"Nak," panggil Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
"Ada jam pagi?" tanya Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
"Ya sudah ayo makan dulu," ucap Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
Risa duduk di salah satu kursi dan mulai mengambil makanan yang akan disantapnya. Pagi ini Kirana memasak nasi goreng dan beberapa lauk seperti udang goreng dan telur ceplok. Sebagai pecinta udang, ia memilih mengambil udang goreng sebagai teman menyantap nasi goreng.
"Ayah mana Bu?" tanya Risa.
"Ayah di kamar nak," jawab Kirana.
"Ayah nggak sarapan Bu?" tanya Risa.
"Iya nanti ayah sarapannya," jawab Kirana.
Risa melanjutkan menyantap sarapannya, ia tidak ingin terlambat pergi mengajar. Ia memang mempunyai prinsip untuk tepat waktu dalam segala hal.
"Bu, Risa langsung berangkat ya," ucap Risa.
"Iya nak, hati-hati di jalan ya," ucap Kirana.
"Iya Bu."
Risa melangkahkan kakinya menuju kamar, meninggalkan Kirana seorang diri di dapur. Sesampainya di kamar, ia segera menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya. Ia mengambil tasnya dan memasukkan laptop, dompet dan beberapa make up. Tak lupa ia memasukkan handphone ke dalam tasnya.
Setelah semua siap, Risa bergegas pergi meninggalkan kamarnya. Sesampainya di ruang tamu, ia melihat Wijaya sedang menonton televisi di ruang tamu.
"Yah, Risa berangkat ya," ucap Risa.
"Iya nak, hati-hati di jalan ya," ucap Wijaya.
"Iya yah, makasih," ucap Risa.
Risa melanjutkan langkahnya menuju garasi. Sesampainya di garasi, ia langsung masuk ke mobil dan mengendarai mobilnya menuju kampus. Di sepanjang perjalanan, ia memikirkan kehidupan yang akan dijalaninya ke depannya. Ia harus menerima kenyataan jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri. Namun di sisi lain ia tak tahu apakah dirinya bisa menjalani kehidupan selanjutnya.
"Ahh lampu merah," ucapnya.
Mobil Risa terhenti karena lampu merah. Ia terpaksa harus menunggu, padahal ia sudah hampir terlambat. Saat menunggu, ia melihat seorang anak kecil menghampiri mobilnya. Ia melihat anak kecil itu membawa beberapa tisu untuk di jual. Dengan cepat ia membuka kaca mobilnya dan berniat membeli dagangan anak kecil itu.
"Dek, beli tisunya dua ya," ucap Risa.
"Ini kak," ucap anak kecil itu sembari memberikan dua buah tisu kepada Risa.
"Berapa harganya?" tanya Risa.
"Dua puluh lima ribu kak," jawab anak kecil itu.
Risa segera membuka tasnya dan mengambil uang di dalam dompetnya.
"Ini dek." Risa memberikan selembar uang lima puluh ribu.
"Tunggu ya kak," ucap anak itu.
"Kembaliannya ambil aja," ucap Risa.
"Makasih ya kak."
"Iya, kamu namanya siapa?" tanya Risa.
"Anis kak," jawab anak kecil itu.
"Oo iya, sampai ketemu lagi ya."
"Makasih ya kak," ucap Anis.
"Iya."
Tak lama kemudian Anis sudah menjauh dari mobil Risa. Dan lampu hijau sudah menyala. Ia pun segera mengendarai mobilnya kembali.
"Kasihan sekali anak sekecil itu sudah bekerja keras," ucap Risa.
Sejujurnya Risa merasa iba melihat anak-anak yang merelakan waktu bermainnya untuk mencari sesuap nasi. Ia merasa lebih beruntung dibandingkan anak-anak itu. Terkadang ia merasa malu jika harus mengeluh setiap hari, padahal lebih banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung dirinya.
Memang tidak banyak yang dapat dilakukan Risa untuk membantu Anis. Namun ia tetap berusaha untuk selalu berbagi kepada sesama. Baginya melihat orang lain tersenyum dapat memberikan sebuah kebahagian tersendiri untuknya.
