"Siapa yang menyuruh meletakkan kakinya di sana?" balas Shine yang setengah merasa bersalah, setengah merasa jika itu bukan sepenuhnya kesalahan dirinya.
Rachel merasa kesal ketika mendengar perkataan Shine, "Maksudmu … engkau menyalahkan kakiku yang dari asal sudah berada di sana?"
Rachel mengerutkan alisnya sedalam mungkin sambil meminta penjelasan Shine, yang hanya memilih untuk menghindari semua permasalahan.
"Bisakah kalian berdua membiarkan aku tidur sendiri? Kalian bukan hanya membuatku tidak nyaman, namun justru kalian yang membuat nyawaku terancam"
***
"Hosh … hosh … hosh …"
Terdengar derusan nafas sesak, diiringi dengan suara teriakan kecil tertahankan. Rachel memejamkan matanya dengan sangat erat, keringat dingin mulai membasahi keningnya, raut wajahnya berubah , tubuhnya menengang.
Clay yang mendengar dengan sangat jelas, deruan nafas Rachel yang semakin memburu. Ia melangkahkan kaki dengan cepat, lebih tepatnya ia bahkan tidak menginjakkan kakinya di lantai, hanya dengan satu gerakan langkah kaki, tubuhnya telah berada di depan pintu kamar.
Ia membuka pintu kamar dengan cepat, dan mendepati jika tubuh wanita itu mulai mengeliat gelisah di atas ranjang, beberapa kali wanita itu menendang-nendang udara, ia juga mencengkram kuat bantal kepala, hingga membuat urat-urat di telapak tangan Rachel mencuat dari balik kulit putihnya.
Sekali lagi, mimpi itu mulai terasa sangat nyata … atau memang itu kenyataan yang menjadi mimpi? Cerita itu kembali berputar di dalam mimpinya, bagaimana saat dirinya kembali terjebak di antara para Vampir yang memiliki taring runcing.
Tubuh dua korban yang melayang dan terbuyar masih terlihat jelas, berapakali pun ia mencoba untuk membuyarkan semua penampakan itu … namun itu masih sama persis seperti saat ia berdiri di sana saat itu, teriakan terakhir yang menyayat hati terus mengulang-ngulang di pikirannya.
Ia merasa hampir gila ketika mendengar suara itu … dirinya terpojok sekarang, ia bisa membayangkan bagaimana ia menjadi santapan mereka hidup-hidup, tanpa ampun. Mereka bisa saja mencopot tangannya tanpa obat bius sama sekali, menariknya hingga semua urat, syaraf dan otot yang tersambung dengan mudahnya.
Bagaimana penderitaan dari rasa sakit itu mulai menjalar semu kepada dirinya … membuatnya bahkan bergeming. Hanya matanya yang bergerak bebas, ketika para Vampir itu mulai mencabik-cabik dirinya, di mulai dari daging-daging lemak yang berada di paha dan perut.
Suara "Kruk … krek … krauk …", terdengar jelas saat mereka mulai menancapkan benda putih tipis, tajam yang berada di dalam mulut mereka. menghisap dan menguyahnya perlahan.
"Rachel …. Rahcel," panggil Clay sambil menahan kaki Rachel yang terus saja menendang-nendang.
Nafas wanita itu perlahan-lahan mulai tersedak-sedak dan memelan, membuat Clay semakin khawatir, sementara Shine baru saja terbangun dari tidurnya setelah beberapa saat mendengar suara aneh dari kamar.
"Kenapa dengannya? Kau menggigitnya?" tanya Shine, sambil mengeluarkan kuku-kuku tajam, melengkung miliknya. Dan mengarahkan tepat di leher Clay
"Kau memberinya racun dirimu?" Shine melanjutkan kembali katanya.
"Singkirkan dulu benda itu …" Jawab Clay.
Clay menyingkirkan perlahan tangan Shine, dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin kuku yang panjang itu melukai dirinya sama sekali, mengingat konsekuensi yang akan diterima, luka akibat kuku itu tidak akan sembuh dan akhirnya membusuk, layaknya gigitan komodo kepada mangsanya.
"Sepertinya dia bermimpi?" Clay bingung dengan perkataannya sendiri, ia tidak pernah bermimpi dan tidak pernah tidur sejak dahulu kalah.
Shine menyentuh pelan tangan Rachel, dan menepuk-nepuk pundaknya agar Rachel terbangun. Namun itu tidak berhasil … pandangan mata Shine beralih ke Clay, seolah mengatakan ini pasti ulahmu.
Dan seolah mereka bisa mengetahui satu sama lain, Clay mengelengkan kepalanya menyakinkan kalau itu bukan ulahnya sama sekali.
"Bagaimana … kau sudah melihatnya sendirikan?" Silent berbisik di samping Rachel yang sedang dimangsa para Vampire.
Makhluk kegelapan itu hadir dalam mimpi Rachel, menatap mata Rachel yang mengarah kepadanya, mulut Rachel sama sekali tidak dapat mengeluarkan kata apapun, ketika melihat makhluk itu hanya berdiri di sampingnya sambil menikmati sensasi sakit yang mengerikan pada tubuh Rachel.
