Risa terkejut ketika melihat halaman rumahnya dipenuhi banyak mobil. Ia merasa heran karena rumahnya jarang sekali dalam keadaan ramai seperti sekarang. Dengan penuh keheranan, ia memarkirkan mobilnya tepat bersebelahan dengan mobil lain. Akses menuju garasi rumahnya pun tertutup sehingga ia harus memarkirkan mobilnya di luar.
Risa memilih untuk masuk ke rumah dari pintu belakang. Butuh waktu lebih lama untuk sampai di dalam rumah, karena posisi pintu di belakang sehingga ia harus memutar. Pintu belakang terbuka lebar, ia pun segera masuk melalui pintu itu. Dari kejauhan ia melihat Kirana sedang membuat minuman di dapur.
"Bu," panggil Risa.
"Eh, ngagetin aja, ucap Kirana.
"Kok rame sih Bu?" tanya Risa.
"Iya nak, kamu siap-siap dulu ya," ucap Kirana.
"Kenapa Bu?" tanya Risa.
"Ya sudah kamu siap-siap aja dulu," ucap Kirana.
"Risa mau ngisi seminar online," ucap Risa.
"Jam berapa?" tanya Kirana.
"2 jam lagi," jawab Risa.
"Ya sudah siap-siapa aja dulu ya, sebentar aja kok acaranya," ucap Kirana.
"Memangnya acara apa sih Bu?'' tanya Risa.
"Nanti ibu kasih tau, Risa siap-siap dulu ya," ucap Kirana.
"Iya," jawab Risa.
Risa akhirnya menuruti keinginan Kirana walaupun dengan berat hati. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia segera mengganti pakaiannya. Tak butuh waktu lama untuk bersiap, ia pun keluar dari kamarnya dan berniat menghampiri ibunya.
Risa melangkahkan kakinya menuju dapur, ia melihat banyak sekali orang di ruang tamu. Namun tak satupun yang dikenalnya. Ia cukup heran dengan tamu yang datang ke rumahnya ini.
Risa melihat Kirana masih berada di dapur ditemani oleh beberapa orang.
"Bu," panggil Risa.
"Eh cepat banget nak," ucap Kirana.
"Ayolah Bu, Risa kan ada kerjaan nanti," ucap Risa.
"Iya iya, Risa duluan aja ke ruang tamu," ucap Kirana.
"Bareng aja lah Bu," ucap Risa.
"Ya sudah, tunggu sebentar," ucap Kirana.
Risa menunggu Kirana di meja makan. Ia melihat Kirana sedang menyiapkan beberapa makanan dan minuman.
"Ayo nak," ucap Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
Risa membantu membawakan beberapa minuman yang telah disiapkan ibunya ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, ia segera meletakkan minuman yang telah dibawanya.
"Duduk nak sini," ucap Wijaya.
Risa pun mengikuti ucapan ayahnya, ia duduk tepat disebelah ayahnya. Sedangkan Kirana juga duduk disampingnya. Kini ia berada diantara kedua orangtuanya.
"Langsung saja ya," ucap seseorang di hadapannya.
Risa sedikit menaikkan wajahnya yang sedari tadi menunduk. Ia memperhatikan siapakah tamu yang datang ke rumahnya ini.
"Aldi?" tanyanya dalam hati.
Risa terkejut ketika melihat Aldi dan kedua orangtuanya duduk tepat di hadapannya.
"Kenapa dia datang kesini?" tanyanya.
Risa merasa heran karena Aldi dan kedua orangtuanya tidak datang sendiri, melainkan bersama orang banyak.
"Bu," panggil Risa.
"Apa nak?" tanya Kirana.
"Ini mau ngapain?" tanya Risa.
Kirana terdiam dan tidak menjawab pertanyaan putrinya itu.
"Jadi maksud kedatangan kami kesini ingin melamar Risa untuk anak kami, Aldi."
Deg..
Risa benar-benar terkejut mendengar ucapan Om Andre. Ia sebenarnya sudah tahu hal ini akan terjadi, namun ia merasa ini sangat lah cepat. Ia belum siap menghadapi kenyataan ini.
"Terimakasih, bagaimana Risa?" tanya Wijaya kepada Risa.
