Risa berjalan menuju kamarnya dan segera membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya. Ia berusaha memejamkan matanya, melepas seluruh kegundahan dalam hatinya. Perasaan bersalah kini menghantuinya. Bukan kesalahannya jika dirinya belum menikah hingga saat ini. Ia tidak ingin mendapatkan luka seperti dahulu.
Tak terasa air mata membasahi pipinya. Risa meluapkan seluruh kesedihannya saat ini. Melepas seluruh air mata yang sedari tadi ingin keluar dari mata indahnya, mengalir bagaikan derasnya air sungai. Sampai pada akhirnya terlelap begitu saja.
Tubuhnya menggigil kedinginan, berharap mendapat kehangatan. Risa menarik selimut panjang yang berada di bawah kakinya, menyelimuti hingga menutupi seluruh tubuhnya. Kini selimut itu benar-benar sudah menenggelamkannya.
Sudah saatnya matahari terbit dan bersiap untuk menyinari bumi. Risa terbangun ketika cahaya matahari itu mulai menyilaukan matanya. Ia teringat akan kewajibannya, dan bergegas melaksanakannya. Namun seketika langkahnya terhenti ketika teringat tamu bulanan sedang bersamanya.
Hari ini adalah hari Minggu, saat terbaik bagi Risa untuk bersantai. Jika hari biasanya ia harus bersiap untuk bekerja namun di akhir pekan ia akan menikmati waktu istirahatnya. Ia lebih memilih untuk bersantai di dalam kamar sembari menonton drama Korea dan ditemani secangkir kopi ditambah dengan roti. Sungguh perpaduan yang sangat nikmat.
Pagi hari diakhir pekan, Risa selalu membiasakan diri untuk mandi terlebih dahulu. Walaupun hari ini ia tidak pergi namun dirinya tetap akan mandi pagi seperti hari-hari biasanya. Ia beranjak dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi. Di akhir pekan, ia akan mandi lebih lama dibandingkan hari-hari biasanya.
Risa melepaskan satu persatu pakaian yang melekat pada tubuhnya, menghidupkan shower dan mulai membasahi dirinya. Mengambil sabun dan mengusapkan keseluruh tubuh. Aroma dari sabun itu memenuhi seluruh kamar mandi. Begitupun dengan rambutnya yang sudah dipenuhi dengan shampoo. Ia pun membilas seluruh tubuhnya dengan air. Menikmati sedikit demi sedikit air yang membasahi tubuhnya.
Kini seluruh rangkaian mandi sudah dilakukan. Risa mengambil handuk dan melilitkan pada tubuhnya. Handuk itu sudah menutup setengah badannya. Ia pun keluar dari kamar mandi dan menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan digunakan hari ini.
Setelah mengenakan pakaian pilihannya, Risa pun mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Sembari menunggu rambutnya kering, ia pun mengambil handphonenya dan membuka pesan. Ternyata ada sebuah pesan dari Dimas. Ia pun segera membuka dan membaca pesan tersebut.
[Nanti malam aku jemput jam setengah 7]
Risa tercengang melihat pesan tersebut. Ia pun berusaha mencari tahu maksud dari pesan itu. Tak lama kemudian ia teringat akan makan malam bersama Dimas di akhir pekan ini.
Risa pun memilih untuk tidak menjawab pesan dari Dimas. Ia meletakkan kembali handphonenya di atas meja. Ia berencana untuk menonton drama Korea sembari menikmati secangkir kopi dan Snack.
Risa berjalan keluar dari kamarnya, kemudian menuruni tangga dan sampailah di dapur. Dari kejauhan ia melihat ibunya sedang memasak sarapan.
"Nak," panggil Kirana.
"Apa Bu?" tanya Risa.
"Ayo kita sarapan dulu," ucap Kirana.
"Iya," jawab Risa Dengan terpaksa ia menuruti ibunya, padahal ia ingin langsung menonton drama kesukaannya itu.
"Tunggu ya ibu panggil ayah dulu," ucap Kirana.
"Iya Bu," jawab Risa.
Risa pun duduk di salah satu kursi. Sedangkan Kirana berjalan ke kamar untuk memanggil Wijaya. Tak lama kemudian, Kirana dan Wijaya sudah hadir di meja makan. Kirana mulai menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.