"Sama seperti saudara-saudaramu yang lain. Kau si darah 'emas' hanya akan berakhir menjadi santapan mereka. Tobat? Kikikikikik", tawa Silent
"Aku benar-benar menantikan-nya, giliranmu … apakah langkahmu selanjutnya" lanjut Silent.
Clay menyentuh lembut wajah Rachel dengan tangannya yang semakin dingin jika malam tiba, suhu tubuhnya semakin turun mengikuti suhu di malam hari. Tangan nya sedingin kulkas itu menyapu wajah Rachel yang terlihat pucat pasi dengan mata yang masih tertutup.
Mereka berdua benar-benar berharap wanita itu membuka matanya, mereka berdua saling menatap.
"Apa kita perlu membawanya kedokter?" tanya Clay
"Huwaaa …," teriak Clay dan Shine, mereka berdua berteriak serempak, histeris dan kaget.
Mereka berteriak kaget ketika melihat kedua mata Rachel terbuka, nyaris melotot, namun hanya meninggalkan putihnya saja, kedua iris matanya tenggelam di balik kelopak mata, tangan dan kakinya semakin merontah-rontah dengan mata yang terbuka.
Tadinya mereka berdua benar-benar mengharapkan ke dua mata Rachel terbuka, namun sekarang … Clay menutup kembali mata Rachel dengan tangannya yang sedikit getar, ia menelan ludah beberapa kali, walau tidak terlalu yakin apakah tubuhnya juga memproduksi enzim itu.
Setelah berhasil menutup ke dua mata Rachel, mereka berdua tersenyum kecil karena dengan bodohnya merasa ketakutan dengan hal kecil seperti itu, padahal mereka sudah melihat yang lebih seram dari wajah Rachel, mereka bahkan telah membunuh dengan keji makhluk dahaga, sebagian mereka mati dengan mata terbuka.
"Hahaha … hahaha …," tawa mereka berdua.
Greeppp…
Tiba-tiba saja di antara grasak-grusuk tubuh Rachel, ia menangkap erat lengan Clay dengan kedua tangannya, mencengkramnya dengan sangat kuat … tepat di dalam mimpi buruk Rachel, wanita itu berhasil menangkap seorang Vampire yang mulai bergerak untuk menggigit lehernya.
Nafas Rachel kembali memburu dengan sangat cepat …
"Huwaaa … huwaaa … huwaaaaaa …," teriak Clay dengan sangat kuat dan sangat kaget, ia menunjuk-nunjuk tangannya sambil menatap Shine.
Shine yang merasa ikut kaget, hanya menatap Clay dengan pupil sedikit gemetar
"Huwaaaa … huwaaaa … aku berhasil menangkapmu," teriak Rachel, perlahan matanya terbuka menatap Clay yang ada di depannya
Mereka bertiga berteriak kaget…
"Shine … untuk sejenak … aku merasakan jantungku berdetak kembali" Clay memengang dadanya sendiri, mencoba merasakan apa yang ia rasakan tadi.
Shine yang masih jantungan, ikut menganggukan kepalanya berkali-kali, ia menyetujui rasa kaget Clay, perlahan tangannya ikut menyentuh dada Clay, memastikan jika ia masih seorang Vampire yang tidak memiliki detak jantung.
Rachel menarik nafasnya berkali-kali, ia mengelap keringat diwajahnya, sambil menatap bingung dua orang yang berada sangat dekat dengannya.
"Kenapa kalian berdua berada di sini?" Tanya Rachel
"Akulah yang harus menanyakannya, apa yang baru saja engkau lakukan?" tanya Shine
Shine menarik tangannya perlahan dari dada Clay, setelah yakin jika jantung itu tidak bergerak dari tempatnya. Ia menelan ludah sekali lagi sambil menatap Rachel yang membuat malamnya penuh dengan teriakan.
"Apa yang aku lakukan? Apa aku tertidur?"
Aku bahkan tidak menyadari jika aku tertidur … mimpi tadi benar-benar terasa nyata, rasa sakit yang menusuk itu juga benar-benar mengalir di setiap gerakan nafasku. Terlalu nyata jika dikatakan mimpi. Rachel menatap tubuhnya sendiri, beberapakali ia menyentuh tubuhnya, dan merabanya … dan tubuhnya masih lengkap, tanpa terluka sedikitpun. Itu artinya … benar-benar mimpi.
"Akulah yang seharusnya mengecek kelengkapan anggota tubuhku, Nona." Clay menyentuh tangannya, terlihat goresan kuku Rachel ketika mencengkram erat lengan panjangnya.
"Sepertinya bukan dirimu yang perlu perlindungan, kaumenjaga diri dengan sangat baik. Akulah yang seharusnya berwaspada denganmu." Lanjut Clay.
Seketika Clay menunjukan bekas luka pada Rachel, seketika itu juga … luka-luka kecil itu menutup dengan perlahan dan menghilangkan jejak-jejak luka. Menutup sempurna seperti tidak pernah ada luka di situ sebelumnya