"Aldi?"
"Apa aku harus menggunakan nama Aldi sebagai alasan?" tanyanya dalam hati.
Risa berpikir untuk meminta bantuan kepada Aldi. Sebenarnya ia ingin sekali menolak ajakan Dimas, namun ia sudah terlanjur berjanji padanya.
"Tapi aku tidak punya nomor handphonenya," ucapnya.
Risa berusaha memutar otaknya, ia berusaha mencari cara untuk bisa menghubungi Aldi.
"Aku cari di Instagram saja," ucapnya.
Risa berusaha untuk mencari akun sosial media Aldi. Ia pun segera mengambil handphonenya dan mencari akun Aldi. Ia mengklik pencarian dan mulai mengetik nama Aldi. Namun hasilnya nihil, ia tidak berhasil menemukan akun sosial media milik Aldi.
"Bagaimana ini?" Risa mulai memikirkan cara untuk bisa menemui Dimas malam ini.
Tak lama kemudian ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Risa pun segera membuka dan membaca pesan tersebut.
[Ini Aldi, kalau ada perlu hubungi nomor ini saja]
Risa terheran ketika membaca pesan tersebut. Ia tidak menyangka jika Aldi akan menghubunginya. Dan dirinya tidak perlu bersusah payah mencari nomor Aldi. Ia mulai mengetik pesan yang akan ditujukannya kepada Aldi.
[Malam ini aku butuh bantuanmu]
Setelah mengetik pesan itu, Risa segera menekan tombol kirim dan otomatis pesan tersebut sudah sampai di penerima pesan. Ia dengan sabar menunggu jawaban Aldi.
30 menit telah berlalu namun belum ada jawaban dari Aldi. Risa pun berniat untuk menelepon Aldi.
TUT TUT TUT
Risa telah menelepon Aldi, namun tidak ada jawaban darinya. Ia tidak pantang menyerah dan berusaha untuk terus menelepon Aldi.
"Halo."
Risa terkejut ketika mendengar suara seseorang di seberang sana. Ia tersenyum lebar ketika menyadari pemilik suara adalah Aldi.
"Halo Aldi," jawab Risa.
"Aku butuh bantuanmu," ucapnya.
"Bantuan apa?" tanya Aldi.
"Malam ini kita berpura-pura makan malam bersama ya," jawab Risa
"Hah, maksudnya bagaimana?" tanya Aldi.
Aldi terheran ketika mendengar jawaban dari Risa. Ia tidak mengerti apa maksud dari perkataan calon istrinya itu.
"Ya nanti malam aku akan bilang ke orang tuaku kalau kita akan makan malam bersama, tolong kamu jaga rahasia ini," ucap Risa menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Untuk apa berbohong?" tanya Aldi.
Aldi tidak terbiasa berbohong. Ia selalu berusaha untuk bersikap jujur kepada semua orang tanpa terkecuali.
"Please kali ini tolong bantu aku," ucap Risa.
"Baiklah akan ku bantu," jawab Aldi.
"Terimakasih." Risa tersenyum bahagia ketika mendengar jawaban Aldi.
"Tapi tunggu dulu, ada yang ingin ku tanyakan," ucap Aldi.
"Apa?" tanya Risa.
"Lalu kamu nanti malam akan kemana?" tanya Aldi.
"Ya kamu tidak perlu tahu," jawab Risa.
"Kalau kamu kenapa-kenapa, aku yang akan disalahkan," ucap Aldi.
"Tenang saja, semua akan aman," ucap Risa.
"Baiklah kalau begitu."
"Bye." Sambungan telepon telah terputus, Risa meletakkan kembali handphonenya di atas meja.
Jam telah menunjukkan pukul 5 sore. Hari serasa begitu cepat berlalu. Risa masih sangat lelah dan ingin beristirahat namun hari sudah semakin sore.
Kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya adalah beberes kamar. Sebelum kedatangan Aldi dan keluarga, Risa sedang menikmati waktu istirahatnya dengan menonton drama Korea. Hal ini menyebabkan kamarnya dipenuhi dengan makanan dan minuman yang berserakan.
Perlahan tapi pasti Risa mulai memungut satu persatu sampah dan meletakkannya di sebuah plastik. Tak lupa ia membereskan Snack yang masih tersisa dan memasukkannya kedalam lemari. Setelah semua rapi, ia membawa sampah dan gelas kotor ke dapur.