Tak lama kemudian Risa telah sampai di kampus. Ia segera memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran yang memang dikhususkan untuk dosen dan staf. Belum banyak kendaraan yang terparkir karena memang saat ini masih cukup pagi.
Setelah mobilnya terparkir rapi, Risa segera keluar dari mobil dan berjalan menuju ruangannya. Ia melihat jam tangan yang melekat di pergelangan tangannya.
"Baru jam 7," ucapnya.
Saat ini jam menunjukkan pukul 7 pagi, menandakan bahwa Risa sampai tepat waktu dan tidak terlambat. Pagi ini ia memiliki jadwal mengajar pukul setengah delapan pagi sehingga ia memiliki waktu kurang lebih setengah jam untuk bersiap-siap.
Saat ini Risa sudah berada di ruangannya. Ia mengambil laptop di dalam tas dan membukanya. Rutinitasnya sebelum mengajar adalah menyiapkan materi terlebih dahulu. Menyusun dengan rapi agar memudahkannya saat mengajar nanti.
"Selesai," ucap Risa. Tepat pukul 07.30 Risa sudah menyiapkan materi yang akan disampaikannya nanti.
Kini Risa sudah siap untuk mengajar, ia bergegas menuju kelas. Tak lupa ia membawa laptop dan handphonenya.
"Pagi Ris."
"Pagi Dimas," jawab Risa.
"Ada kelas ya?" tanya Dimas.
"Iya nih, aku ke kelas dulu ya," ucap Risa.
"Iya," jawab Dimas.
Di perjalanan menuju kelas, Risa berpapasan dengan Dimas yang baru saja datang. Hanya percakapan singkat yang terjadi diantara keduanya, Risa memilih untuk melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Risa banyak berpapasan dengan mahasiswa. Ia termasuk dosen yang cukup terkenal di kampusnya. Ia terkenal akan kebaikannya kepada semua mahasiswa. Selain itu, ia kerap menjadi pembicara di berbagai seminar. Bahkan ia juga banyak dikenal mahasiswa dari universitas lain.
Risa menikmati setiap proses yang terjadi di dalam hidupnya. Membiarkan mengalir seperti air dan menjalankan hidupnya dengan sebaik mungkin. Berusaha untuk menjadi seseorang yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Berusaha untuk menjadi sumber kebahagiaan untuk dirinya sendiri dan orang lain. Karena definisi bahagia adalah ketika kita bisa mensyukuri segala nikmat-nikmat yang setiap hari, setiap detik kita rasakan dan kita lalui, yang mungkin tanpa kita sadari nikmat nikmat itu adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.
***
"Terimakasih Bu."
Risa sudah selesai menjalankan kewajibannya, ia melangkahkan kakinya keluar dari kelas dan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, ia merapikan barang-barangnya. Hari ini ia hanya mempunyai jadwal mengajar di satu kelas saja.
"Risa."
Risa merasa ada seseorang yang memanggil namanya, ia pun menoleh ke arah sumber suara dan melihat siapakah yang memanggilnya.
"Dimas," ucapnya.
"Kamu nggak ngajar?" tanya Risa.
"Sudah," jawab Dimas.
"Oo iya."
"Aku kesana ya," ucap Dimas.
"Iya," jawab Risa.
Risa memutuskan untuk segera pulang ke rumah, hal ini dikarenakan dirinya sudah tidak memiliki jam mengajar lagi. Selain itu ia harus mempersiapkan diri karena siang nanti ia akan menjadi pembicara di sebuah seminar yang diadakan secara online.
Risa sangat antusias ketika diminta untuk menjadi narasumber. Ia sangat senang jika bertemu dengan orang baru dan berbagi ilmu kepada orang lain. Menurutnya, Ilmu adalah satu-satunya hal yang ketika dibagikan pada orang lain tetap tidak akan berkurang. Justru dengan membagikan ilmu yang sudah dimiliki akan membuat ilmu tersebut semakin tertanam di benak sehingga tidak akan cepat lupa.
"Aku pulang duluan ya," ucap Risa kepada salah satu rekan kerjanya.
"Iya hati-hati di jalan."