tampilan layar yang menunjukkan pemandangan di kamar perawatan Elina.
Ya, Akram telah menugaskan anak buahnya untuk memasang kamera tersembunyi di sudut-sudut tersembunyi di kamar perawatan Elina untuk mengawasi perempuan itu dari semua sisi. Saat ini, mata Akram tertuju tajam pada tampilan Elina di layar yang sedang duduk di tepi tempat tidur dan tampak melamun, seolah kalut dengan pikirannya sendiri.
Akram memang sengaja sepuluh hari kemudian ketika Elina menjalani perawatan sampai benar benar sembuh. Itu semua karena rekomendasi Nathan yang menganjurkan Akram tidak menyentuhkan tangannya ke tubuh Elina terlebih dahulu kalau dia ingin Elina benar benar sembuh dengan sempurna dan siap secara fisik maupun mental untuk menjadi kekasihnya, yang nantinya akan memiliki tugas utama untuk melayaninya di atas ranjang. Karena itulah untuk sejenak Akram merelakan diri untuk mengekang hasrat birahi sex nya pada Elina dan menghabiskan waktu senggangnya dengan menyiksa diri menatap Elina dari tampilan layar dari kamera pengawas di kamar perawatan Elina.
Tentu saja Akram juga tidak melewatkan bagaimana Elina berusaha mencari cari jalan keluar dari kamar itu, perempuan itu mengintip beberapa kali melalui jendela untuk menilai situasi di luar dan akhirnya menelan kekecewaan karena kamar tempatnya dirawat berada jauh tinggi di atas tanah. Lalu, di malam hari, ketika nuansa kamar sudah remang oleh lampu tidur, Akram mengawasi Elina yabg mengendap endap sambil menyeret tiang infusnya dengan hati hati dan mencoba membuka pintu yang tentu saja terkunci dari luar atas perintah Akram.
Perempuan yang begitu keras kepala. Bisa menarik perhatian. Akram sampai sedalam ini seharusnya merupakan suatu anugerah untuknya. Tetapi perempuan itu seolah menganggapnya sebagai musibah dan terus berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya.
Perempuan yang tak tahu berterima kasih. Akram menipiskan bibir, menempatkan jemari tangannya yang terjalin di bawah dagu dengan rahang mengeras.
"Tuan Akram." Sekali lagi Elios berucap untuk mengusik Akram yang begitu fokus dengan lamunannya. Kali kedua, panggilannya berhasil membuat Akram mendongakkan kepala.
"Ada apa?" Tanya Akram dengan nada tajamnya yang biasa.
"Dokter Nathan sudah mengeluarkan ijin pulang bagi Nona Elina dan pihak rumah sakit mengatakan bahwa pasien sudah siap sekarang. Jika Anda ingin memberangkatkannya sekarang ke villa di pulau, maka saya akan mengirimkan helikopter bersama beberapa bodyguard untuk mengawal perempuan itu."
Akram menatap jam tangan mewah di pergelangan tangannya.
"Apakah setelah ini aku ada jadwal pertemuan dengan kolega?"
Elios menganggukkan kepala. Hari ini adalah hari kamis, yang berarti jadwal Akram benar benar mencapai puncak kesibukannya. Menjadi pemilik dan presiden direksi dari beberapa perusahaan besar sekaligus yang menguasai hampir seluruh bidang perekonomian, belum lagi menjadi pemimpin yang ditakuti dari beberapa organisasi bisnis bawah tanah yang bersinggungan tipis dengan dunia kriminal, membuat Akram benar benar menjadi lelaki paling sibuk dibandingkan siapapun di dunia ini.
Di hari kerja seperti ini, seorang Akram yang gila kerja biasanya menghabiskan dua puluh jam waktunya untuk bekerja dan barulah menggunakan sisanya untuk beristirahat. Walau begitu, lelaki itu masih bisa kembali bekerja dengan penuh stamina setiap harinya, sementara Elios yang bertugas mengikuti seluruh kegiatan atasannya tersebut biasanya akan berakhir kelelahan tanpa tenaga di malam hari.
Semua itu membuat Elios kadang berpikir bahwa jangan jangan, Akram bukanlah manusia biasa melainkan seorang robot.
"Jadwal anda penuh untuk janji pertemuan dengan perusahaan Heksagon pukul dua siang nanti." Elios membacakan seluruh janji pertemuan yang harus dihadiri oleh Akram sampai malam nanti dengan cepat, total ada lima pertemuan yang harus dihadiri Akram hari ini.
"Kemudian ditutup dengan perjamuan makan malam di rumah gubernur nanti malam," tutup Elios kemudian.
Akram memasang wajah datar mendengarkan semua penjelasan Elios yang runut dan lancar. Mengangkat Elios sebagai asistennya merupakan keputusan tepat bagi Akram. Elios adalah lelaki yang berasal dari panti asuhan, sebatang kara dan tidak punya keluarga. Kebetulan yayasan yang menaungi panti asuhan itu adalah milik keluarga Akram dan juga keluarga Akram adalah penyumbang dana terbesar panti asuhan itu.