Saat menuruni tangga, Risa melihat kedua orangtuanya sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Ia mengira jika kedua orangtuanya sedang membicarakan mengenai pernikahannya dengan Aldi.
Tak mau ikut campur, Risa pun dengan cepat melangkahkan kakinya menuju dapur tanpa memperdulikan keberadaan kedua orangtuanya disana. Ia pun tidak tertarik dengan perdebatan yang selalu diulang-ulang.
Sesampainya di dapur, Risa segera mencuci gelas yang kotor dan meletakkannya kembali ke rak. Tak lupa ia membuang sampah ke tempat yang sudah tersedia. Setelah selesai ia pun bergegas menuju kamarnya kembali.
Namun sebuah panggilan terdengar jelas di telinganya. Sebuah panggilan dari seorang wanita yang tak lain adalah ibunya. Dengan berat hati ia membalikkan badannya dan merespon panggilan yang ditujukan untuknya.
"Apa Bu?" tanya Risa. Tanpa basa-basi Risa ingin mendengar alasan Kirana memanggilnya.
"Duduk sebentar," ucap Kirana.
Risa menerima tawaran Kirana untuk duduk bersama kedua orangtuanya. Sebenarnya ia sudah tidak ingin membahas pernikahan itu. Tapi hal itu pasti akan terjadi, ia akan diliputi dengan berbagai macam pertanyaan yang tidak ingin ia jawab.
"Risa," panggil Wijaya.
"Apa yah?" tanya Risa.
"Risa bagiamana dengan pernikahan itu, apakah Risa keberatan?" tanya Wijaya.
Risa seolah mendapat pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas jawabannya. Namun ia tidak ingin menyakiti hati kedua orangtuanya dengan kata-kata yang kasar.
Risa menarik nafas panjang dan berusaha memberikan jawaban dengan sehalus mungkin.
"Sebenarnya dari awal Risa sudah bilang ke ayah dan ibu kalau Risa tidak ingin dijodohkan."
Kirana dan Wijaya dengan seksama mendengar jawaban dari putri semata wayangnya itu.
"Kalau dibilang keberatan, ya pastinya keberatan karena sudah sejak awal Risa nggak pernah setuju dengan segala macam bentuk perjodohan," ucap Risa.
Belum sampai disitu saja, Risa masih berusaha menjelaskan dengan sedetail mungkin.
"Tapi apakah pernyataan Risa dapat merubah keadaan?" tanya Risa.
Kirana dan Wijaya belum sempat menjawab karena Risa masih melanjutkan pembicaraannya.
"Toh pasti tidak bisa merubah, karena ayah sama ibu pasti akan terus memaksa Risa untuk segera menikah."
"Walaupun saat ini Risa menolaknya, pasti perjodohan ini akan terulang lagi dan lagi."
"Bukannya dari dulu memang begitu?" tanya Risa.
Kirana dan Wijaya diam seribu bahasa. Mereka merasa sangat bersalah karena sudah terlalu jauh menyakiti hati putrinya itu.
"Semua juga sudah terjadi, dan pasti akan sulit untuk dirubah," ucap Risa.
"Sebenarnya semua ini nggak akan pernah terjadi jika semua ini nggak pernah dimulai."
Risa sudah melupakan segala kesalahannya, walaupun itu hanya sebagian kecil. Masih banyak lagi unek-unek yang belum ia sampaikan.
"Sebelumnya Risa minta maaf sama ayah dan ibu kalau Risa sudah bersikap lancang," ucapnya.
Risa memang sangat mengedepankan etika. Ia tahu jika ucapan yang dilontarkannya mungkin akan menyakiti hati kedua orangtuanya. Oleh sebab itu, tak lupa ia meminta maaf. Walau bagaimanapun mereka adalah kedua orangtuanya yang sudah membesarkan hingga dirinya menjadi sesukses ini.
"Maafkan ibu nak," ucap Kirana.
"Iya nak, maafkan kami yang sudah banyak melukai hatimu," ucap Wijaya.
"Sudahlah yah Bu, semua juga sudah terjadi," jawab Risa.
"Ayah sangat merasa bersalah."
"Iya nak, ibu juga merasa bersalah karena kami sudah sangat egois," ucap Kirana.
"Sudahlah yah Bu, tidak ada yang perlu disesali," ucap Risa.
"Kita batalkan saja ya."