"Kita batalkan saja ya," ucap Wijaya.
"Sudahlah yah, semua juga sudah terlanjur biarkan saja," ucap Risa.
Kirana dan Wijaya diam seribu bahasa, mereka tak menjawab sedikitpun perkataan putrinya.
"Ya sudah yah Bu, Risa ke kamar dulu," ucap Risa.
Risa beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti.
"Ayah ibu, Risa malam ini mau pergi," ucap Risa.
"Kemana?" tanya Kirana.
"Tenang saja Risa akan pergi bersama Aldi," ucap Risa.
Kirana dan Wijaya terheran ketika mendengar ucapan putrinya. Mereka cukup senang karena putrinya dan Aldi sudah lebih dekat.
Setelah meminta izin, ia pun pergi meninggalkan kedua orangtuanya.
Sesampainya di kamar Risa mulai bersiap-siap untuk makan malam bersama Dimas. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Ia memutuskan untuk mandi. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, tak lupa ia mengambil handuk yang tergantung di dekat kamar mandinya. Sesampainya di kamar mandi, ia segera membersihkan tubuhnya
Risa menghabiskan waktu 15 menit untuk mandi. Setelah selesai, ia pun keluar dari kamar mandi dan menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
TUT TUT TUT
Risa terkejut ketika mendengar suara handphonenya berbunyi. Ia pun segera menghampiri handphonenya dan melihat siapakah yang menghubunginya.
"Aldi?"
"Kenapa dia menelepon?" tanya Risa dalam hati.
Karena penasaran, akhirnya Risa menerima panggilan telepon dari Aldi.
"Kenapa menelepon?" tanya Risa.
"Kamu jadi pergi?" tanya Aldi.
"Jadi," jawab Risa.
"Ya sudah kalau begitu."
Tut. Sambungan telepon telah terputus.
"Kok dimatiin?" tanya Risa.
Risa terkejut ketika sambungan telepon telah terputus. Padahal ia belum selesai berbicara.
"Kenapa sih Aldi."
Tak ingin terlalu memusingkan tingkah Aldi, Risa pun melanjutkan untuk bersiap-siap.
TUT TUT TUT
Tak lama kemudian terdengar kembali suara panggilan masuk.
"Kenapa lagi Aldi ini," ucap Risa sembari berjalan mendekati handphonenya.
Ternyata Risa salah, sang penelepon bukanlah Aldi melainkan Dimas. Ia pun segera menerima panggilan telepon dari Dimas.
"Halo," ucap Risa.
"Aku kesana habis magrib," ucap Dimas.
"Sekarang aku sudah di masjid dekat rumahmu," lanjutnya.
"Iya," jawab Risa. Dengan terburu-buru Risa mengoleskan sedikit make up di wajah cantiknya. Ia menggunakan make up senatural mungkin.
Adzan magrib telah berkumandang, menandakan telah masuk waktu sholat. Risa memang masih berhalangan untuk sholat sehingga ia tidak menunaikan kewajibannya. Sembari menunggu Aldi, ia menyiapkan tas yang akan dibawanya nanti. Ia memasukkan beberapa barang yang penting. Seperti dompet dan beberapa makeup.
Risa memasukkan satu persatu barang ke dalam tasnya. Setelah semua barang masuk, ia menutup tasnya dengan rapat. Semua barang penting sudah dimasukkan kecuali handphonenya.
Saat ini sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam, Risa masih menunggu kedatangan Dimas yang belum kunjung tiba. Ia tiba-tiba teringat sesuatu hal penting yang belum disampaikan kepada Dimas.
"Aduhh."
Dengan cepat Risa mengambil handphonenya dan berusaha menghubungi Dimas.
TUT TUT TUT
Panggilan pertama telah dibuat, namun sampai akhir panggilan belum ada jawaban dari Dimas. Rasa cemas semakin menghantui nya. Tak pantang menyerah, ia terus mencoba untuk menghubungi Dimas.
TUT TUT TUT
"Halo Ris, sebentar lagi aku sampai di rumahmu," ucap Dimas.
"Kamu tunggu di mobil saja, jangan keluar dari mobil dan jangan buka kaca ya," ucap Risa.
"Kenapa begitu?" tanya Dimas.
"Kamu ikuti saja ucapanku," jawab Risa.
"Iya." Sambungan telepon telah terputus, Risa bersiap untuk keluar dari kamarnya. Tak lupa ia membawa tas yang sudah disiapkannya tadi.