"Loh yah, kok Risa," ucap Risa sambil berbisik kepada Wijaya.
"Kan kamu yang jalanin," bisik Wijaya.
"Ayah aja lah yang bilang, Risa nggak mau," ucap Risa.
"Setuju?" tanya Wijaya.
"Terserah ayah," jawab Risa.
Wijaya menarik nafas panjang, menyiapkan kalimat demi kalimat yang akan diucapkannya.
"Jadi begini, kami sangat berterima kasih atas niat baik nak Aldi dan keluarga yang sudah jauh-jauh datang kesini dan mau melamar putri semata wayang kami."
Ucapan Wijaya terhenti sejenak, ia nampaknya masih berusaha merangkai kata demi kata yang tepat.
"Kami sangat senang jika anak kami menikah dengan Aldi, namun semua balik lagi di Risa. Kami tidak bisa memaksa," ucap Wijaya.
Risa terheran mendengar ucapan ayahnya. Ia tidak menyangka jika ayahnya akan menjawab seperti itu.
Suasana nampak hening, tidak ada seorang pun yang melontarkan kata-kata sedikitpun.
"Kami serahkan semua ke anak kami, Risa," ucap Wijaya.
"Jadi bagaimana nak Risa?" tanya Andre.
Kini Risa benar-benar dilema, ia tidak menyangka jika kedua orangtuanya dapat berubah pikiran seperti ini. Namun disisi lain ia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya untuk kesekian kalinya.
"Risa setuju," ucap Risa.
Seketika semua mata tertuju kepadanya, Risa merasa canggung jika ditatap puluhan mata seperti ini.
"Alhamdulillah."
Ucapan syukur seketika menggema di seluruh ruangan. Risa tak menyangka jika dua kata itu sangat bermakna bagi semua orang, walaupun ia harus merelakan semua begitu saja.
"Terimakasih nak," ucap Kirana.
Kirana memeluk Risa dengan erat. Air matanya seketika jatuh, ia tak menyangka jika momen ini berubah menjadi haru.
"Terimakasih nak," ucap Wijaya.
Kini ucapan terimakasih keluar dari mulut ayahanda tercintanya. Risa benar-benar merasakan kebahagiaan terpancar jelas di wajah kedua orangtuanya.
"Bu, Risa harus siap-siap untuk acara seminar," ucap Risa kepada Kirana.
"Ya sudah nak, Risa ke atas aja," ucap Kirana.
"Tapi apa nggak apa-apa Bu Risa pergi duluan?" tanya Risa.
"Iya nggak apa-apa nak, nanti ibu yang jelasin ke orang-orang," ucap Kirana.
"Ya sudah kalau gitu Bu, Risa ke atas ya," ucap Risa.
"Iya nak."
Risa perlahan bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan menuju tangga untuk menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, ia segera menyiapkan materi-materi yang akan disampaikannya nanti. Tak lupa ia menyiapkan tempat maupun pencahayaan agar seminar berjalan dengan lancar.
Setelah semua siap, Risa bergegas mengganti pakaiannya. Ia memakai pakaian formal untuk mengisi seminar online ini. Tak butuh waktu yang lama baginya untuk berganti pakaian. Kini ia sudah siap menjadi narasumber di acara tersebut.
***
Risa telah menyelesaikan acara seminar dengan sangat baik. Ia sangat senang karena mahasiswa-mahasiswa yang menjadi peserta sangatlah aktif. Ia sangat menyukai hal ini, karena akan ada timbal balik jika kedua belah pihak sama-sama aktif.
Risa merapikan kamarnya, meletakkan kembali laptopnya ke lemari dan merapikan buku-buku yang berserakan di meja kerjanya. Ia cukup lelah dengan kegiatan hari ini.
Setelah selesai beres-beres, Risa teringat dengan Aldi dan keluarganya tadi. Ia pun berencana turun untuk melihat keadaan di bawah.
Ruang tamu dalam keadaan sepi, menandakan jika Aldi dan keluarganya telah pulang. Namun kini ia justru penasaran dengan kelanjutan perbincangan tadi.
Risa memilih untuk kembali ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Ia merasa sangat tidak nyaman karena tubuhnya sangat lah gerah. Ia mengambil handuknya dan bersiap masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.