Pagi ini Kirana memasak nasi goreng dan telor ceplok. Makanan ini merupakan kesukaan mereka. Dengan lahap mereka menyantap masakan buatan Kirana itu. Ditengah sarapan tiba-tiba handphone Wijaya berbunyi. Ia pun segera mengangkatnya.
Risa berusaha menajamkan pendengarannya, tetapi ia tidak dapat mendengar apapun. Tak lama kemudian sambungan telepon telah terputus.
"Siapa yah?" tanya Risa.
"Bukan siapa-siapa," jawab Wijaya.
Risa sedikit curiga dengan jawaban ayahnya itu. Namun ia berusaha berpikir positif dan membuang segala pikiran negatif di dalam otaknya.
Risa dan kedua orangtuanya sudah menyelesaikan sarapan. Kirana mulai merapikan meja makan dan dibantu oleh Risa.
"Biar ibu aja nak," ucap Kirana.
"Nggak apa-apa Bu," jawab Risa.
Risa pun mulai membantu Kirana merapikan meja makan dan mencuci piring yang kotor. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menyelesaikannya. Kini dapur dan ruang makan sudah rapi.
"Bu, Risa ke kamar ya," ucap Risa.
"Oh iya nak," jawab Kirana.
Risa pun berbalik badan dan berjalan pelan menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti ketika Kirana memanggilnya.
"Nak."
"Apa Bu?" tanya Risa.
"Hari ini pergi atau di rumah saja?" tanya Kirana.
"Di rumah," jawab Risa
"Oh ya sudah kalau begitu."
"Kenapa Bu?" tanya Risa.
"Tidak apa-apa nak," jawab Kirana. Risa keheranan mendengar pertanyaan ibunya itu. Seperti sebelumnya, ia berusaha untuk tidak berpikir negatif.
Risa berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia melupakan tujuan awalnya tadi.
"Ahhh, lupa," batinnya.
Risa pun melangkahkan kakinya kembali ke dapur. Sesampainya di dapur, ia segera membuat secangkir kopi dan mengambil beberapa Snack untuk teman menonton drama Korea.
"Lagi ngapain nak?" tanya Wijaya. Risa menoleh ketika Wijaya memanggilnya.
"Lagi buat kopi yah," jawab Risa.
"Wah, ayah juga mau dong," ucap Wijaya.
"Iya yah, nanti Risa buatkan," jawab Risa.
Dengan senang hati Risa menuruti keinginan ayahnya untuk membuatkan secangkir kopi.
"Ayah tunggu di ruang tamu ya nak," ucap Wijaya.
"Iya yah," jawab Risa. Wijaya pun pergi meninggalkannya di dapur.
Risa mengambil sebuah cangkir dan membuat kopi untuk ayahnya. Tak lupa ia membuat kopi itu dengan memasukkan cinta dan kasih sayang. Walaupun saat ini ia sedang kesal dengan kedua orang tuanya, namun ia sangat menyayangi mereka.
Dua cangkir kopi dan beberapa snack sudah siap disantap. Risa melangkahkan kakinya menghampiri Wijaya di ruang tamu.
"Yah," panggil Risa.
"Wah, sudah selesai ya," ucap Wijaya.
"Sudah yah," jawab Risa.
"Aromanya wangi sekali," puji Wijaya.
Risa tersenyum mendengar Wijaya memuji kopi buatannya. Padahal ia tahu jika kopi memang memiliki aroma seperti itu.
"Ini yah." Risa meletakkan secangkir kopi dan beberapa snack di meja.
"Makasih ya nak," ucap Wijaya.
"Sama-sama yah, Risa ke kamar ya," ucap Risa.
"Iya nak."
Risa melangkahkan kakinya meninggalkan Wijaya. Ia sangat bahagia karena akan menonton drama kesukaannya hari ini. Ia pun mempercepat langkahnya menuju kamar.
Sesampainya di kamar, Risa meletakkan kopi dan beberapa snack di atas meja. Ia pun berjalan menuju televisi dan menghidupkannya. Setelah semuanya siap, ia menutup gorden dan mematikan lampu di kamarnya. Tak lupa ia menghidupkan AC. Kini kondisi kamarnya sudah seperti di bioskop. Ia memilih posisi yang nyaman untuk menonton.