Risa menuruni tangga yang menghubungkan lantai bawah dan atas rumahnya. Ia tidak melihat siapapun di ruang tamu. Biasanya ayahnya pergi ke masjid, sedangkan ibunya di kamar.
Hal pertama yang akan dilakukan sebelum pergi adalah berpamitan dengan kedua orangtuanya. Risa berjalan menuju kamar kedua orangtuanya dan mengetuk pintu kamarnya.
"Bu," panggil Risa. Ia belum mendengar jawaban apapun dari dalam. Ia berniat untuk membuka pintu kamar yang memang tidak terkunci.
Pintu kamar telah terbuka dan menampakkan sosok ibunya yang sedang khusyuknya berdoa. Risa tersentuh hatinya tatkala mendengar suara tangisan ibunya. Entah doa apa yang sedang dipanjatkan, namun doa itu nampak tulus dari hati yang terdalam. Tak lama kemudian ia terkejut ketika Kirana menoleh kearahnya.
"Nak," panggil Kirana.
"Ma..af Bu," ucap Risa.
Kirana beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri putrinya.
"Anak ibu yang paling cantik ini mau kemana?" tanya Kirana.
"Risa pergi dulu ya Bu," jawab Risa.
"Oh sama Aldi ya."
"Iya Bu."
"Ya sudah, hati-hati di jalan ya," ucap Kirana.
"Iya Bu, Risa keluar ya," ucapnya.
"Loh Aldi nggak masuk dulu?" tanya Kirana.
"Nggak Bu, kita buru-buru soalnya," jawab Risa.
"Ya sudah kalau begitu, salam ya buat nak Aldi," ucap Kirana.
"Ya Bu."
Sebelum keluar, Risa tak lupa untuk menyalami ibunya. Bakti kepada kedua orangtuanya tak pernah luntur walaupun saat ini ia masih merasakan sakit akibat keinginan kedua orangtuanya.
Risa berjalan meninggalkan Kirana, ia memang tak memperbolehkan Kirana untuk keluar rumah. Padahal Kirana sangat ingin mengantar putrinya sampai luar.
"Nggak usah keluar Bu, udaranya sangat dingin," ucap Risa.
"Ya sudah nak," jawab Kirana.
Sesampainya di teras, Risa sudah melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Ia sangat mengenal mobil itu. Dengan cepat ia menghampiri mobil tersebut dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
"Maaf membuatmu menunggu," ucap Risa.
"Aku juga baru sampai," jawab Dimas.
Dimas mulai menjalankan mobilnya ke suatu tempat yang belum diketahui oleh Risa.
"Kita mau kemana?" tanya Risa.
"Ke Royal Cafe saja, disana tempatnya sangat bagus," jawab Dimas.
"Iya kamu benar," ucap Risa.
"Kamu pernah kesana?" tanya Dimas.
"Pernah sekali," jawab Risa.
"Oh baguslah kalau begitu."
Tidak banyak perbincangan yang dilakukan oleh keduanya. Dimas lebih fokus menyetir mobil sedangkan Risa bergelut dengan berbagai masalah yang selalu melintas di kepalanya.
"Trimakasih ya Ris karena sudah mau menerima ajakan ku," ucap Dimas.
"Iya sama-sama," jawab Risa.
"Sebentar lagi kita sampai," ucap Dimas.
"Oh iya, nggak terasa sudah mau sampai," ucap Risa.
"Iya Ris."
Dan benar saja, tak lama kemudian mobil mereka sudah memasuki Royal Cafe. Dimas mulai memarkirkan mobilnya ke tempat yang masih kosong.
"Ramai sekali disini," ucap Risa.
"Iya karena ini malam Minggu jadi ramai pengunjung," jawab Dimas.
"Iya benar, aku baru ingat kalau ini malam Minggu," ucap Risa.
"Iya Ris." Dimas tersenyum ke arah Risa.
"Sudah sampai," ucap Dimas.
"Tunggu ya, jangan keluar dulu," ucap Dimas.
"Kenapa?" tanya Risa.
Risa terheran ketika Dimas meminta nya untuk tidak keluar dari mobil.
"Silahkan turun."
Risa terkejut ketika melihat Dimas membuka pintu mobilnya. Seperti di sebuah sinetron ketika pria membukakan pintu untuk wanitanya. Hal yang tidak pernah disangka juga terjadi padanya.